FITNESS & HEALTH

Polusi Udara Penyebab Kematian Tertinggi ke-5 di Indonesia

Patrick Pinaria
Rabu 06 September 2023 / 18:29
Jakarta: Kualitas udara DKI Jakarta masuk dalam 10 besar terburuk dunia, menurut situs IQAir. Data per Rabu, 6 September 2023, pukul 06.00 WIB, indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 152 US Air Quality Index (AQI US). Dari angka tersebut, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor sembilan di dunia.

Dampak buruk dari polusi udara memang tidak bisa dianggap sebelah mata. Selain mengakibatkan penyakit, polusi udara bisa berdampak fatal menyebabkan kematian.

Menurut data IQAir per 2023, sebanyak 8.700 orang meninggal akibat polusi udara. Bahkan mengacu pada data penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, lebih dari 123 ribu orang meninggal dunia akibat polusi udara di Indonesia setiap tahun. Statistik ini juga menjadikan polusi udara sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi kelima di Indonesia setelah darah tinggi, diabetes, rokok, dan obesitas.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sudah banyak masyarakat yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat polusi udara. Jika melihat data BPJS Kesehatan, klaim untuk penyakit ISPA sudah mencapai Rp10 triliun pada 2022.

"Sebelum covid-19, itu 50 ribuan orang yang kena. Sekarang, sudah naik ke 200 ribuan. Nah, itu ada akibatnya dari polusi udara. Penyakit gangguan pernapasan ini beban BPJS tahun lalu sebesar Rp10 triliun. Kalau lihat tren 2023, itu naik terutama ISPA," kata Menkes Budi.

Kondisi ini menjadi perhatian banyak pihak karena buruknya kualitas udara dapat memengaruhi kesehatan masyarakat. Perhatian datang salah satunya dari seniman dan aktivis, Melanie Subono. Ia mengajak agar masyarakat bisa mengubah kebiasaan hidup untuk bisa mengurangi dan mengatasi polusi udara. Salah satunya, mengurangi polusi udara dari kendaraan.

"Pertama, kesadaran diri dulu sih. Maksudnya begini, enggak semua orang harus ikut menuntut pemerintah atau apapun. Percuma juga elu ikut, tapi elu juga pola hidup di rumah itu ngaco. Misalnya, dalam keluarga ada lima orang dan punya mobil masing-masing. Terus mereka pergi pakai mobil masing-masing, padahal bisa menebeng," kata Melanie dalam tayangan program Metro TV, Suara Reboan episode 6.

Selain mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, Melanie mengimbau agar masyarakat tidak melakukan hal yang dapat menambah buruk polusi udara.

"Hal-hal kecil seperti bakar sampah, hal yang memang berbau-bau energi yang kita tidak butuhkan sebenarnya bisa di-replace (diganti)," katanya.

Melanie juga menganjurkan kepada masyarakat agar menciptakan lingkungan hijau di rumah sendiri. Menurutnya, hal tersebut bisa membantu untuk mengurangi polusi udara.

"Menanam di rumah. Aku juga menanam di rumah. Paling tidak kita membantu area hijau kita sendiri. Sekecil lingkungan kita sendiri saja dulu. Karena aku percaya kalau semua orang melakukan di rumahnya masing-masing, sudah lumayan ketolong (membantu mengurangi polusi udara) sebenarnya," tutur Melanie.

Melanie mengaku telah menjaga pola dan kebiasaan ini dalam rumahnya. Bahkan, ia juga memilih-milih dan menghindari konsumsi produk yang berdampak buruk buat udara.

"Kalau misalnya produk ini ternyata salah satu produk tidak baik untuk alam, energinya enggak bagus, gue tidak mau menjadi konsumen mereka. Gue mencoba mengurangi sumbangsih gue kepada itu," kata Melanie.


Polusi udara resahkan masyarakat


Tak hanya Melanie Subono yang gusar dengan kondisi polusi udara. Masyarakat pun sama resahnya. Salah satunya dirasakan mahasiswi, Betri.

"Beberapa hari ke belakang itu karena polusi udara pernapasan saya agak terganggu," ujar Betri.

Dampak buruk polusi udara juga dirasakan karyawan swasta bernama Syahrial. Ia merasa terasa terganggu ketika bersepeda menuju ke tempat kerjanya.

"Polusinya sih berasa banget ya dan kebetulan saya beraktivitas kalau kerja tuh naik sepeda dan itu berasa juga," kata Syahrial.

Kesehatan pun sampai terganggu akibat polusi udara. Gejala batuk, pilek, dan tenggorokan sakit mulai dirasakan sebagian orang.

"Aku sempat kena radang tenggorokan sudah dua kali dan itu ganggu produktivitas kerja banget," kata mahasiswi bernama Gloria.

Dampak kesehatan akibat polusi udara ini juga diungkapkan seorang guru bernama Rio. Ia mengatakan, murid-muridnya banyak yang terkena ISPA. 

"Banyak anak-anak kita itu yang dalam dua minggu ini sering sakit tenggorokan atau kena ISPA," katanya.

Rio berharap pemerintah bisa memberikan kebijakan terbaik untuk bisa mengatasi polusi udara. "Masih sangat kurang dan masih butuh banyak improvement untuk penanggulangan," tuturnya.

Anda dapat berpartisipasi mendorong perubahan yang lebih baik melalui website https://reboan.id/

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ROS)

MOST SEARCH