FITNESS & HEALTH
5 Mitos Seputar Bayi Tabung, Jangan Percaya Lagi!
Aulia Putriningtias
Sabtu 15 Juni 2024 / 11:13
Jakarta: Program in-verto fertilization (IVF) atau bayi tabung mulai diminati oleh masyarakat guna memperoleh keturunan. Namun, masih beredar mitos-mitos mengenai program ini, loh!
Menurut data dari Smart Fertility Clinic, menunjukkan angka 10-15 persen dari 39,8 juta pasangan di Indonesia. Ini artinya bahwa program bayi tabung mulai dinilai tinggi untuk dilakukan di Indonesia.
Salah satu alasan mengapa program ini dinilai tinggi adalah keinginan pasangan yang sudah lama menikah untuk memperoleh keturunan. Hal ini disebabkan berbagai hal, salah satunya persoalan infertilitas.
Selaras dengan mulai tingginya minat program ini, perlunya untuk menangkis berbagai mitos yang beredar di Indonesia. Menurut dr. Upik Anggraheni Priyambodo, Sp. O.G, Subsp. F. E. R. dalam laman resmi Rumah Sakit Pondok Indah, ada lima mitos yang perlu dibenahi antara lain:
Mitos pertama adalah ibu yang menjalani program bayi tabung, berisiko mengalami kanker payudara dan ovarium. Padahal, belum ada data yang mencatat bahwa obat-obatan hormonal yang digunakan dalam program bayi tabung dapat memengaruhi ovarium.
Dalam proses kehamilan, apa saja dapat terjadi. Jadi, bayi tabung lebih kecil berisiko cacat adalah mitos. Namun, dalam program bayi tabung akan dipilih sperma terbaik untuk dapat dibuahi. Jadi, ahli memaksimalkan pembuahan yang dapat melahirkan keturunan sehat.
Baca juga: Capai 15 Persen, Program Bayi Tabung Dinilai Tinggi di Indonesia
Memperoleh keturunan tak selalu mudah. Meskipun banyak pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan tidak dikaruniai anak menggunakan program ini, tidak masalah bagi pasangan baru.
Pasangan baru menikah yang memiliki masalah sumbatan saluran telur, gangguan sperma berat, atau indikasi lain, tapi memilih metode bayi tabung karena mengetahui angka keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain, diperbolehkan untuk menjalaninya sejak pertama kali.
Walaupun aman untuk dikonsumsi, pemakaian obat-obatan herbal belum terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung. Sebaiknya untuk menghindari obat-obatan, termasuk herbal, yang tidak diresepkan khusus oleh dokter.
Program bayi tabung hanyalah salah satu cara untuk mendapatkan keturunan dengan mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar tubuh calon ibu. Jika masih ingin melakukan program ini selanjutnya, tidak ada masalah.
Namun, dengan catatan bahwa ketika memilih program ini, akan dilihat kondisi kesehatan suami dan istri terlebih dahulu. Jika memang layak untuk melakukan, dokter pun tentunya akan menyetujui.
Itulah seputar mitos mengenai bayi tabung yang perlu diluruskan. Bagi kamu yang ingin memperoleh keturunan dengan bayi tabung, sebaiknya untuk mempersiapkan hal-hal dengan berkonsultasi langsung terhadap ahlinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Menurut data dari Smart Fertility Clinic, menunjukkan angka 10-15 persen dari 39,8 juta pasangan di Indonesia. Ini artinya bahwa program bayi tabung mulai dinilai tinggi untuk dilakukan di Indonesia.
Salah satu alasan mengapa program ini dinilai tinggi adalah keinginan pasangan yang sudah lama menikah untuk memperoleh keturunan. Hal ini disebabkan berbagai hal, salah satunya persoalan infertilitas.
Selaras dengan mulai tingginya minat program ini, perlunya untuk menangkis berbagai mitos yang beredar di Indonesia. Menurut dr. Upik Anggraheni Priyambodo, Sp. O.G, Subsp. F. E. R. dalam laman resmi Rumah Sakit Pondok Indah, ada lima mitos yang perlu dibenahi antara lain:
1. Mitos ibu berisiko kanker payudara dan ovarium
Mitos pertama adalah ibu yang menjalani program bayi tabung, berisiko mengalami kanker payudara dan ovarium. Padahal, belum ada data yang mencatat bahwa obat-obatan hormonal yang digunakan dalam program bayi tabung dapat memengaruhi ovarium.
2. Mitos lebih kecil berisiko cacat
Dalam proses kehamilan, apa saja dapat terjadi. Jadi, bayi tabung lebih kecil berisiko cacat adalah mitos. Namun, dalam program bayi tabung akan dipilih sperma terbaik untuk dapat dibuahi. Jadi, ahli memaksimalkan pembuahan yang dapat melahirkan keturunan sehat.
Baca juga: Capai 15 Persen, Program Bayi Tabung Dinilai Tinggi di Indonesia
3. Mitos hanya pasangan lama yang diperbolehkan bayi tabung
Memperoleh keturunan tak selalu mudah. Meskipun banyak pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan tidak dikaruniai anak menggunakan program ini, tidak masalah bagi pasangan baru.
Pasangan baru menikah yang memiliki masalah sumbatan saluran telur, gangguan sperma berat, atau indikasi lain, tapi memilih metode bayi tabung karena mengetahui angka keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain, diperbolehkan untuk menjalaninya sejak pertama kali.
4. Mitos konsumsi obat herbal demi keberhasilan bayi tabung
Walaupun aman untuk dikonsumsi, pemakaian obat-obatan herbal belum terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung. Sebaiknya untuk menghindari obat-obatan, termasuk herbal, yang tidak diresepkan khusus oleh dokter.
5. Mitos bayi tabung hanya bisa sekali seumur hidup
Program bayi tabung hanyalah salah satu cara untuk mendapatkan keturunan dengan mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar tubuh calon ibu. Jika masih ingin melakukan program ini selanjutnya, tidak ada masalah.
Namun, dengan catatan bahwa ketika memilih program ini, akan dilihat kondisi kesehatan suami dan istri terlebih dahulu. Jika memang layak untuk melakukan, dokter pun tentunya akan menyetujui.
Itulah seputar mitos mengenai bayi tabung yang perlu diluruskan. Bagi kamu yang ingin memperoleh keturunan dengan bayi tabung, sebaiknya untuk mempersiapkan hal-hal dengan berkonsultasi langsung terhadap ahlinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)