FAMILY

Apa Itu Proses Inseminasi Intrauterin dan Bedanya dengan Program Bayi Tabung?

A. Firdaus
Rabu 20 November 2024 / 11:10
Jakarta: Sebagian besar pasangan akan hamil dalam satu tahun pertama pernikahan. Namun ada 10-15% pasangan belum memiliki keturunan setelah setahun bersenggama teratur dan tidak menggunakan kontrasepsi.

Kondisi tersebut bisa mengarah ke masalah infertilitas, atau gangguan kesuburan. Salah satu penyebabnya bisa karena dari gangguan kesuburan dari istri, yaitu sebanyak 30%.

Menurut dr. Shanty Olivia F.J. Sp. O.G., Subsp. F.E.R, ada berbagai penanganan infertilitas, di antaranya; mengonsumsi obat-obatan penyubur. Obat ini diberikan biasanya kepada pasien yang murni gangguan kesuburannya dari gangguan pematangan telur, tanpa ada penyebab lain, seperti tidak ada faktor spermanya, tidak ada gangguan anatomi, dan tidak ada gangguan dari saluran telur.

"Kemudian ada pasien yang diberikan suntikan hormon, inseminasi, bayi tabung, dan pembedahan," ujar dr. Shanty dalam media talkshow seputar Inseminasi Intrauterin oleh Rumah Sakit Pondok Indah.

Bayi tabung menjadi penanganan yang paling banyak dipilih oleh pasangan yang mengalami infertilitas. Tapi ada satu lagi penanganan yang bisa dilakukan oleh pasutri, yaitu Inseminasi.
 

Apa itu Inseminasi?


Inseminasi adalah salah satu bentuk teknologi reproduksi berbantu, di mana sperma yang sudah diseleksi disemprotkan ke dalam rongga rahim pada masa subur.

Inseminasi yang juga dikenal dengan istilah Intra Uterine Insemination (IUI) memiliki tujuan, memperpendek jarak tempuh sperma untuk mencapai sel telur, meningkatkan peluang sperma mencapai rahim, dan memungkinkan wanita hamil tanpa berhubungan seksual dengan pasangannya.
 

Kapan Inseminasi dilakukan?


Menurut dr. Shanty, ada beberapa indikasi kapan Inseminasi dibutuhkan. Di antaranya:

- Unexplained Infertility

"Artinya dokter bisa memberikan saran kepada pasien yang Unexplained untuk menjalani Inseminasi. Dan memang salah satu saran treatment pada unexplained adalah Inseminasi," ungkap dr. Shanty.

- Endometriosis ringan

Kondisi ketika jaringan endometrium tumbuh dalam jumlah kecil dan dangkal di indung telur dan dinding panggul.

- Infertilitas faktor pria

"Ini menjadi faktor utama, jadi kalau misalnya ada masalah di sperma yang menjalani seacara alami ke sel telur. Dengan melakukan Inseminasi sperma melakukan jalan pintas tanpa perlu bersusah payah untuk mencapai sel telur," terang dr. Shanty.

- Penyakit tertentu

Memiliki kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pertimbangan khusus, seperti pencucian sperma pada pria, penderita HIV, hepatitis B, atau hepatitis C.

- Faktor servikal

Bila terjadi penyempitan di leher rahim wanita, dokter bisa langsung memasukkan spermanya.

- Gangguan ovulasi

Adalah kondisi yang menyebabkan ovulasi tidak terjadi atau tidak teratur, sehingga dapat menyebabkan infertilitas pada wanita. Gangguan ovulasi terjadi karena masalah pengaturan hormon reproduksi yang memengaruhi sistem endokrin wanita.

Baca juga: Mengenal Andropause, Menopause-nya Pria Paruh Baya
 

Syarat melakukan Inseminasi


Ada dua faktor yang bisa diterapkan jika pasangan suami istri ingin melakukan inseminasi. Dari faktor istri wajib punya rahim dan tuba yang sehat.

"Rahimnya yang harus sehat karena nanti hasil dari pembuahan itu akan menempel dalam rongga rahim. Sementara tuba saluran telur yang sehat dan tidak boleh tersumbat, karena saluran telur itu masih dibutuhkan untuk proses bertemunya sperma dengan sel telur," kata dr. Shanty.

Kemudian harus ada ovulasi, jadi harus ada telur yang dipecahkan dari indung telur, karena sperma akan membuahi sel telur yang matang.

Faktor yang ada di istri lainnya adalah, usia di bawah 40 tahun. Karena selain jumlah dan kualitas sel telur, seorang wanita akan menurun drastis jika usianya di atas 40 tahun.


dr. Shanty Olivia F.J. Sp. O.G., Subsp. F.E.R. Dok. A. Firdaus/Medcom

"Beberapa penelitian mengatakan bahwa, idealnya istri yang ingin melakukan Inseminasi di bawah 38 tahun," terangnya.

Sementara untuk faktor suami adalah tidak boleh mengalami gangguan sperma yang berat, seperti azoospermia yang merupakan kondisi ketika air mani pria tidak mengandung sperma sama sekali saat ejakulasi.

"Itu bisa menganggu angka keberhasilan atau peluang keberhasilan dari inseminasi itu sendiri," kata dr. Shanty.
 

Persiapan Inseminasi


Langkah pertama yang perlu disiapkan adalah, pemberian asupan, baik itu dari obat-obatan atau natural. Untuk natural, dokter akan memantau terlebih dahulu masa subur si istri.

"Kami juga akan memberikan obat-obatan seperti obat CC/Letrozol dan gonadotropin injeksi. Semuanya adalah untuk menciptakan ovulasi," ujar dr. Shanty.

"Setelah dilakukan pemantauan, baru dipersiapkan Inseminasi. Biasanya kalau sudah menemukan telur yang matang, dokter akan berikan pemecah telur atau pematang telur, baru 24 atau 48 jam kemudian baru dilakukan Inseminasi," lanjutnya.

Usai Inseminasi dilakukan, dokter akan memantau kembali dua minggu setelahnya untuk mengetahui apakah positif atau negatif. Angka keberhasilan Inseminasi tidak terlampau tinggi, tapi dibandingkan natural atau alami tergolong tinggi, sekitar 10-15 persen.
 

Perbedaan Inseminasi dan Program Bayi Tabung


Bedanya antara Inseminasi dengan bayi tabung atau In Vitro Fertilitasion (IVF) adalah, kalau Inseminasi masih ada pembuahan di rahim istri. Jadi saluran telur masih dibutuhkan, karena pembuahan terjadi tempat bertemunya sperma dan sel telur di saluran telur.

"Sedangkan di IVF, pembuahan itu terjadi di luar tubuh. In Vitro itu artinya di luar. Jadi ketemunya sperma dan sel telur itu di luar," tutup dr. Shanty yang biasa berpraktik di RS Pondok Indah IVF Centre RS Pondok Indah-Puri Indah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH