FITNESS & HEALTH
Gawat! Murung Sampai 'Lebih baik Mati' Dialami Oleh Ribuan Calon Dokter Spesialis
Mia Vale
Rabu 24 April 2024 / 15:55
Jakarta: Orang tua mana yang tak bangga anaknya melanjutkan pendidikan di universitas fakultas Kedokteran. Apalagi begitu lulus, buah hati yang dicintainya bisa kembali melanjutkan pendidikan dokter spesialis.
Tapi bagaimana bila ternyata, anak yang sudah berhasil menjadi dokter dan bisa praktik melayani masyarakat justru mengalami depresi ketika mengikuti Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Gambaran di atas bukan tanpa alasan dan data. Pasalnya, berdasarkan survei kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Maret 2024 menyebutkan bahwa ribuan calon dokter atau dokter spesialis yang menjalani skrining terindikasi depresi bahkan ada pula yang ingin bunuh diri dan melukai diri.
Nah, kita akan membahasnya menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Diakui oleh dr. Nadia, kurang lebih 94 persen mahasiswa PPDS mengisi kuisioner skrining kesehatan mental, khususnya mereka yang mengikuti pendidikan dokter spesialis.
"Jadi ada 12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pendidikan di Indonesia, yang mengisi kuisioner. Dalam temuannya, hampir 16,3 persen mengalami depresi ringan. Kemudian 4 persen mengalami depresi sedang, depresi sedang-berat ada 1,5 persen, dan 0,6 persen itu depresi berat," papar Nadia yang dilansir dari berbagai sumber.
Jadi, bila ditotal, kurang lebih 22,4 persen dari dari PPDS, baik itu pendidikan spesialis 1 atau 2 sudah mengalami gejala depresi dari skrining awal. Perlu diketahui, rumah sakit vertikal adalah rumah sakit yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Kesehatan.
Masih dilanjutkan oleh dr. Nadia, bila dilihat dari yang disampaikan Kemenkes, dalam 2 pekan terakhir, sebanyak 51 persen dari PPDS merasa lelah atau kurang bertenaga. Ada juga 38 persen yang mengalami gangguan tidur, 35 persen enggan melakukan apa pun, 25 persen merasa murung, muram, atau putus asa, dan 24 persen merasa kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan.
"Bahkan sebanyak 3,3 persen atau 399 peserta PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apa pun," jelas dr. Nadia.
.jpg)
(Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang dialami para calon dokter spesialis, salah satunya karena biaya pendidikan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Dr. Nadia mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang dialami para calon dokter spesialis, walaupun semua itu perlu didalami lebih lanjut. Tapi, dari sekian banyak, ada empat faktor utama:
Di mana mereka harus me cari jurnal, membuat tugas, membantu laporan desertasi, dan lain sebagaimanya.
Karena memang pendidikan dokter spesial selain harus belajar teori, mereka juga harus melakukan kegiatan pelayanan, seperti pelayanan kepada pasien, beban jaga malam di mana esok harinya harus kembali belajar di kelas.
Karena banyak dari PPDS ini tidak bisa berpraktik atau bekerja karena institusi yang melarang mereka untuk berpraktik. Tapi, ada juga institusi yang mengizinkan. Padahal mereka tetap harus membiayai keluarga. Perlu diketahui peserta PPDS sudah banyak yang bekeluarga dan memiliki anak masih kecil. Dan jangan lupa, pendidikannya pun harus berbayar, lho.
Di mana periode Juli-Desember 2023, Kementerian Kesehatan menerima 216 aduan terkait dugaan perundungan di lingkungan rumah sakit.
"Sudah banyak sekali pelaporannya. Karena itulah kami melakukan skrining ini. Tujuannya untuk mendeteksi apakah perundungan menjadi salah satu faktor penyebab depresi di kalangan PPDS," ujar Nadia.
Sebanyak 109 di antaranya dilaporkan terjadi di RS vertikal, sementara 107 lainnya di RSUD, fakultas kedokteran universitas, RS universitas, dan lainnya.
Mengenai hal ini dr. Nadia menegaskan pihaknya telah mengeluarkan istruksi Menkes terkait pencegahan dan penanganan terhadap perundungan terhadap PPDS pada pendidikan di lingkungan rumah sakit kementerian kesehatan.
