FITNESS & HEALTH

Pesan Dokter Spesialis Paru Menghalau Varian Omicron

MetroTV
Rabu 01 Desember 2021 / 11:28
Jakarta: Munculnya varian baru virus korona yaitu Omicron menjadi perhatian serius berbagai negara. Varian yang dikatakan mempunyai tingkat penularan yang tinggi ini membuat sejumlah negara kembali melakukan pengetatan.

"Omicron lima kali lebih cepat penularannya, jadi daya tularnya memang tinggi sekali," ujar Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Persahabatan Menaldi Rasmin dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Rabu, 1 Desember 2021.

Varian Omicron memiliki 30 mutasi protein spike. Hal ini dikhawatirkan membuat virus tersebut kebal terhadap vaksin yang sudah ada.

"Paling dikhawatirkan yaitu adanya perubahan protein spike yang dapat menyebabkan kehilangan pengenalan oleh sistem imunitas kita yang selama ini sudah kenal dengan asam nukleat yang ada pada spike tadi," jelas Menaldi.

Baca: Pernyataan CEO Moderna tentang Omicron Buat Pasar Jatuh

Sistem imun yang tidak kenal dengan protein spike Omicron itulah yang membuatnya tidak bisa cepat menjawab atau bekerja apabila ada virus yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, risiko tinggi dari varian Omicron pun perlu diwaspadai.

Menaldi menjelaskan vaksin bekerja tergantung pada dua hal, yaitu untuk apa vaksin itu bekerja dan sistem imunitas orang yang divaksinasi. Jika vaksinnya bagus, namun imunitas orang yang divaksinasi belum bagus, maka hasilnya pun tidak akan seperti yang diharapkan.

Namun, Menaldi menyebut vaksin covid-19 yang beredar saat ini seharusnya bermanfaat dengan efektivitas yang cukup baik, yaitu di atas 50 persen. Menaldi pun menyarankan agar pemerintah fokus pada target pencapaian vaksinasi 80 persen dibandingkan vaksinasi booster.

"Sebetulnya yang harus dikejar menurut saya mencapai 80 persen dahulu, bukan vaksin ketiga pada orang yang sudah dapat dua kali vaksin, karena jumlah vaksin yang ada terbatas,” kata Menaldi.

Baca: Pemerintah Ajak Masyarakat Ketatkan Prokes Antisipasi Varian Omicron

Hingga saat ini capaian vaksinasi lengkap di Indonesia masih berada di angka 35 persen dari jumlah populasi. Kemudian, hal yang paling penting dalam menghadapi varian covid-19 terbaru yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Badan Medis Uni Eropa masih mengkaji apakah vaksinasi covid-19 yang ada saat ini dapat mengatasi varian Omicron atau tidak. Kepala Badan Medis Uni Eropa menyebut kajian ini akan memakan waktu selama dua minggu untuk melihat indikasi vaksin covid-19 dan varian Omicron. (Widya Finola Ifani Putri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(UWA)

MOST SEARCH