FITNESS & HEALTH
Dokter Ungkap Peran Penting MPASI untuk Cegah Obesitas Anak
Aulia Putriningtias
Selasa 07 Mei 2024 / 13:11
Jakarta: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan obesitas pada anak sebagai masalah kesehatan global yang serius. Maka dari itu, peran makanan pendamping ASI (MPASI) begitu penting bagi Si Kecil.
Menurut data WHO, diperkirakan 124 juta anak mengalami obesitas di seluruh dunia. Di Indonesia, data Status Gizi Indonesia 2022 menunjukkan peningkatan kejadian obesitas anak dalam 4 dekade yang mengalami peningkatan sebesar 10 kali lipat.
Menurut Prof. Dr. dr. Aryono Hendarto, S.pA(K). selaku Dokter Spesialis Anak dan memiliki keahlian khusus di bidang nutrisi dan penyakit metabolik, anak dengan obesitas dapat mengalami sejumlah penyakit penyerta.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diabetes pada anak Indonesia meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023, di mana 70 persen penyebabnya adalah karena obesitas. Selain itu, sebanyak 55 persen obesitas anak akan menjadi obesitas pada saat remaja, selanjutnya 80 persen obesitas remaja bertahan hingga dewasa.
Mengingat obesitas sangat sulit untuk diatasi, pencegahan merupakan prioritas yang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini mulai dari periode pemberian MPASI.
Pada periode ini, anak mulai membentuk selera makan, preferensi makanan, dan metabolisme yang penting dalam membentuk dasar kesehatan mereka di masa depan. MPASI yang diberikan sebaiknya dimulai saat bayi sudah mencapai usia enam bulan.
Menurut penelitian yang dilakukan pada 2014, pemberian MPASI terlalu dini (di bawah 4 bulan) dapat meningkatkan risiko obesitas. Maka dari itu, tidak sembarangan untuk memberikan MPASI pada Si Kecil.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak obesitas di satu sisi mengalami kelebihan makronutrien seperti karbohidrat, lemak dan protein. Namun, di sisi yang lain kekurangan mikronutrien seperti zat besi, sehingga MPASI harus bergizi lengkap dan seimbang.
Baca juga: Peran dan Kebutuhan Zinc bagi Tumbung Kembang Anak
MPASI yang tinggi zat besi penting untuk mencegah anemia dan mengatur keseimbangan metabolisme, sehingga anak menjadi lebih aktif dan sehat. Hal ini mengingat angka anemia di Indonesia, berdasarkan Riskesdas, 3 dari 10 orang mengalami masalah ini.
Penting juga untuk menghindari beberapa kesalahan dalam pemberian MPASI yang dapat meningkatkan risiko obesitas. Sebab, komposisi makanan di dalam MPASI maupun pendamping perlu diperhatikan.
Pemberian MPASI yang tidak sesuai dengan tahapan usia anak, misalnya memberikan makanan dewasa seperti snack yang bukan khusus bayi, dapat sebabkan obesitas karena kalori yang lebih tinggi dari kebutuhan bayi. Agar terhindar dari obesitas, salah satu asupan yang harus benar-benar diperhatikan adalah gula.
Keadaan seringkali membuat orang tua memiliki waktu terbatas dalam mengurus anak. Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil.
MPASI fortifikasi adalah MPASI yang mengalami penambahan zat gizi dengan jumlah dan jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang sedang bertumbuh dan berkembang. MPASI ini tergolong instan, sehingga mudah untuk orang tua.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan dampak positif MPASI fortifikasi terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian British Journal of Nutrition pada 2019 di Tiongkok mengungkapkan MPASI berperan dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang lebih baik, khususnya yang diperkaya zat besi.
Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan gizi yang terukur dan seimbang, termasuk zat besi dan gula, yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap tahapan usia anak. Karenanya, produk MPASI fortifikasi dilengkapi dengan label ‘rekomendasi usia’.
MPASI fortifikasi yang telah lulus uji BPOM, selain bebas pengawet, pewarna dan perasa juga memiliki kadar garam dan gula yang sesuai dengan standar keamanan untuk bayi. Jadi, orang tua tidak perlu khawatir untuk memberikan MPASI fortifikasi.
