FITNESS & HEALTH
Studi: Prevalansi Glaukoma Primer Sudut Tertutup Paling Besar di Jakarta
A. Firdaus
Kamis 20 Januari 2022 / 15:18
Jakarta: Data WHO menyebut, glaukoma berada di peringkat ketiga penyebab kebutaan secara global, setelah kelainan refraksi dan katarak. Secara global pula, glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan (irreversible).
Jumlah penyandangnya diprediksi mencapai 76 juta di seluruh dunia. Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi memperlihatkan bahwa, prevalensi glaukoma sebesar 0,46% atau setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk.
Lebih spesifik lagi, sebuah studi memperlihatkan, bahwa di DKI Jakarta, prevalensi glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) sebesar 1,89%. Sedangkan glaukoma sudut terbuka (GPSTa) sebesar 0,48%, dan glaukoma sekunder sebesar 0,16%.
"Individu yang mengalami glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki bilik mata depan yang lebih dangkal atau sempit," papar Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC
Faktor anatomis lainnya, seperti aksis bola mata pendek, lensa yang menebal, dan jarak antara lensa dengan permukaan iris posterior yang memendek, menurut Dr. Iwan, turut berandil menyebabkan glaukoma kategori ini.
"Selaku praktisi, saya tergerak untuk menguak kemungkinan adanya faktor lain guna menemukan early diagnosis dan new treatment bagi penyandang GPSTp. Karenanya, tercetuslah penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara kerusakan endotel kornea pada glaukoma primer sudut tertutup, khususnya kategori kronik," terang Dr. Iwan.
Penelitian yang digagas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) tersebut tertuang dalam disertasi: Hubungan Bilik Mata Depan yang Dangkal dengan Perubahan Morfologi Endotel Kornea pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronik. Penelitian berlangsung mulai November 2018 hingga November 2019 dengan melibatkan 52 subjek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Jumlah penyandangnya diprediksi mencapai 76 juta di seluruh dunia. Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi memperlihatkan bahwa, prevalensi glaukoma sebesar 0,46% atau setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk.
Lebih spesifik lagi, sebuah studi memperlihatkan, bahwa di DKI Jakarta, prevalensi glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) sebesar 1,89%. Sedangkan glaukoma sudut terbuka (GPSTa) sebesar 0,48%, dan glaukoma sekunder sebesar 0,16%.
"Individu yang mengalami glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki bilik mata depan yang lebih dangkal atau sempit," papar Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K), Dokter Subspesialis Glaukoma JEC
Faktor anatomis lainnya, seperti aksis bola mata pendek, lensa yang menebal, dan jarak antara lensa dengan permukaan iris posterior yang memendek, menurut Dr. Iwan, turut berandil menyebabkan glaukoma kategori ini.
"Selaku praktisi, saya tergerak untuk menguak kemungkinan adanya faktor lain guna menemukan early diagnosis dan new treatment bagi penyandang GPSTp. Karenanya, tercetuslah penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara kerusakan endotel kornea pada glaukoma primer sudut tertutup, khususnya kategori kronik," terang Dr. Iwan.
Penelitian yang digagas Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) tersebut tertuang dalam disertasi: Hubungan Bilik Mata Depan yang Dangkal dengan Perubahan Morfologi Endotel Kornea pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronik. Penelitian berlangsung mulai November 2018 hingga November 2019 dengan melibatkan 52 subjek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)