FITNESS & HEALTH
Yohanna Gewang, Sosok Ibu 'Golden Woman' yang Punya Lebih dari 170 Outlet Spa
A. Firdaus
Jumat 22 Desember 2023 / 16:43
Jakarta: Makna menjadi seorang ibu tak hanya didasari ikatan sedarah dengan sang anak. Di dunia bisnis, kedekatan seorang pemimpin perempuan seperti Yohanna Gewang, yang merupakan President Director dan pemilik Alaya Spa & Wellness, juga menjadi sosok ibu bagi ribuan karyawan dan terapis yang digawanginya.
Alaya Spa & Wellness telah berdiri 13 tahun lamanya. Ada lebih dari 170 outlet Alaya telah tersebar di hotel dan resort berbintang di Indonesia.
Memiliki outlet sebanyak itu, Yohanna ingin terus ingin memberi manfaat bagi siapa pun para karyawan yang sudah bertumpu pada bisnisnya. Untuk itu simak perjalanan Yohanna membangun Spa terbanyak di Indonesia.
Perjalanan karier Yohanna dalam membangun usaha spa diawali dengan bekerja sambil kuliah di Ibis Arcadia. Ketika itu ia sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama sebulan.
Usai masa PKL nya berakhir, General Manager di hotel tersebut yang puas dengan kinerja Yohanna, menawari untuk melanjutkan bekerja di Ibis. Awalnya, Yohanna menolak, tapi ada satu kutipan ajaib dari sang bos yang membuat ia berubah pikiran.
"Jadi saya itu background-nya dari Sekolah Perhotelan dan saya melakukan PKL di Ibis Arcadia. Selama saya menjalani PKL di hotel tersebut, pekerjaan saya dilihat bagus oleh GM di hotel tersebut. GM itu berkata, satu minggu sebelum PKL selesai, saya harus menghadapnya. Saya pun menghadapnya sesuai arahan, dari situ saya ditawari kerja di sana, saya pikir saya masih kuliah, ngapain saya bekerja," ujar Yohanna membuka percakapan dengan Medcom.
"Tapi ada kata-kata dari GM yang membuat saya terdiam, kata dia, Yohanna Trust me, you will be Golden Woman. Soal kuliah bisa diatur waktunya, tawaran itu pun saya terima," lanjutnya.
Baca juga: Kenalan dengan Hani Fitriani, si Ratu Toa GBK yang Rajin Gelorakan Olahraga Pound
Yohanna pun memulai kariernya, dari Daily Worker dengan gaji honorer, staf kontrak, hingga jadi staf permanen. Dalam dua tahun, yang awalnya Daily Worker, Yohanna sudah menjadi Sales Marketing Manager. Suatu pencapaian yang tergolong langka, mengingat dengan seusia itu belum ada yang mencapai kesuksesannya.
"Bukannya kutu loncat, tapi pada zaman itu saat usia saya baru menginjak 23 tahun, saya sudah menempati posisi setinggi itu, sangat jarang ada. Apalagi saat itu tawaran yang datang ke saya, jadi karena saya masih muda terus ada tawaran paket yang cocok, ya saya ambil. Hingga saya menginjak 24 tahun, saya sudah menjadi Direktur of Sales hotel bintang 4 di Accor Brand. Suatu pencapaian yang jarang didapat oleh orang di usia saya," jelas Yohanna.
Karier Yohanna gemilang. Pada usia 28 tahun, ia sudah menjadi Direktur of Sales Marketing di Novotel Bogor. Kemudian, setahun berselang, Yohanna sudah menjadi General Manager di Hotel Lokal.
Pada periode emasnya, ia memutuskan untuk menikah dan hamil. Memulai perjalanan baru sebagai seorang istri dan hamil, Yohanna memilih untuk pensiun dini dari dunia perhotelan. Ia fokus untuk menjadi seorang ibu seutuhnya.
"Saat kehamilan saya sudah mencapai 30 sampai 31 minggu, saya mulai khawatir riskan dengan kehamilan saya. Untuk itu saya ingin fokus ke kehamilan saya, toh kemarin saya juga sudah sibuk ngejar karier, akhirnya saya break. Saya ingin masuk ke fase kehidupan berikutnya," kata Yohanna.
Setelah 6 bulan melahirkan, Yohanna mulai merasa kurang beraktivitas. Kurangnya aktivitas karena ia merasa kelebihan energi. "Akhirnya saya lampiaskan dengan mencuci dan menyetrika baju anak saya sendiri, meski ada asisten rumah tangga," cerita Yohanna.
"Mulai dari situ, saya ingin kerja lagi tapi yang side job. Kemudian ada tawaran di salah satu spa yang kebetulan sedang goyang. Beberapa bulan saya masuk di situ, income-nya naik," terang perempuan kelahiran Jakarta 27 Maret 1977 ini. Yohanna akhirnya kembali memutuskan untuk beristirahat dan fokus mengurus anaknya.
Sepeninggal break, ternyata ia tak hanya bikin pendapatan spa tersebut melonjak, Yohanna juga mewarisi pesanan ke para teman-teman hotelnya, agar memasukkan spa tersebut ke fasilitas hotel.
Tapi para rekannya di hotel tersebut lebih menyarankan agar Yohanna bisa membuka spa sendiri. Ide yang bagus, katanya. Apalagi itu impian dan sebuah hobi yang bisa dijadikan bisnis menurut Yohanna.

Alaya yang berarti keanggunan, merupakan misi Yohanna menjadikan semua perempuan anggun di depan pasangannya. Dok. Ist
"Memang saya punya impian buka spa sendiri dan suka treatment. Sekadar flashback, waktu gadis saya suka treatment, seminggu sekali. Dan itu seharian penuh saya treatment dari ujung kaki sampai ujung rambut," ujar Yohanna.
Pada akhir 2009 ke awal 2010 Yohanna memutuskan untuk membuka spa sendiri. Awal merintis, salah satu hotel di Surabaya yang kini bernama Artotel Surabaya menjadi tempat perdana ia membuka spa. Ketika itu ia hanya memiliki dua terapis saja.
"Jadi waktu itu sistemnya masih belum punya outlet tetap, jadi saya angkut-angkut itu segala peralatan dan minyak untuk pijat. Spa tersebut saya beri nama Alaya. Alaya saya ambil dari beberapa bahasa, dan saya mengartikannya dengan Keanggunan," cerita Yohanna.
Untuk mengembangkan usahaya, Yohanna mengandalkan beberapa kenalannya di hotel. Kabar baiknya, Yohanna punya silaturahmi yang cukup baik dengan rekan-rekannya di dunia perhotelan.
Singkatnya, berkembangnya Alaya secara cepat tak lepas dengan cara Yohanna menjaga standar khusus dari bisnisnya tersebut. Sebelum pandemi datang, setidaknya ia sudah membuka 80 outlet, dan kebanyakan outlet saya itu ada di bintang 3 sampai 5.
Sejatinya, ketika memasuki pandemi covid-19, Spa menjadi salah satu bisnis yang terdampak. Yohanna mengakui, kondisi pandemi juga memengaruhi bisnisnya yang harus ditutup di beberapa kota-kota besar, seperti Jakarta, Bogor, dan Surabaya.
Dampak dari Pandemi juga membuat Yohanna memulangkan para terapis ke kampung halaman masing-masing. Namun, ia tak mau putus hubungan dengan para karyawannya dan membuat grup chat di Telegram.
Selama enam bulan berjalannya pandemi, Yohanna mulai mendengar beberapa kisah sedih dari para karyawannya. Ia pun tak tinggal diam dan terus berpikir untuk bagaimana caranya bisa mempertahankan usahanya, serta bisa terus menghidupi para karyawan yang telah bertumpu hidup di pundaknya.

Tak hanya perempuan, Alaya Spa & Wellness juga memperhatikan perawatan terhadap pria. Dok. Ist
"Saya mencoba mempelajari kondisi. Dan saya melihat Alaya hanya ada di kota-kota besar saja, di mana di situ outlet pada tutup karena kota terdampak Covid-19. Saya berpikir kota mana yang agak longgar peraturannya yang bisa membuka Spa di hotel. Saya mencari, dan Kota Padang menjadi salah satu tujuan saya. Begitu juga di kota-kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Tengah yang peraturan membuka spa tidak terlalu ketat, dan di bisnis saya kembangkan," terang Yohanna.
Strategi itu sangat jitu, karena dengan dibukanya outlet baru, maka ia bisa mempekerjakan kembali terapis yang sudah 'menjerit' akibat tak punya penghasilan.
"Alhamdulillah usaha saya itu berhasil. Dari situ, outlet-outlet baru Alaya bertambah, selain outlet yang sudah ada di kota-kota besar," terangnya.
Namun, perjalanan membuka outlet di kota-kota baru tersebut tak selamanya mulus. Seperti di Pontianak, baru beberapa bulan membuka, daerah tersebut sudah masuk PPKM level 1, yang mengharuskan Yohanna menutup outlet spa-nya.
"Tim saya yang berasal dari Jawa, terdampar di sana akibat pergerakan yang dibatasi pemerintah. Akhirnya saya suntik dana lagi, untuk tempat tinggal dan makan mereka, terus di Manado buka, tiba-tiba dua bulan buka, kena red zone lagi, jadi pengusaha pada masa pandemi itu harus kuat," kata Yohanna.
"Seiring berjalan dengan segala peraturan new normal. Kami pun membuat peraturan untuk Spa pada masa pandemi. Jadi saya sama tim saat pandemi itu membuat SOP untuk penanganan tamu pada saat pandemi. Jadi itulah yang kami ajukan ke beberapa kota, ke satgas dan petugas, dan kami lolos verifikasi untuk bisa membuka outlet lagi," sambungnya.
Berkembangnya Alaya itu salah satunya dari strategi yang diterapkan pada masa pandemi. Bukannya berkurang, Alaya malah menambah outlet di tempat-tempat yang memang masih zona hijau.
"Karena saya kepikiran bahwa anak-anak (terapis) saya itu harus bekerja. Poinnya di situ, saya bukan melakukan ekspansi karena bisnis, tapi karena memikirkan para karyawan di bawah sana," terang Yohanna.
"Saat semuanya pandemi selesai, outlet kami mulai bertambah dari 150, menjadi 170, dan sampai saat ini mencapai 180," lanjutnya.
Meski sibuk di bisnisnya, bukan berarti Yohanna melepaskan tanggung jawab di rumah. Yohanna tetap menjadi sosok penting di depan kedua anaknya, yaitu Arva Berthan Siregar (15 tahun) dan Michelle Odilia Siregar (9 tahun). Sikap tanggung jawab ini ia praktikkan dengan menerapkan pola asuh dalam kesehariannya.
Yohanna ingin, anak-anak bisa bebas berekspresi dalam memilih jalan yang mereka suka. Kendati demikian, dengan segala sesuatu yang disediakan, Yohanna tak ingin kedua anaknya memanfaatkan segala fasilitas dan kemudahan itu.

Yohanna Gewang, menerapkan filosofi dari sang ayah untuk mendidik anak dan para karyawannya. Dok. Ist
Usut punya usut, bonding yang dia terapkan ke anak ternyata ditirunya dari sang ayah saat mendidik dirinya. Yohanna sangat mensyukuri, apa yang ayahnya ajarkan bisa bermanfaat hingga saat ini, termasuk bagaimana Yohanna mampu mengurusi para karyawan dan terapis yang telah bertumpu di pundaknya.
Baca juga: Kisah Tafik Perjuangkan Arti ‘Merdeka Belajar’, Apresiasi Perjuangan Guru
Sementara itu berbisnis juga tak selalu mulus, ada saja permasalahan yang ia hadapi. Namun, kendati dihantui berbagai masalah, Yohanna pun tetap merasa tegar di balik kesuksesannya, juga di depan para karyawannya.
"Karyawan saya itu 99 persen perempuan semua dan mereka tulang punggung keluarga. Saya sebagai owner, anak-anak pasti melihat saya, jadi saya harus tegar, saya adalah pegangan mereka. Filosofi dari sang ayah itu yang saya terapkan ketika menghadapi masalah," terang Yohanna.
"Jangan pernah menunjukkan wajah penuh masalah di hadapan para karyawan, karena mereka bertumpu pada saya," sambungnya, meniru filosopi sang ayah.
Sudah 13 tahun Alaya berjalan, Yohanna yang proaktif tak mau berdiam diri tanpa melakukan inovasi. Demi bisa mengikuti perkembangan zaman dan tentunya kemudahan untuk semua lini, ia pun melakukan terobosan
"Saya dan tim melakukan riset untuk menerapkan digitalisasi ke lebih 170 outlet itu, di mana kami menggunakan teknologi. Jadi ada sistem yang terintegrasi di semua outlet dan terpusat di head office. Mulai dari sistem aplikasi untuk terapis, sistem reporting, hingga benefit untuk para customer. Sampai saat ini spa yang punya sistem integrasi setahu saya cuma Alaya saja," kata Yohanna.

Banyak kemudahan dengan hadirnya aplikasi Alaya/Annathaya. Dok. Ist
Tak hanya Alaya, dari partner hingga customer juga akan merasakan keuntungan dengan hadirnya aplikasi Alaya ini. Seperti customer akan mendapatkan sistem reservasi yang cepat. Partner akan mendapatkan revenue yang lebih tinggi, karena semuanya akan tersistematis yang lebih baik, jauh dari sistem konvensional.
"Untuk member, atau customer, mereka akan lebih terkoneksi, mendapatkan nanti CRM atau poin kah. Untuk Karyawan, dari sistem ini akan terlihat mana terapist yang kinerjanya itu bagus mana yang paling top, mana yang tidak pernah punya komplain. Tamu bisa juga memberika penilaian," kata Yohanna.
Tak hanya digitalisasi yang akan dikembangkan Yohanna, Alaya juga akan bermetamorfosis dengan membuat brand baru yaitu Anataya by Alaya. Konsepnya adalah Mother of Nature yang akan fokus di hotel bintang 4+ dan 5.
Selain itu, Alaya juga akan mejeng di beberapa mall. Setidaknya hingga saat ini sudah ada permintaan dari developer mall yang ingin bekerja sama dengan Alaya.

Wajah baru Alaya Spa. Dok. Ist
"Ke depannya akan lebih berkembang ke mall, ada developer besar untuk bikin crowd di tempat mereka. Nanti mereka kasih ruko, dan sistemnya bagi hasil. Untuk di mall juga akan beda konsep. Sebab, Mall market targetnya akan beda," ujar perempuan yang hobi olahraga ini.
"Saya enggak mau terburu-buru untuk mewujudkannya. Saya lebih dulu memikirkan konsep yang akan diterapkan saat membuka di mall. Sebab, ada interior yang harus saya desain sebelum membuka outlet di pusat perbelanjaan," tutup Yohanna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Alaya Spa & Wellness telah berdiri 13 tahun lamanya. Ada lebih dari 170 outlet Alaya telah tersebar di hotel dan resort berbintang di Indonesia.
Memiliki outlet sebanyak itu, Yohanna ingin terus ingin memberi manfaat bagi siapa pun para karyawan yang sudah bertumpu pada bisnisnya. Untuk itu simak perjalanan Yohanna membangun Spa terbanyak di Indonesia.
Awal perjalanan sang Golden Woman
Perjalanan karier Yohanna dalam membangun usaha spa diawali dengan bekerja sambil kuliah di Ibis Arcadia. Ketika itu ia sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama sebulan.
Usai masa PKL nya berakhir, General Manager di hotel tersebut yang puas dengan kinerja Yohanna, menawari untuk melanjutkan bekerja di Ibis. Awalnya, Yohanna menolak, tapi ada satu kutipan ajaib dari sang bos yang membuat ia berubah pikiran.
"Jadi saya itu background-nya dari Sekolah Perhotelan dan saya melakukan PKL di Ibis Arcadia. Selama saya menjalani PKL di hotel tersebut, pekerjaan saya dilihat bagus oleh GM di hotel tersebut. GM itu berkata, satu minggu sebelum PKL selesai, saya harus menghadapnya. Saya pun menghadapnya sesuai arahan, dari situ saya ditawari kerja di sana, saya pikir saya masih kuliah, ngapain saya bekerja," ujar Yohanna membuka percakapan dengan Medcom.
"Tapi ada kata-kata dari GM yang membuat saya terdiam, kata dia, Yohanna Trust me, you will be Golden Woman. Soal kuliah bisa diatur waktunya, tawaran itu pun saya terima," lanjutnya.
Baca juga: Kenalan dengan Hani Fitriani, si Ratu Toa GBK yang Rajin Gelorakan Olahraga Pound
Yohanna pun memulai kariernya, dari Daily Worker dengan gaji honorer, staf kontrak, hingga jadi staf permanen. Dalam dua tahun, yang awalnya Daily Worker, Yohanna sudah menjadi Sales Marketing Manager. Suatu pencapaian yang tergolong langka, mengingat dengan seusia itu belum ada yang mencapai kesuksesannya.
"Bukannya kutu loncat, tapi pada zaman itu saat usia saya baru menginjak 23 tahun, saya sudah menempati posisi setinggi itu, sangat jarang ada. Apalagi saat itu tawaran yang datang ke saya, jadi karena saya masih muda terus ada tawaran paket yang cocok, ya saya ambil. Hingga saya menginjak 24 tahun, saya sudah menjadi Direktur of Sales hotel bintang 4 di Accor Brand. Suatu pencapaian yang jarang didapat oleh orang di usia saya," jelas Yohanna.
Meninggalkan karier yang gemilang
Karier Yohanna gemilang. Pada usia 28 tahun, ia sudah menjadi Direktur of Sales Marketing di Novotel Bogor. Kemudian, setahun berselang, Yohanna sudah menjadi General Manager di Hotel Lokal.
Pada periode emasnya, ia memutuskan untuk menikah dan hamil. Memulai perjalanan baru sebagai seorang istri dan hamil, Yohanna memilih untuk pensiun dini dari dunia perhotelan. Ia fokus untuk menjadi seorang ibu seutuhnya.
"Saat kehamilan saya sudah mencapai 30 sampai 31 minggu, saya mulai khawatir riskan dengan kehamilan saya. Untuk itu saya ingin fokus ke kehamilan saya, toh kemarin saya juga sudah sibuk ngejar karier, akhirnya saya break. Saya ingin masuk ke fase kehidupan berikutnya," kata Yohanna.
Setelah 6 bulan melahirkan, Yohanna mulai merasa kurang beraktivitas. Kurangnya aktivitas karena ia merasa kelebihan energi. "Akhirnya saya lampiaskan dengan mencuci dan menyetrika baju anak saya sendiri, meski ada asisten rumah tangga," cerita Yohanna.
"Mulai dari situ, saya ingin kerja lagi tapi yang side job. Kemudian ada tawaran di salah satu spa yang kebetulan sedang goyang. Beberapa bulan saya masuk di situ, income-nya naik," terang perempuan kelahiran Jakarta 27 Maret 1977 ini. Yohanna akhirnya kembali memutuskan untuk beristirahat dan fokus mengurus anaknya.
Sepeninggal break, ternyata ia tak hanya bikin pendapatan spa tersebut melonjak, Yohanna juga mewarisi pesanan ke para teman-teman hotelnya, agar memasukkan spa tersebut ke fasilitas hotel.
Tapi para rekannya di hotel tersebut lebih menyarankan agar Yohanna bisa membuka spa sendiri. Ide yang bagus, katanya. Apalagi itu impian dan sebuah hobi yang bisa dijadikan bisnis menurut Yohanna.

Alaya yang berarti keanggunan, merupakan misi Yohanna menjadikan semua perempuan anggun di depan pasangannya. Dok. Ist
"Memang saya punya impian buka spa sendiri dan suka treatment. Sekadar flashback, waktu gadis saya suka treatment, seminggu sekali. Dan itu seharian penuh saya treatment dari ujung kaki sampai ujung rambut," ujar Yohanna.
Pada akhir 2009 ke awal 2010 Yohanna memutuskan untuk membuka spa sendiri. Awal merintis, salah satu hotel di Surabaya yang kini bernama Artotel Surabaya menjadi tempat perdana ia membuka spa. Ketika itu ia hanya memiliki dua terapis saja.
"Jadi waktu itu sistemnya masih belum punya outlet tetap, jadi saya angkut-angkut itu segala peralatan dan minyak untuk pijat. Spa tersebut saya beri nama Alaya. Alaya saya ambil dari beberapa bahasa, dan saya mengartikannya dengan Keanggunan," cerita Yohanna.
Untuk mengembangkan usahaya, Yohanna mengandalkan beberapa kenalannya di hotel. Kabar baiknya, Yohanna punya silaturahmi yang cukup baik dengan rekan-rekannya di dunia perhotelan.
Singkatnya, berkembangnya Alaya secara cepat tak lepas dengan cara Yohanna menjaga standar khusus dari bisnisnya tersebut. Sebelum pandemi datang, setidaknya ia sudah membuka 80 outlet, dan kebanyakan outlet saya itu ada di bintang 3 sampai 5.
Strategi jitu saat Pandemi
Sejatinya, ketika memasuki pandemi covid-19, Spa menjadi salah satu bisnis yang terdampak. Yohanna mengakui, kondisi pandemi juga memengaruhi bisnisnya yang harus ditutup di beberapa kota-kota besar, seperti Jakarta, Bogor, dan Surabaya.
Dampak dari Pandemi juga membuat Yohanna memulangkan para terapis ke kampung halaman masing-masing. Namun, ia tak mau putus hubungan dengan para karyawannya dan membuat grup chat di Telegram.
Selama enam bulan berjalannya pandemi, Yohanna mulai mendengar beberapa kisah sedih dari para karyawannya. Ia pun tak tinggal diam dan terus berpikir untuk bagaimana caranya bisa mempertahankan usahanya, serta bisa terus menghidupi para karyawan yang telah bertumpu hidup di pundaknya.

Tak hanya perempuan, Alaya Spa & Wellness juga memperhatikan perawatan terhadap pria. Dok. Ist
"Saya mencoba mempelajari kondisi. Dan saya melihat Alaya hanya ada di kota-kota besar saja, di mana di situ outlet pada tutup karena kota terdampak Covid-19. Saya berpikir kota mana yang agak longgar peraturannya yang bisa membuka Spa di hotel. Saya mencari, dan Kota Padang menjadi salah satu tujuan saya. Begitu juga di kota-kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Tengah yang peraturan membuka spa tidak terlalu ketat, dan di bisnis saya kembangkan," terang Yohanna.
Strategi itu sangat jitu, karena dengan dibukanya outlet baru, maka ia bisa mempekerjakan kembali terapis yang sudah 'menjerit' akibat tak punya penghasilan.
"Alhamdulillah usaha saya itu berhasil. Dari situ, outlet-outlet baru Alaya bertambah, selain outlet yang sudah ada di kota-kota besar," terangnya.
Namun, perjalanan membuka outlet di kota-kota baru tersebut tak selamanya mulus. Seperti di Pontianak, baru beberapa bulan membuka, daerah tersebut sudah masuk PPKM level 1, yang mengharuskan Yohanna menutup outlet spa-nya.
"Tim saya yang berasal dari Jawa, terdampar di sana akibat pergerakan yang dibatasi pemerintah. Akhirnya saya suntik dana lagi, untuk tempat tinggal dan makan mereka, terus di Manado buka, tiba-tiba dua bulan buka, kena red zone lagi, jadi pengusaha pada masa pandemi itu harus kuat," kata Yohanna.
"Seiring berjalan dengan segala peraturan new normal. Kami pun membuat peraturan untuk Spa pada masa pandemi. Jadi saya sama tim saat pandemi itu membuat SOP untuk penanganan tamu pada saat pandemi. Jadi itulah yang kami ajukan ke beberapa kota, ke satgas dan petugas, dan kami lolos verifikasi untuk bisa membuka outlet lagi," sambungnya.
Berkembangnya Alaya itu salah satunya dari strategi yang diterapkan pada masa pandemi. Bukannya berkurang, Alaya malah menambah outlet di tempat-tempat yang memang masih zona hijau.
"Karena saya kepikiran bahwa anak-anak (terapis) saya itu harus bekerja. Poinnya di situ, saya bukan melakukan ekspansi karena bisnis, tapi karena memikirkan para karyawan di bawah sana," terang Yohanna.
"Saat semuanya pandemi selesai, outlet kami mulai bertambah dari 150, menjadi 170, dan sampai saat ini mencapai 180," lanjutnya.
Ibu di rumah dan di Alaya
Meski sibuk di bisnisnya, bukan berarti Yohanna melepaskan tanggung jawab di rumah. Yohanna tetap menjadi sosok penting di depan kedua anaknya, yaitu Arva Berthan Siregar (15 tahun) dan Michelle Odilia Siregar (9 tahun). Sikap tanggung jawab ini ia praktikkan dengan menerapkan pola asuh dalam kesehariannya.
