FITNESS & HEALTH
Deteksi Secara Dini, Salah Satu Pencegahan Penularan HIV Perinatal
Mia Vale
Senin 02 Desember 2024 / 10:38
Jakarta: Skrining HIV dapat dilakukan kapan saja, meskipun sedang hamil. Ya, bila kamu merasa khawatir, itu adalah pilihan jika ingin menjalani tes. HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sel-sel darah putih (CD4) dalam sistem kekebalan tubuh.
Virus ini melemahkan dan mengurangi kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi dan penyakit. Penyakit ini dapat menyebabkan AIDS jika tidak terdeteksi dan tidak diobati.
Pada dasarnya, wanita harus melakukan tes HIV sebelum mereka hamil atau sedini mungkin selama setiap kehamilan dan selama trimester ketiga.
Data dari Kementerian Kesehatan yang dikutip dari Ayo Sehat, menunjukkan peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 2023 berkisar 35 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 0,3 persen adalah ibu hamil.
Tentunya hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius, karena ibu hamil yang mengidap HIV, berisiko tinggi menularkan HIV pada anaknya. Untuk itu, dibutuhkan upaya pencegahan dan deteksi dini pada ibu hamil untuk mengurangi risiko penularan pada anak dan anggota keluarga lainnya.
.jpg)
(Data Kemenkes menunjukkan peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 2023 berkisar 35 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 0,3 persen adalah ibu hamil. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Setelah diperiksa, biasanya hasil akan keluar dalam waktu 2 minggu. Jika hasilnya positif, bumil akan menjalani tes darah kedua untuk memastikan mengidap HIV. Mungkin diperlukan waktu hingga 2 minggu hingga hasil tes kedua keluar.
Menunggu hasil tes kedua bisa menjadi saat yang mencemaskan. Berbicara dengan bidan, dokter, atau perawat, dapat membantu. Jika bumil memang mengidap HIV, tenaga medis akan dirujuk untuk perawatan dan pengobatan spesialis.
HIV pada wanita hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine, keguguran dan melahirkan prematur. Menukil HIV Info, wanita hamil yang terinfeksi HIV bisa diketahui dengan melihat ciri-ciri di bawah ini.
Karena HIV menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, bumil yang terinfeksi HIV menjadi lebih lemah dan rentan terinfeksi berbagai macam penyakit. Salah satunya, bumil kerap mengalami flu dan demam yang berulang-ulang.
Baca juga: Apa Itu Proses Inseminasi Intrauterin dan Bedanya dengan Program Bayi Tabung?
Ciri-ciri lainnya adalah munculnya ruam pada kulit sebagai reaksi terhadap infeksi HIV. Berupa bintik-bintik merah yang semakin lama semakin membesar dan banyak jumlahnya.
Kelenjar getah bening adalah bagian tubuh yang berkaitan erat dengan sistem kekebalan, sehingga timbulnya pembengkakan pada kelenjar getah bening bisa menjadi tanda adanya infeksi HIV pada bumil.
Ciri lainnya adalah munculnya bisul di sekitar alat kelamin yang bisa hilang, tapi kemudian muncul kembali. Ciri lain yang mungkin timbul:
- Nyeri otot dan sendi
- Diare dan sakit tenggorokan
- Gejala amenore dan herpes
- Penurunan berat badan secara drastis
- Bintik putih pada lidah
- Penglihatan berkurang
Selain berdampak buruk pada ibu, HIV juga memengaruhi janin yang dikandungnya. Bayi memiliki risiko lebih tinggi tertular, membuatnya rentan terhadap infeksi virus dan bakteri penyakit, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, bahkan kematian.
Bayi yang terinfeksi HIV juga berisiko tinggi lahir dengan berat badan lahir rendah, serta mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya.
Oleh karenanya, penting untuk melakukan deteksi dini HIV pada ibu hamil. Karena bumil yang menderita HIV memerlukan perawatan khusus untuk menangani infeksinya, serta mengurangi risiko penularan pada bayi.
Untuk mencegah HIV tertular dari ibu ke janin, dokter kandungan biasanya akan diberikan berbagai jenis obat antivirus khusus, salah satunya adalah obat ART (antiretroviral) untuk menekan jumlah virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah dinukil laman Halodoc, memberikan beberapa pedoman baru berikut tentang pengobatan ART bagi ibu hamil untuk mencegah penularan HIV pada janin:
- Terapi antiretroviral (ART) dini diberikan untuk wanita hamil yang positif mengidap HIV dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah penularan HIV ke janin selama masa kehamilan dan menyusui.
- Pemberian profilaksis ARV dalam jangka waktu yang lebih lama untuk bumil yang positif mengidap HIV, tetapi memiliki sistem kekebalan tubuh yang relatif kuat. Pengobatan ini juga akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke janin.
