FITNESS & HEALTH
Ciri Anak Mengalami Stunting dan Cara Pencegahannya
Raka Lestari
Jumat 15 Januari 2021 / 07:05
Jakarta: Stunting adalah suatu perubahan patofisiologis yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan yang terhambat, peningkatan kematian, dan berkurangnya kekuatan fisik juga pertumbuhan syaraf pada anak. Biasanya anak-anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kurang gizi kronis pada bayi di bawah dua tahun. Sekitar 80 persen perumbuhan otak berada di dua tahun pertama kehidupannya. Kalau ada gangguan gizi kronis tentu akan terjadi gangguan intelektualnya. Anak yang stunting itu biasanya akan mengalami gangguan intelektual,” ujar dr. Aditya Suryansyah, Sp.A(K), dokter spesialis anak di RSAB Jantung Harapan Kita dan RSIA Buah Hati Ciputat.
Banyak orang mengidentikkan stunting terjadi pada orang miskin, tetapi tidak selalu seperti itu. Dari data yang kami temukan, orang mampu pun bisa anaknya terkena stunting karena pola gizi yang salah.
"Otak anak ketika lahir itu volumenya 50 persen dari otak orang dewasa, dan pada saat dua tahun 80 persen dari otak orang dewasa. Artinya pertumbuhan otak paling cepat pada dua tahun pertama kehidupannya,” tutur dr. Adit.
“Penyebab stunting di antaranya adalah kurang gizi, gangguan makan pada ibu selama kehamilan, kurang protein misalnya anak diberi ASI saja atau air putih saja atau susu saja. Kemudian infeksi yang sering misalnya diare kronis, TBC, dan lainnya,” tambah dr. Adit.
Itulah mengapa, menurut dr. Adit, ketika memberikan MPASI sebaiknya dipastikan nutrisinya harus seimbang dan benar. Setelah enam bulan, ASI mulai berkurang jumlahnya dan kebutuhan anak akan energi bertambah sehingga perlu makanan pendamping.
Setiap makanan harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mieral. Kalau diberikan ASI saja setelah enam bulan maka anak akan mengalami gizi yang kurang, lemas, dan mudah terserang penyakit.
Untuk mencegah terjadinya stunting, dr. Adit menyarankan agar anak diberikan asupan gizi seimbang pada seribu hari pertama kehidupannya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, monitor tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala anak setiap kontrol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kurang gizi kronis pada bayi di bawah dua tahun. Sekitar 80 persen perumbuhan otak berada di dua tahun pertama kehidupannya. Kalau ada gangguan gizi kronis tentu akan terjadi gangguan intelektualnya. Anak yang stunting itu biasanya akan mengalami gangguan intelektual,” ujar dr. Aditya Suryansyah, Sp.A(K), dokter spesialis anak di RSAB Jantung Harapan Kita dan RSIA Buah Hati Ciputat.
Banyak orang mengidentikkan stunting terjadi pada orang miskin, tetapi tidak selalu seperti itu. Dari data yang kami temukan, orang mampu pun bisa anaknya terkena stunting karena pola gizi yang salah.
"Otak anak ketika lahir itu volumenya 50 persen dari otak orang dewasa, dan pada saat dua tahun 80 persen dari otak orang dewasa. Artinya pertumbuhan otak paling cepat pada dua tahun pertama kehidupannya,” tutur dr. Adit.
“Penyebab stunting di antaranya adalah kurang gizi, gangguan makan pada ibu selama kehamilan, kurang protein misalnya anak diberi ASI saja atau air putih saja atau susu saja. Kemudian infeksi yang sering misalnya diare kronis, TBC, dan lainnya,” tambah dr. Adit.
Itulah mengapa, menurut dr. Adit, ketika memberikan MPASI sebaiknya dipastikan nutrisinya harus seimbang dan benar. Setelah enam bulan, ASI mulai berkurang jumlahnya dan kebutuhan anak akan energi bertambah sehingga perlu makanan pendamping.
Setiap makanan harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mieral. Kalau diberikan ASI saja setelah enam bulan maka anak akan mengalami gizi yang kurang, lemas, dan mudah terserang penyakit.
Untuk mencegah terjadinya stunting, dr. Adit menyarankan agar anak diberikan asupan gizi seimbang pada seribu hari pertama kehidupannya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, monitor tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala anak setiap kontrol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)