Pihaknya juga akan melakukan wawancara lebih dalam dengan peserta didik dokter spesialis yang memiliki gejala depresi. Yang pasti akan ada pemeriksaan lanjutan untuk penanganan yang lebih komprehensif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Tapi bagaimana bila ternyata, anak yang sudah berhasil menjadi dokter dan bisa praktik melayani masyarakat justru mengalami depresi ketika mengikuti Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Gambaran di atas bukan tanpa alasan dan data. Pasalnya, berdasarkan survei kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Maret 2024 menyebutkan bahwa ribuan calon dokter atau dokter spesialis yang menjalani skrining terindikasi depresi bahkan ada pula yang ingin bunuh diri dan melukai diri.
Nah, kita akan membahasnya menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Lakukan skrining
Diakui oleh dr. Nadia, kurang lebih 94 persen mahasiswa PPDS mengisi kuisioner skrining kesehatan mental, khususnya mereka yang mengikuti pendidikan dokter spesialis.
"Jadi ada 12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pendidikan di Indonesia, yang mengisi kuisioner. Dalam temuannya, hampir 16,3 persen mengalami depresi ringan. Kemudian 4 persen mengalami depresi sedang, depresi sedang-berat ada 1,5 persen, dan 0,6 persen itu depresi berat," papar Nadia yang dilansir dari berbagai sumber.
Jadi, bila ditotal, kurang lebih 22,4 persen dari dari PPDS, baik itu pendidikan spesialis 1 atau 2 sudah mengalami gejala depresi dari skrining awal. Perlu diketahui, rumah sakit vertikal adalah rumah sakit yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Kesehatan.
Masih dilanjutkan oleh dr. Nadia, bila dilihat dari yang disampaikan Kemenkes, dalam 2 pekan terakhir, sebanyak 51 persen dari PPDS merasa lelah atau kurang bertenaga. Ada juga 38 persen yang mengalami gangguan tidur, 35 persen enggan melakukan apa pun, 25 persen merasa murung, muram, atau putus asa, dan 24 persen merasa kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan.
"Bahkan sebanyak 3,3 persen atau 399 peserta PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apa pun," jelas dr. Nadia.
.jpg)
(Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang dialami para calon dokter spesialis, salah satunya karena biaya pendidikan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Penyebab stres
Dr. Nadia mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi beberapa penyebab stres yang dialami para calon dokter spesialis, walaupun semua itu perlu didalami lebih lanjut. Tapi, dari sekian banyak, ada empat faktor utama:
- 1. Beban dari pendidikan
Di mana mereka harus me cari jurnal, membuat tugas, membantu laporan desertasi, dan lain sebagaimanya.
- 2. Beban pelayanan
Karena memang pendidikan dokter spesial selain harus belajar teori, mereka juga harus melakukan kegiatan pelayanan, seperti pelayanan kepada pasien, beban jaga malam di mana esok harinya harus kembali belajar di kelas.
- 3. Beban ekonomi
Karena banyak dari PPDS ini tidak bisa berpraktik atau bekerja karena institusi yang melarang mereka untuk berpraktik. Tapi, ada juga institusi yang mengizinkan. Padahal mereka tetap harus membiayai keluarga. Perlu diketahui peserta PPDS sudah banyak yang bekeluarga dan memiliki anak masih kecil. Dan jangan lupa, pendidikannya pun harus berbayar, lho.
- 4. Mengalami perundungan
Di mana periode Juli-Desember 2023, Kementerian Kesehatan menerima 216 aduan terkait dugaan perundungan di lingkungan rumah sakit.
Masalah perudungan
"Sudah banyak sekali pelaporannya. Karena itulah kami melakukan skrining ini. Tujuannya untuk mendeteksi apakah perundungan menjadi salah satu faktor penyebab depresi di kalangan PPDS," ujar Nadia.
Sebanyak 109 di antaranya dilaporkan terjadi di RS vertikal, sementara 107 lainnya di RSUD, fakultas kedokteran universitas, RS universitas, dan lainnya.
Mengenai hal ini dr. Nadia menegaskan pihaknya telah mengeluarkan istruksi Menkes terkait pencegahan dan penanganan terhadap perundungan terhadap PPDS pada pendidikan di lingkungan rumah sakit kementerian kesehatan.
Pihaknya juga akan melakukan wawancara lebih dalam dengan peserta didik dokter spesialis yang memiliki gejala depresi. Yang pasti akan ada pemeriksaan lanjutan untuk penanganan yang lebih komprehensif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)