FITNESS & HEALTH
Hati-Hati! Polusi Udara Bisa Sebabkan Bayi Lahir dengan Berat Rendah
Fatha Annisa
Rabu 13 September 2023 / 17:16
Jakarta: Sebuah studi baru-baru ini mengemukakan bahwa seorang ibu hamil yang tinggal di kawasan berpolusi udara lebih berkemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Studi tersebut berdasarkan data dari penelitian Respiratory Health in Northern Europe (RHINE) yang dilakukan oleh Robin Mzati Sinsamala, seorang peniliti di Departemen Kesehatan Masyarakat Global dan Perawatan Primer, Universitas Bregen, Norwegia.
Studi ini mengukur tingkat kehijauan dan polusi pada sejumlah wilayah menggunakan citra satelit berdasarkan lima polutan, yakni nitrogen dioksida, ozon, karbon hitam, dan dua jenis particulate matter (PM) 2.5 dan 10.
Tim pada penelitian ini kemudian membandingkan berat bayi yang lahir dari ibu hamil yang terpapar berbagai tingkat polusi. Studi ini melibatkan 4.286 anak-anak dan ibu yang tinggal di lima negara eropa.
Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat polusi udara berkaitan dengan berat badan lahir bayi. Semakin tinggi tingkat polusi udaranya, maka berat bayi yang dilahirkan pun kemungkinan besar akan semakin rendah.
Penurunan rata-rata berat lahir bayi akibat polusi udara adalah 56 gram, 46 gram, 48 gram dan 48 gram masing-masing untuk PM2.5, PM10, nitrogen dioksida dan karbon hitam.
“Masa pertumbuhan bayi di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap infeksi dada, dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti asma dan PPOK di kemudian hari,” kata Robin Mzati Sinsamala, dikutip dari Antara, Rabu, 13 September 2023.
Oleh karena itu, Robin mengimbau para ibu hamil untuk tinggal di kawasan yang lebih hijau demi menghindari bayi lahir dengan berat badan rendah.
"Bisa jadi kawasan hijau cenderung memiliki lalu lintas yang lebih rendah atau tanaman membantu membersihkan polusi udara, atau kawasan hijau dapat memudahkan ibu hamil untuk aktif secara fisik,” kata Robin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(SUR)
Studi tersebut berdasarkan data dari penelitian Respiratory Health in Northern Europe (RHINE) yang dilakukan oleh Robin Mzati Sinsamala, seorang peniliti di Departemen Kesehatan Masyarakat Global dan Perawatan Primer, Universitas Bregen, Norwegia.
Studi ini mengukur tingkat kehijauan dan polusi pada sejumlah wilayah menggunakan citra satelit berdasarkan lima polutan, yakni nitrogen dioksida, ozon, karbon hitam, dan dua jenis particulate matter (PM) 2.5 dan 10.
Baca juga: Kenali Diastasis Recti, Kondisi Ketika Perut Ibu Hamil tak Kempes setelah Melahirkan |
Tim pada penelitian ini kemudian membandingkan berat bayi yang lahir dari ibu hamil yang terpapar berbagai tingkat polusi. Studi ini melibatkan 4.286 anak-anak dan ibu yang tinggal di lima negara eropa.
Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat polusi udara berkaitan dengan berat badan lahir bayi. Semakin tinggi tingkat polusi udaranya, maka berat bayi yang dilahirkan pun kemungkinan besar akan semakin rendah.
Penurunan rata-rata berat lahir bayi akibat polusi udara adalah 56 gram, 46 gram, 48 gram dan 48 gram masing-masing untuk PM2.5, PM10, nitrogen dioksida dan karbon hitam.
Baca juga: Kenali Diastasis Recti, Kondisi Ketika Perut Ibu Hamil tak Kempes setelah Melahirkan |
“Masa pertumbuhan bayi di dalam rahim sangat penting untuk perkembangan paru-paru. Kita tahu bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap infeksi dada, dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti asma dan PPOK di kemudian hari,” kata Robin Mzati Sinsamala, dikutip dari Antara, Rabu, 13 September 2023.
Oleh karena itu, Robin mengimbau para ibu hamil untuk tinggal di kawasan yang lebih hijau demi menghindari bayi lahir dengan berat badan rendah.
"Bisa jadi kawasan hijau cenderung memiliki lalu lintas yang lebih rendah atau tanaman membantu membersihkan polusi udara, atau kawasan hijau dapat memudahkan ibu hamil untuk aktif secara fisik,” kata Robin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)