Di balik mudahnya memberikan MPASI fortifikasi, sebaiknya juga diselingi dengan home-made atau buatan rumah. Hal ini dikarenakan orang tua lebih mengetahui asupan dan nutrisi yang terkandung di dalam makanan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut data WHO, diperkirakan 124 juta anak mengalami obesitas di seluruh dunia. Di Indonesia, data Status Gizi Indonesia 2022 menunjukkan peningkatan kejadian obesitas anak dalam 4 dekade yang mengalami peningkatan sebesar 10 kali lipat.
Menurut Prof. Dr. dr. Aryono Hendarto, S.pA(K). selaku Dokter Spesialis Anak dan memiliki keahlian khusus di bidang nutrisi dan penyakit metabolik, anak dengan obesitas dapat mengalami sejumlah penyakit penyerta.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diabetes pada anak Indonesia meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023, di mana 70 persen penyebabnya adalah karena obesitas. Selain itu, sebanyak 55 persen obesitas anak akan menjadi obesitas pada saat remaja, selanjutnya 80 persen obesitas remaja bertahan hingga dewasa.
Mengingat obesitas sangat sulit untuk diatasi, pencegahan merupakan prioritas yang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini mulai dari periode pemberian MPASI.
Bagaimana MPASI dapat menekan angka obesitas anak?
Pada periode ini, anak mulai membentuk selera makan, preferensi makanan, dan metabolisme yang penting dalam membentuk dasar kesehatan mereka di masa depan. MPASI yang diberikan sebaiknya dimulai saat bayi sudah mencapai usia enam bulan.
Menurut penelitian yang dilakukan pada 2014, pemberian MPASI terlalu dini (di bawah 4 bulan) dapat meningkatkan risiko obesitas. Maka dari itu, tidak sembarangan untuk memberikan MPASI pada Si Kecil.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak obesitas di satu sisi mengalami kelebihan makronutrien seperti karbohidrat, lemak dan protein. Namun, di sisi yang lain kekurangan mikronutrien seperti zat besi, sehingga MPASI harus bergizi lengkap dan seimbang.
Baca juga: Peran dan Kebutuhan Zinc bagi Tumbung Kembang Anak
MPASI yang tinggi zat besi penting untuk mencegah anemia dan mengatur keseimbangan metabolisme, sehingga anak menjadi lebih aktif dan sehat. Hal ini mengingat angka anemia di Indonesia, berdasarkan Riskesdas, 3 dari 10 orang mengalami masalah ini.
Penting juga untuk menghindari beberapa kesalahan dalam pemberian MPASI yang dapat meningkatkan risiko obesitas. Sebab, komposisi makanan di dalam MPASI maupun pendamping perlu diperhatikan.
Pemberian MPASI yang tidak sesuai dengan tahapan usia anak, misalnya memberikan makanan dewasa seperti snack yang bukan khusus bayi, dapat sebabkan obesitas karena kalori yang lebih tinggi dari kebutuhan bayi. Agar terhindar dari obesitas, salah satu asupan yang harus benar-benar diperhatikan adalah gula.
MPASI fortifikasi sebagai pilihan baik bagi orang tua
Keadaan seringkali membuat orang tua memiliki waktu terbatas dalam mengurus anak. Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil.
MPASI fortifikasi adalah MPASI yang mengalami penambahan zat gizi dengan jumlah dan jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang sedang bertumbuh dan berkembang. MPASI ini tergolong instan, sehingga mudah untuk orang tua.
Sejumlah penelitian juga menunjukkan dampak positif MPASI fortifikasi terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian British Journal of Nutrition pada 2019 di Tiongkok mengungkapkan MPASI berperan dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang lebih baik, khususnya yang diperkaya zat besi.
Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan gizi yang terukur dan seimbang, termasuk zat besi dan gula, yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap tahapan usia anak. Karenanya, produk MPASI fortifikasi dilengkapi dengan label ‘rekomendasi usia’.
MPASI fortifikasi yang telah lulus uji BPOM, selain bebas pengawet, pewarna dan perasa juga memiliki kadar garam dan gula yang sesuai dengan standar keamanan untuk bayi. Jadi, orang tua tidak perlu khawatir untuk memberikan MPASI fortifikasi.
Di balik mudahnya memberikan MPASI fortifikasi, sebaiknya juga diselingi dengan home-made atau buatan rumah. Hal ini dikarenakan orang tua lebih mengetahui asupan dan nutrisi yang terkandung di dalam makanan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)