FITNESS & HEALTH

Indonesia akan Kembangkan Telerobotic Surgery, Imbas Keterbatasan Dokter Spesialis

Aulia Putriningtias
Rabu 19 Juni 2024 / 18:05
Jakarta: Menjelang kongres Urological Association of Asia (UAA) September mendatang, Indonesia diharapkan mengembangkan telerobotic surgery. Hal ini imbas keterbatasan kehadiran dokter spesialis di daerah.

Kongres ini akan membahas beberapa materi seperti uro-onkologi, androurologi, urologi rekonstruksi, endourologi, neurourologi, urologi pediatrik, dan urologi wanita. Selain itu, salah satu yang menjadi highlight-nya adalah pemaparan kemajuan teknologi bedah robotik yang paling mutakhir.

Selaras dengan hal ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., PhD, mengatakan banyak negara sudah menerapkan teknologi telerobotic surgery untuk melakukan operasi atau penindakan pada pasien meski jarak yang jauh. Namun, Indonesia sendiri masih dalam tahap pengembangan.

"Memanfaatkan teknologi yang baik maka angka kesakitan bisa ditekan, saya sambut baik kegiatan dari Urological Association of Asia (UAA) untuk menekankan pada aspek teknologi yang akan dikembangkan pada pelayanan urologi salah satunya telerobotic surgery," ungkap Prof. Dante dalam konferensi pers Road to UAA di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.

Saat ini, kasus-kasus penyakit urologi masih menjadi tantangan bagi bidang kesehatan di Indonesia. Pada kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), jumlah peserta BPJS di pulau Jawa yang terdiagnosis sepanjang 2016 hingga 2020 berjumlah 97.043 pasien.


(Teknologi bedah robotik kini berkembang menjadi telerobotik, yang artinya bisa dilakukan jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)

Sepanjang tahun yang sama, tercatat ada 56.671 pasien yang menjalani operasi dan 49.428 pasien menjalani pengobatan. Angka ini cukup tinggi, belum lagi yang di luar pulau Jawa. 

Penyakit urologi masih jadi prioritas yang banyak kasusnya. Prof. Dante menyoroti bahwa masalah urologi tidak sesederhana itu dan penting untuk diperhatikan. Maka dari itu, perkembangan telerobotic surgery menjadi penting untuk penyebaran ke daerah-daerah yang masih terbatas dokter spesialis.

Robotic Telesurgery sendiri merupakan salah satu use case inovatif pemanfaatan internet 5G, memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time. Hal ini termasuk untuk kasus-kasus urologi. 

Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan). Teknologi ini menjadi salah satu highlight pada kongres UAA mendatang.

Teknologi bedah robotik kini berkembang menjadi telerobotik, yang artinya bisa dilakukan jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut. 

Menurut Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K), Ph.D, selaku Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan dokter spesialis urologi, jika teknik ini bisa dijalankan segera di Indonesia, tentu mampu memberikan keuntungan bagi pasien dan juga dokter. 

“Beberapa di antaranya adalah mampu menjangkau wilayah-wilayah terpelosok dan kualitas pelayanan RS pun jadi merata, mengeliminasi perjalanan jarak jauh apalagi bagi pasien yang sudah terminal, penggunaan teknologi robotik mampu meningkatkan akurasi bedah dan meminimalisasi rasa sakit," jelasnya Prof. Chaidir.

Selain itu, mengurangi infeksi atau penularan virus yang bisa terjadi jika pasien berpindah-pindah ke rumah sakit lain. Ditambah, teknik ini memungkinkan adanya kolaborasi antar dokter bedah, sehingga hasil lebih maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH