FITNESS & HEALTH
Ini 3 Kasus yang Paling Banyak Ditangani Dokter Bedah Saraf
Rendy Renuki H
Rabu 15 Desember 2021 / 18:11
Jakarta: Penyakit saraf adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di Indonesia. Tindakan operasi pun menjadi solusi penyakit yang kerap berhubungan dengan otak.
Kasus penyakit saraf yang sering ditangani dokter di Indonesia ada tiga jenis. Hal itu diakui Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D saat memperingati hari jadi ke-25 tahun tim bedah saraf Siloam Hospitals.
"Paling sering kita tangani yang pertama kasus-kasus tumor otak, yang kedua kasus-kasus kelainan pembuluh darah seperti pecah pembuluh darah, dan kasus yang ketiga yang sering adalah gangguan tulang belakang," kata Prof. Eka secara virtual, Rabu 15 Desember 2021.
Tim yang kini beranggotakan 28 dokter spesialis bedah saraf yang tersebar di seluruh Indonesia telah melakukan lebih dari 20.000 tindakan bedah saraf. Pada awal perjalanannya 1996 lalu, Prof. Eka mengakui seorang diri menjadi spesialis bedah saraf, dan memulai operasi dengan alat yang sederhana.
Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah sukses menangani berbagai kasus terkait kesehatan otak dan menorehkan berbagai catatan yang membanggakan bagi dunia kesehatan Indonesia. Salah satu pencapaian tersebut adalah operasi batang otak.
Batang otak adalah bagian otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke saraf tulang belakang. Selain itu, bagian otak ini juga berperan sebagai penghubung antara otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan saraf tulang belakang. Batang otak tidak hanya mampu mengendalikan gerakan tubuh, namun juga berperan penting bagi kelangsungan hidup setiap individu.
Dimulai dari operasi pertama yang dilakukan pada tahun 2001 dan tercatat sebagai operasi batang otak pertama di Asia Tenggara, hingga kini Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah melakukan lebih dari 70 operasi batang otak dengan tingkat kesuksesan 100%.
"Tidak banyak dokter bedah saraf yang berani melakukan operasi batang otak karena berisiko sangat tinggi mengakibatkan kematian. Namun, kami bertekad untuk dapat membuktikan bahwa dokter Indonesia memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah hebat dengan bangsa lain serta kami akan selalu ada untuk melayani anak bangsa yang membutuhkan tindakan terkait otak dan bedah saraf," tambah Prof. Eka.
Sejumlah prestasi lainnya juga ditorehkan Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals, antara lain yang tercatat oleh MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) yaitu pencapaian Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS sebagai dokter bedah saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi Deep Brain Stimulation pada penyakit Tourrette Syndrome dan dokter bedah saraf pertama yang berhasil melakukan operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit epilepsi.
Lebih lanjut Prof. Eka menambahkan, "Saya ingin memotivasi seluruh dokter di Indonesia, khususnya di bidang bedah saraf untuk berambisi dapat melakukan operasi yang sebaik-baiknya untuk pasien, apapun kalangannya dengan kasus sesulit apapun juga. Mari kita bersama-sama saling mendukung, yang senior mendukung junior agar suatu saat kita akan mencapai kompetensi yang sama. Kita harus menjadi dokter bagi anak bangsa sendiri dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada dokter di Indonesia. Niscaya, derajat dokter Indonesia akan dapat dipandang sama dengan dokter lainnya di dunia."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(REN)
Kasus penyakit saraf yang sering ditangani dokter di Indonesia ada tiga jenis. Hal itu diakui Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D saat memperingati hari jadi ke-25 tahun tim bedah saraf Siloam Hospitals.
"Paling sering kita tangani yang pertama kasus-kasus tumor otak, yang kedua kasus-kasus kelainan pembuluh darah seperti pecah pembuluh darah, dan kasus yang ketiga yang sering adalah gangguan tulang belakang," kata Prof. Eka secara virtual, Rabu 15 Desember 2021.
Tim yang kini beranggotakan 28 dokter spesialis bedah saraf yang tersebar di seluruh Indonesia telah melakukan lebih dari 20.000 tindakan bedah saraf. Pada awal perjalanannya 1996 lalu, Prof. Eka mengakui seorang diri menjadi spesialis bedah saraf, dan memulai operasi dengan alat yang sederhana.
Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah sukses menangani berbagai kasus terkait kesehatan otak dan menorehkan berbagai catatan yang membanggakan bagi dunia kesehatan Indonesia. Salah satu pencapaian tersebut adalah operasi batang otak.
Batang otak adalah bagian otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke saraf tulang belakang. Selain itu, bagian otak ini juga berperan sebagai penghubung antara otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan saraf tulang belakang. Batang otak tidak hanya mampu mengendalikan gerakan tubuh, namun juga berperan penting bagi kelangsungan hidup setiap individu.
Dimulai dari operasi pertama yang dilakukan pada tahun 2001 dan tercatat sebagai operasi batang otak pertama di Asia Tenggara, hingga kini Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah melakukan lebih dari 70 operasi batang otak dengan tingkat kesuksesan 100%.
"Tidak banyak dokter bedah saraf yang berani melakukan operasi batang otak karena berisiko sangat tinggi mengakibatkan kematian. Namun, kami bertekad untuk dapat membuktikan bahwa dokter Indonesia memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah hebat dengan bangsa lain serta kami akan selalu ada untuk melayani anak bangsa yang membutuhkan tindakan terkait otak dan bedah saraf," tambah Prof. Eka.
Sejumlah prestasi lainnya juga ditorehkan Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals, antara lain yang tercatat oleh MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) yaitu pencapaian Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS sebagai dokter bedah saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi Deep Brain Stimulation pada penyakit Tourrette Syndrome dan dokter bedah saraf pertama yang berhasil melakukan operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit epilepsi.
Lebih lanjut Prof. Eka menambahkan, "Saya ingin memotivasi seluruh dokter di Indonesia, khususnya di bidang bedah saraf untuk berambisi dapat melakukan operasi yang sebaik-baiknya untuk pasien, apapun kalangannya dengan kasus sesulit apapun juga. Mari kita bersama-sama saling mendukung, yang senior mendukung junior agar suatu saat kita akan mencapai kompetensi yang sama. Kita harus menjadi dokter bagi anak bangsa sendiri dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada dokter di Indonesia. Niscaya, derajat dokter Indonesia akan dapat dipandang sama dengan dokter lainnya di dunia."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)