FITNESS & HEALTH
Dukung Target Eliminasi Kanker Serviks Indonesia dengan Pengambilan Sampel HPV-DNA Secara Mandiri
Yatin Suleha
Selasa 22 April 2025 / 21:00
Jakarta: Data Kemenkes menunjukkan kanker serviks menempati urutan ke-2 sebagai jenis kanker paling banyak dialami wanita Indonesia, dengan 36.633 kasus baru pada tahun 2021. Angka ini mengakibatkan 21.003 kematian atau 19,1% dari total kematian akibat kanker.
Dinukil dari Kemenkes, penyakit kanker telah menjadi penyebab kematian tertinggi baik secara nasional maupun global. WHO Regional Asia Tenggara menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di kawasan untuk incidence rate atau angka kasus baru dan peringkat keempat untuk mortality rate.
The International Agency for Research on Cancer (IARC) mengestimasikan terdapat 408.661 kasus baru dan sebanyak 242.988 kematian di Indonesia pada 2022. Selain itu, IARC memprediksikan terjadi peningkatan 77% kasus kanker pada 2050.
Dan Becton, Dickinson and Company (BD), perusahaan teknologi medis global terkemuka, memperingati Hari Kartini dengan meluncurkan inisiatif untuk mendorong deteksi dini kanker serviks. Upaya ini terinspirasi oleh semangat R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak dan pendidikan bagi perempuan Indonesia.
Melalui kolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais di bawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, BD memperkenalkan pendekatan pengambilan sampel human papillomavirus (HPV)-DNA secara mandiri yang dirancang untuk memperluas akses perempuan terhadap skrining yang dapat mencegah kanker serviks.
Inisiatif ini sekaligus memperkuat komitmen BD dalam meningkatkan akses layanan kesehatan, khususnya bagi perempuan di Indonesia.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, menegaskan pentingnya deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks.
“Masih banyak perempuan yang belum memahami risiko infeksi HPV serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan mengintegrasikan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat."

(Survei terbaru dari BD juga mengungkap masih besarnya kesenjangan dalam pengetahuan dan akses. Meski 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin. Foto: Dok. Istimewa)
"Inisiatif ini memperkuat langkah kita dalam menurunkan beban kanker serviks di Indonesia dan mendorong perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatannya," ujar dr. Raden.
Sebanyak 95 persen kasus kanker serviks terkait dengan infeksi HPV, namun angka skrining masih rendah akibat rasa tidak nyaman, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan akses.
Baca juga: Ini Kaitan Kanker Serviks dan Menopause menurut Ahli
Menanggapi tantangan tersebut, BD menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri yang memungkinkan perempuan melakukan pemeriksaan dengan lebih nyaman dan fleksibel.
Metode ini sudah diadopsi di berbagai negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan terbukti membantu negara-negara tersebut mencapai target skrining yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
Acara peringatan Hari Kartini yang digelar di Jakarta Barat menjadi simbol pemberdayaan perempuan melalui skrining berbasis populasi, diskusi interaktif bersama pakar medis, serta edukasi tentang pentingnya skrining HPV dan deteksi dini.
Peserta juga diperkenalkan pada manfaat dari pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri yang lebih nyaman dan mudah dibandingkan metode konvensional.
“Kami senang dapat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rumah sakit milik negara maupun swasta, serta pakar medis global dalam menghadirkan upaya pencegahan kanker serviks yang lebih dekat dengan masyarakat. Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung target eliminasi kanker serviks Indonesia pada 2030,” ujar Hari Nurcahyo, Country Business Leader, BD Indonesia.
Survei terbaru dari BD juga mengungkap masih besarnya kesenjangan dalam pengetahuan dan akses. Meski 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin, 70 persen di antaranya menunda kunjungan ke dokter kandungan karena takut atau tidak nyaman.
Bahkan, 95 persen belum menyadari bahwa Pap smear bukan metode paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks. Sekitar 75 persen perempuan menginginkan metode pemeriksaan yang lebih nyaman, dan 81 persen memilih opsi pengambilan sampel mandiri di rumah.
BD Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk memperkuat upaya skrining secara nasional, dengan menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri HPV-DNA yang dilengkapi teknologi extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh.
Teknologi tersebut memungkinkan analisis risiko kanker serviks dengan identifikasi tipe HPV yang lebih rinci dan spesifik, serta memberikan efisiensi akurasi proses pengolahan sampel dalam proses laboratorium. RSK Dharmais memastikan bahwa setiap perempuan yang hasil tesnya positif akan segera mendapatkan penanganan medis dan perawatan lanjutan secara menyeluruh.
Baca juga: Waspada Tahap Remisi, Pentingnya Cegah Kanker Serviks Sedari Awal dan Rutin Monitoring
Untuk memperluas jangkauan, BD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais menargetkan skrining terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia, sebagai dukungan nyata terhadap peningkatan angka skrining nasional dan upaya eliminasi kanker serviks pada 2030.
“Melalui peningkatan akses terhadap skrining inovatif dan edukasi tentang pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, kami berharap lebih banyak perempuan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatannya. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci menuju masa depan bebas kanker serviks bagi perempuan Indonesia,” tutup Hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dinukil dari Kemenkes, penyakit kanker telah menjadi penyebab kematian tertinggi baik secara nasional maupun global. WHO Regional Asia Tenggara menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di kawasan untuk incidence rate atau angka kasus baru dan peringkat keempat untuk mortality rate.
The International Agency for Research on Cancer (IARC) mengestimasikan terdapat 408.661 kasus baru dan sebanyak 242.988 kematian di Indonesia pada 2022. Selain itu, IARC memprediksikan terjadi peningkatan 77% kasus kanker pada 2050.
Dan Becton, Dickinson and Company (BD), perusahaan teknologi medis global terkemuka, memperingati Hari Kartini dengan meluncurkan inisiatif untuk mendorong deteksi dini kanker serviks. Upaya ini terinspirasi oleh semangat R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak dan pendidikan bagi perempuan Indonesia.
Melalui kolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais di bawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, BD memperkenalkan pendekatan pengambilan sampel human papillomavirus (HPV)-DNA secara mandiri yang dirancang untuk memperluas akses perempuan terhadap skrining yang dapat mencegah kanker serviks.
Inisiatif ini sekaligus memperkuat komitmen BD dalam meningkatkan akses layanan kesehatan, khususnya bagi perempuan di Indonesia.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, menegaskan pentingnya deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks.
“Masih banyak perempuan yang belum memahami risiko infeksi HPV serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan mengintegrasikan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat."

(Survei terbaru dari BD juga mengungkap masih besarnya kesenjangan dalam pengetahuan dan akses. Meski 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin. Foto: Dok. Istimewa)
"Inisiatif ini memperkuat langkah kita dalam menurunkan beban kanker serviks di Indonesia dan mendorong perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatannya," ujar dr. Raden.
Sebanyak 95 persen kasus kanker serviks terkait dengan infeksi HPV, namun angka skrining masih rendah akibat rasa tidak nyaman, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan akses.
Baca juga: Ini Kaitan Kanker Serviks dan Menopause menurut Ahli
Menanggapi tantangan tersebut, BD menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri yang memungkinkan perempuan melakukan pemeriksaan dengan lebih nyaman dan fleksibel.
Metode ini sudah diadopsi di berbagai negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan terbukti membantu negara-negara tersebut mencapai target skrining yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
Acara peringatan Hari Kartini yang digelar di Jakarta Barat menjadi simbol pemberdayaan perempuan melalui skrining berbasis populasi, diskusi interaktif bersama pakar medis, serta edukasi tentang pentingnya skrining HPV dan deteksi dini.
Peserta juga diperkenalkan pada manfaat dari pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri yang lebih nyaman dan mudah dibandingkan metode konvensional.
“Kami senang dapat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rumah sakit milik negara maupun swasta, serta pakar medis global dalam menghadirkan upaya pencegahan kanker serviks yang lebih dekat dengan masyarakat. Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung target eliminasi kanker serviks Indonesia pada 2030,” ujar Hari Nurcahyo, Country Business Leader, BD Indonesia.
Survei terbaru dari BD juga mengungkap masih besarnya kesenjangan dalam pengetahuan dan akses. Meski 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin, 70 persen di antaranya menunda kunjungan ke dokter kandungan karena takut atau tidak nyaman.
Bahkan, 95 persen belum menyadari bahwa Pap smear bukan metode paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks. Sekitar 75 persen perempuan menginginkan metode pemeriksaan yang lebih nyaman, dan 81 persen memilih opsi pengambilan sampel mandiri di rumah.
BD Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk memperkuat upaya skrining secara nasional, dengan menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri HPV-DNA yang dilengkapi teknologi extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh.
Teknologi tersebut memungkinkan analisis risiko kanker serviks dengan identifikasi tipe HPV yang lebih rinci dan spesifik, serta memberikan efisiensi akurasi proses pengolahan sampel dalam proses laboratorium. RSK Dharmais memastikan bahwa setiap perempuan yang hasil tesnya positif akan segera mendapatkan penanganan medis dan perawatan lanjutan secara menyeluruh.
Baca juga: Waspada Tahap Remisi, Pentingnya Cegah Kanker Serviks Sedari Awal dan Rutin Monitoring
Untuk memperluas jangkauan, BD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais menargetkan skrining terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia, sebagai dukungan nyata terhadap peningkatan angka skrining nasional dan upaya eliminasi kanker serviks pada 2030.
“Melalui peningkatan akses terhadap skrining inovatif dan edukasi tentang pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, kami berharap lebih banyak perempuan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatannya. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci menuju masa depan bebas kanker serviks bagi perempuan Indonesia,” tutup Hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)