Yohanna ingin, anak-anak bisa bebas berekspresi dalam memilih jalan yang mereka suka. Kendati demikian, dengan segala sesuatu yang disediakan, Yohanna tak ingin kedua anaknya memanfaatkan segala fasilitas dan kemudahan itu.

Yohanna Gewang, menerapkan filosofi dari sang ayah untuk mendidik anak dan para karyawannya. Dok. Ist
Usut punya usut, bonding yang dia terapkan ke anak ternyata ditirunya dari sang ayah saat mendidik dirinya. Yohanna sangat mensyukuri, apa yang ayahnya ajarkan bisa bermanfaat hingga saat ini, termasuk bagaimana Yohanna mampu mengurusi para karyawan dan terapis yang telah bertumpu di pundaknya.
Baca juga: Kisah Tafik Perjuangkan Arti ‘Merdeka Belajar’, Apresiasi Perjuangan Guru
Sementara itu berbisnis juga tak selalu mulus, ada saja permasalahan yang ia hadapi. Namun, kendati dihantui berbagai masalah, Yohanna pun tetap merasa tegar di balik kesuksesannya, juga di depan para karyawannya.
"Karyawan saya itu 99 persen perempuan semua dan mereka tulang punggung keluarga. Saya sebagai owner, anak-anak pasti melihat saya, jadi saya harus tegar, saya adalah pegangan mereka. Filosofi dari sang ayah itu yang saya terapkan ketika menghadapi masalah," terang Yohanna.
"Jangan pernah menunjukkan wajah penuh masalah di hadapan para karyawan, karena mereka bertumpu pada saya," sambungnya, meniru filosopi sang ayah.
Era baru Alaya
Sudah 13 tahun Alaya berjalan, Yohanna yang proaktif tak mau berdiam diri tanpa melakukan inovasi. Demi bisa mengikuti perkembangan zaman dan tentunya kemudahan untuk semua lini, ia pun melakukan terobosan
"Saya dan tim melakukan riset untuk menerapkan digitalisasi ke lebih 170 outlet itu, di mana kami menggunakan teknologi. Jadi ada sistem yang terintegrasi di semua outlet dan terpusat di head office. Mulai dari sistem aplikasi untuk terapis, sistem reporting, hingga benefit untuk para customer. Sampai saat ini spa yang punya sistem integrasi setahu saya cuma Alaya saja," kata Yohanna.

Banyak kemudahan dengan hadirnya aplikasi Alaya/Annathaya. Dok. Ist
Tak hanya Alaya, dari partner hingga customer juga akan merasakan keuntungan dengan hadirnya aplikasi Alaya ini. Seperti customer akan mendapatkan sistem reservasi yang cepat. Partner akan mendapatkan revenue yang lebih tinggi, karena semuanya akan tersistematis yang lebih baik, jauh dari sistem konvensional.
"Untuk member, atau customer, mereka akan lebih terkoneksi, mendapatkan nanti CRM atau poin kah. Untuk Karyawan, dari sistem ini akan terlihat mana terapist yang kinerjanya itu bagus mana yang paling top, mana yang tidak pernah punya komplain. Tamu bisa juga memberika penilaian," kata Yohanna.
Annathaya the Mother of Nature
Tak hanya digitalisasi yang akan dikembangkan Yohanna, Alaya juga akan bermetamorfosis dengan membuat brand baru yaitu Anataya by Alaya. Konsepnya adalah Mother of Nature yang akan fokus di hotel bintang 4+ dan 5.
Selain itu, Alaya juga akan mejeng di beberapa mall. Setidaknya hingga saat ini sudah ada permintaan dari developer mall yang ingin bekerja sama dengan Alaya.

Wajah baru Alaya Spa. Dok. Ist
"Ke depannya akan lebih berkembang ke mall, ada developer besar untuk bikin crowd di tempat mereka. Nanti mereka kasih ruko, dan sistemnya bagi hasil. Untuk di mall juga akan beda konsep. Sebab, Mall market targetnya akan beda," ujar perempuan yang hobi olahraga ini.
"Saya enggak mau terburu-buru untuk mewujudkannya. Saya lebih dulu memikirkan konsep yang akan diterapkan saat membuka di mall. Sebab, ada interior yang harus saya desain sebelum membuka outlet di pusat perbelanjaan," tutup Yohanna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)