Yang harus dipahami, bila bumil terdeteksi HIV, segera lakukan pengobatan sejak dini sehingga meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan, sehingga janin dapat terhindar dari penularan HIV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Virus ini melemahkan dan mengurangi kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi dan penyakit. Penyakit ini dapat menyebabkan AIDS jika tidak terdeteksi dan tidak diobati.
Pada dasarnya, wanita harus melakukan tes HIV sebelum mereka hamil atau sedini mungkin selama setiap kehamilan dan selama trimester ketiga.
Data dari Kementerian Kesehatan yang dikutip dari Ayo Sehat, menunjukkan peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 2023 berkisar 35 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 0,3 persen adalah ibu hamil.
Tentunya hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius, karena ibu hamil yang mengidap HIV, berisiko tinggi menularkan HIV pada anaknya. Untuk itu, dibutuhkan upaya pencegahan dan deteksi dini pada ibu hamil untuk mengurangi risiko penularan pada anak dan anggota keluarga lainnya.
Bila hasilnya positif
.jpg)
(Data Kemenkes menunjukkan peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 2023 berkisar 35 persen di antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 0,3 persen adalah ibu hamil. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Setelah diperiksa, biasanya hasil akan keluar dalam waktu 2 minggu. Jika hasilnya positif, bumil akan menjalani tes darah kedua untuk memastikan mengidap HIV. Mungkin diperlukan waktu hingga 2 minggu hingga hasil tes kedua keluar.
Menunggu hasil tes kedua bisa menjadi saat yang mencemaskan. Berbicara dengan bidan, dokter, atau perawat, dapat membantu. Jika bumil memang mengidap HIV, tenaga medis akan dirujuk untuk perawatan dan pengobatan spesialis.
Pentingnya deteksi dini HIV pada ibu hamil
HIV pada wanita hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine, keguguran dan melahirkan prematur. Menukil HIV Info, wanita hamil yang terinfeksi HIV bisa diketahui dengan melihat ciri-ciri di bawah ini.
Kondisi fisik lemah
Karena HIV menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, bumil yang terinfeksi HIV menjadi lebih lemah dan rentan terinfeksi berbagai macam penyakit. Salah satunya, bumil kerap mengalami flu dan demam yang berulang-ulang.
Baca juga: Apa Itu Proses Inseminasi Intrauterin dan Bedanya dengan Program Bayi Tabung?
Ruam pada kulit
Ciri-ciri lainnya adalah munculnya ruam pada kulit sebagai reaksi terhadap infeksi HIV. Berupa bintik-bintik merah yang semakin lama semakin membesar dan banyak jumlahnya.
Pembengkakan pada kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening adalah bagian tubuh yang berkaitan erat dengan sistem kekebalan, sehingga timbulnya pembengkakan pada kelenjar getah bening bisa menjadi tanda adanya infeksi HIV pada bumil.
Bisul di sekitar alat kelamin
Ciri lainnya adalah munculnya bisul di sekitar alat kelamin yang bisa hilang, tapi kemudian muncul kembali. Ciri lain yang mungkin timbul:
- Nyeri otot dan sendi
- Diare dan sakit tenggorokan
- Gejala amenore dan herpes
- Penurunan berat badan secara drastis
- Bintik putih pada lidah
- Penglihatan berkurang
Selain berdampak buruk pada ibu, HIV juga memengaruhi janin yang dikandungnya. Bayi memiliki risiko lebih tinggi tertular, membuatnya rentan terhadap infeksi virus dan bakteri penyakit, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, bahkan kematian.
Bayi yang terinfeksi HIV juga berisiko tinggi lahir dengan berat badan lahir rendah, serta mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya.
Oleh karenanya, penting untuk melakukan deteksi dini HIV pada ibu hamil. Karena bumil yang menderita HIV memerlukan perawatan khusus untuk menangani infeksinya, serta mengurangi risiko penularan pada bayi.
Mencegah penularan HIV dari ibu ke janin
Untuk mencegah HIV tertular dari ibu ke janin, dokter kandungan biasanya akan diberikan berbagai jenis obat antivirus khusus, salah satunya adalah obat ART (antiretroviral) untuk menekan jumlah virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah dinukil laman Halodoc, memberikan beberapa pedoman baru berikut tentang pengobatan ART bagi ibu hamil untuk mencegah penularan HIV pada janin:
- Terapi antiretroviral (ART) dini diberikan untuk wanita hamil yang positif mengidap HIV dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah penularan HIV ke janin selama masa kehamilan dan menyusui.
- Pemberian profilaksis ARV dalam jangka waktu yang lebih lama untuk bumil yang positif mengidap HIV, tetapi memiliki sistem kekebalan tubuh yang relatif kuat. Pengobatan ini juga akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke janin.
Yang harus dipahami, bila bumil terdeteksi HIV, segera lakukan pengobatan sejak dini sehingga meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan, sehingga janin dapat terhindar dari penularan HIV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)