FITNESS & HEALTH
Kaitan Penyakit Rematik dengan Kondisi Pasca Infeksi Covid-19
Raka Lestari
Sabtu 04 Desember 2021 / 18:17
Jakarta: Beberapa penelitian mengemukakan bahwa seseorang yang baru sembuh dari covid-19 dapat terkena gejala rematik, bahkan memicu penyakit rematik kronis seperti reumatik autoimun. Benarkah hal tersebut? Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pasien reumatik-autoimun yang baru saja sembuh dari covid-19?
"Penyakit rematik adalah setiap gangguan yang melibatkan sistem organ muskuloskeletal (sendi, otot, tulang, dan struktur jaringan ikat) dan autoimun," jelas Dr. dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi di RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Sedangkan infeksi covid-19 adalah penyakit infeksi oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2) yang menimbulkan kelainan atau gangguan pada sistem organ pernapasan dan berbagai sistem organ lainnya.
"Diskusi yang saat ini masih hangat dibahas adalah kaitan penyakit reumatik (terutama kelompok reumatik- autoimun/penyakit rematik dengan penyebab autoimun) dengan kondisi pascainfeksi covid-19," kata dr. Rudy.
Berbagai laporan dari seluruh pelosok dunia, tentang kondisi individu pasca infeksi covid-19, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien masih memiliki beberapa gejala gangguan muskuloskeletal. Gangguan ini menetap dalam jangka waktu yang cukup lama hingga 6-9 bulan setelah infeksi.
Kondisi yang dikenal dengan post-covid syndrome/long-covid condition ini sangat mungkin juga disertai gangguan pada sistem organ yang lain, terutama paru dan jantung.
"Beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang dilaporkan antara lain kelemahan lengan atau tungkai, nyeri otot, nyeri sendi, kekakuan, bengkak dan kesemutan, juga keluhan fatique/kelelahan. Pasien-pasien yang mengalami keluhan-keluhan yang menetap ini bukan hanya pasien yang sebelumnya dengan infeksi covid-19 sedang atau berat, tetapi juga pasien dengan infeksi yang ringan," tutur dr. Rudy.
Para dokter ditantang untuk dapat mengenali kondisi ini dan membedakan dengan kondisi kronis lain, termasuk rematik autoimun yang memerlukan terapi jangka panjang.
"Terapi pada kondisi post covid ini lebih bersifat simtomatik dan rehabilitatif, baik dengan obat-obatan maupun dengan modalitas terapi fisik/latihan fisik," tutup dr. Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Penyakit rematik adalah setiap gangguan yang melibatkan sistem organ muskuloskeletal (sendi, otot, tulang, dan struktur jaringan ikat) dan autoimun," jelas Dr. dr. Rudy Hidayat, Sp.PD-KR, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi di RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Sedangkan infeksi covid-19 adalah penyakit infeksi oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2) yang menimbulkan kelainan atau gangguan pada sistem organ pernapasan dan berbagai sistem organ lainnya.
"Diskusi yang saat ini masih hangat dibahas adalah kaitan penyakit reumatik (terutama kelompok reumatik- autoimun/penyakit rematik dengan penyebab autoimun) dengan kondisi pascainfeksi covid-19," kata dr. Rudy.
Berbagai laporan dari seluruh pelosok dunia, tentang kondisi individu pasca infeksi covid-19, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien masih memiliki beberapa gejala gangguan muskuloskeletal. Gangguan ini menetap dalam jangka waktu yang cukup lama hingga 6-9 bulan setelah infeksi.
Kondisi yang dikenal dengan post-covid syndrome/long-covid condition ini sangat mungkin juga disertai gangguan pada sistem organ yang lain, terutama paru dan jantung.
"Beberapa gejala gangguan muskuloskeletal yang dilaporkan antara lain kelemahan lengan atau tungkai, nyeri otot, nyeri sendi, kekakuan, bengkak dan kesemutan, juga keluhan fatique/kelelahan. Pasien-pasien yang mengalami keluhan-keluhan yang menetap ini bukan hanya pasien yang sebelumnya dengan infeksi covid-19 sedang atau berat, tetapi juga pasien dengan infeksi yang ringan," tutur dr. Rudy.
Para dokter ditantang untuk dapat mengenali kondisi ini dan membedakan dengan kondisi kronis lain, termasuk rematik autoimun yang memerlukan terapi jangka panjang.
"Terapi pada kondisi post covid ini lebih bersifat simtomatik dan rehabilitatif, baik dengan obat-obatan maupun dengan modalitas terapi fisik/latihan fisik," tutup dr. Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)