FITNESS & HEALTH
Sama-sama Demam, Ini Bedanya Demam Berdarah dengan Covid-19
Raka Lestari
Jumat 11 Juni 2021 / 14:31
Jakarta: Gejala Covid-19 yang sering dialami pasien adalah demam, yang kita tahu, juga menjadi gejala khas pada demam berdarah. Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, tentunya penting sekali untuk mengetahui perbedaan keduanya. Mengingat perawatan yang diberikan pun akan berbeda.
“Covid-19 itu bisa datangnya bukan demam, tapi lebih ke gejala respirasi. Misalnya ada batuk, sesak, anosmia, kemudian gangguan pernapasan, diare dan seterusnya,” ujar dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam Keterangan Pers Kementerian Kesehatan terkait dengan Asean Dengue Day.
Demam berdarah itu gejala respirasinya kalau pada dewasa sangat sedikit. Kurang dari 5 persen, mungkin 1 persen aja tidak sampai.
"Jadi artinya kalau datangnya hanya karena demam, tanpa gejala respirasi, yang pertama karena masih pandemi saya rasa tetap kita harus memastikan ini ada covid-19 atau tidak,” ujar dr. Erni.
“Karena risiko perawatannya nanti beda, mau rawatnya gimana, apa isolasi mandiri atau tidak. Jadi ada risiko penularan yang sifatnya langsung. Kalau ditanya apakah pola demamnya berbeda? Berbeda sebenarnya karena pada demam berdarah, fase demam itu terjadi akibat viremia," sambungnya.
Menurut dr. Erni, viremia itu artinya di dalam darah ada virus. Bayangkan ada virus yang beredar di dalam darah. Demam yang seperti ini adalah demam yang sulit diturunkan oleh obat.
"Kenapa begitu? Karena penyebab demamnya itu ada terus di situ. Sampai berapa lama sih virusnya ada di situ? Biasanya masa hidupnya kurang lebih 3 hari dalam darah dia beredar," terang dr. Erni.
“Jadi inilah bedanya. Demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat. Turun sebentar, setengah jam, tapi nanti biasanya akan naik lagi. Pasien akan banyak berkeringat, biasanya karena efek samping obat penurun panas tersebut, dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus disitu,” tutur dr. Erni.
Tentunya hal ini berbeda dengan demam akibat covid-19. Menurut dr. Erni, demam akibat covid-19 biasanya akan disertai gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, atau sakit saat menelan, kemudian anosmia, dan lain sebagainya.
“Lihat pola demamnya, kalau demam berdarah akan mendadak langsung tinggi. Di situ bedanya. Satu lagi mungkin sakit kepala. Pada pasien demam berdarah biasanya sakit kepalanya khas, yaitu di depan atau di belakang bola mata,” tutup dr. Erni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Covid-19 itu bisa datangnya bukan demam, tapi lebih ke gejala respirasi. Misalnya ada batuk, sesak, anosmia, kemudian gangguan pernapasan, diare dan seterusnya,” ujar dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam Keterangan Pers Kementerian Kesehatan terkait dengan Asean Dengue Day.
Demam berdarah itu gejala respirasinya kalau pada dewasa sangat sedikit. Kurang dari 5 persen, mungkin 1 persen aja tidak sampai.
"Jadi artinya kalau datangnya hanya karena demam, tanpa gejala respirasi, yang pertama karena masih pandemi saya rasa tetap kita harus memastikan ini ada covid-19 atau tidak,” ujar dr. Erni.
“Karena risiko perawatannya nanti beda, mau rawatnya gimana, apa isolasi mandiri atau tidak. Jadi ada risiko penularan yang sifatnya langsung. Kalau ditanya apakah pola demamnya berbeda? Berbeda sebenarnya karena pada demam berdarah, fase demam itu terjadi akibat viremia," sambungnya.
Menurut dr. Erni, viremia itu artinya di dalam darah ada virus. Bayangkan ada virus yang beredar di dalam darah. Demam yang seperti ini adalah demam yang sulit diturunkan oleh obat.
"Kenapa begitu? Karena penyebab demamnya itu ada terus di situ. Sampai berapa lama sih virusnya ada di situ? Biasanya masa hidupnya kurang lebih 3 hari dalam darah dia beredar," terang dr. Erni.
“Jadi inilah bedanya. Demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat. Turun sebentar, setengah jam, tapi nanti biasanya akan naik lagi. Pasien akan banyak berkeringat, biasanya karena efek samping obat penurun panas tersebut, dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus disitu,” tutur dr. Erni.
Tentunya hal ini berbeda dengan demam akibat covid-19. Menurut dr. Erni, demam akibat covid-19 biasanya akan disertai gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, atau sakit saat menelan, kemudian anosmia, dan lain sebagainya.
“Lihat pola demamnya, kalau demam berdarah akan mendadak langsung tinggi. Di situ bedanya. Satu lagi mungkin sakit kepala. Pada pasien demam berdarah biasanya sakit kepalanya khas, yaitu di depan atau di belakang bola mata,” tutup dr. Erni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)