FITNESS & HEALTH
RSV Mengintai di Musim Hujan, Lakukan Hal ini untuk Pencegahan
Elang Riki Yanuar
Kamis 23 Oktober 2025 / 14:07
Jakarta: Batuk dan pilek pada anak-anak kerap dianggap hal biasa ketika musim hujan. Namun, di balik gejala ringan itu, ada virus berbahaya yang sering luput dari perhatian yakni Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang menjadi penyebab utama infeksi saluran napas berat pada bayi dan balita.
RSV sering menyamar layaknya flu biasa. Gejalanya dimulai dengan hidung tersumbat, batuk ringan, atau demam rendah. Tetapi dalam waktu singkat, virus ini dapat berubah menjadi ancaman serius yang menyebabkan sesak napas, napas berbunyi “mengi”, bahkan gagal napas. Kondisi ini terutama berbahaya bagi bayi prematur, anak dengan penyakit jantung bawaan, dan bayi dengan gangguan paru kronis.
“Bayi prematur memiliki paru-paru yang belum berkembang sempurna. Begitu terinfeksi RSV, mereka bisa mengalami kesulitan bernapas berat bahkan membutuhkan ventilator,” jelas Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi.
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan, setiap tahun RSV menyebabkan lebih dari 3 juta kasus rawat inap dan sekitar 60 ribu kematian anak di bawah usia lima tahun, hampir setengahnya dialami bayi di bawah enam bulan.
Di Indonesia sendiri, sekitar 60% kasus infeksi saluran napas pada anak disebabkan RSV, menjadikannya salah satu penyebab utama pneumonia di tanah air.
Tak hanya itu, infeksi RSV berat dapat meninggalkan jejak panjang. Anak yang pernah terinfeksi berisiko lebih tinggi mengalami asma dan mengi kronis hingga usia sekolah.
Meski dapat menular sepanjang tahun, kasus RSV meningkat tajam antara November hingga Maret yang merupakan periode puncak musim hujan di Indonesia. Penularannya terjadi sangat mudah, cukup melalui percikan batuk, bersin, atau sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi.
Bayi prematur menjadi kelompok paling rentan. Penelitian mencatat tingkat rawat inap akibat RSV pada bayi prematur bisa mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Sementara itu, anak dengan penyakit jantung bawaan memiliki risiko lima kali lipat lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, dan lebih dari setengahnya membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU.
“Infeksi RSV bisa menunda operasi penting pada bayi dengan penyakit jantung bawaan. Ini sangat berat, karena keselamatan mereka sering bergantung pada waktu,” ungkap dr. Rizky Adriansyah, Sp.A(K), Konsultan Kardiologi Anak.
Para ahli menekankan bahwa pencegahan adalah langkah terbaik untuk melindungi bayi dari ancaman RSV. Selain menerapkan kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menjaga ventilasi ruangan, imunoprofilaksis (imunisasi pasif) kini menjadi harapan baru.
Salah satu bentuk imunoprofilaksis adalah Palivizumab, antibodi monoklonal yang memberikan perlindungan langsung terhadap RSV. Berbeda dari vaksin yang memicu pembentukan antibodi sendiri, Palivizumab memberikan antibodi siap pakai, sehingga efektif melindungi bayi dengan sistem imun yang belum matang.
Penelitian menunjukkan, penggunaan Palivizumab dapat menurunkan risiko rawat inap akibat RSV lebih dari 50% pada bayi prematur maupun bayi dengan penyakit jantung bawaan.
Kesadaran orang tua memegang peran besar dalam pencegahan. Karena itu, AstraZeneca Indonesia aktif mengedukasi masyarakat mengenai bahaya RSV dan pentingnya imunisasi pasif bagi bayi berisiko tinggi.
“Kesehatan anak adalah fondasi masa depan bangsa. Kami berkomitmen memastikan setiap anak, terutama bayi prematur dan berisiko tinggi, mendapatkan perlindungan terbaik melalui inovasi medis dan edukasi berkelanjutan," kata Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia.
Dengan meningkatnya curah hujan dan risiko infeksi pernapasan di musim ini, para orang tua diimbau untuk lebih waspada. Langkah sederhana seperti menjaga kebersihan dan segera berkonsultasi ke dokter saat anak menunjukkan gejala flu yang tidak kunjung membaik bisa menjadi penyelamat.
RSV mungkin tak setenar flu, tapi bahayanya jauh lebih besar. Dan di tengah derasnya hujan, kesadaran dan pencegahan adalah payung terbaik bagi anak-anak Indonesia.
"Perlindungan terhadap penyakit pernapasan seperti RSV membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan kesadaran bersama agar langkah pencegahan dapat dimulai sejak dini, salah satunya melalui imunoprofilaksis yang tepat," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
RSV sering menyamar layaknya flu biasa. Gejalanya dimulai dengan hidung tersumbat, batuk ringan, atau demam rendah. Tetapi dalam waktu singkat, virus ini dapat berubah menjadi ancaman serius yang menyebabkan sesak napas, napas berbunyi “mengi”, bahkan gagal napas. Kondisi ini terutama berbahaya bagi bayi prematur, anak dengan penyakit jantung bawaan, dan bayi dengan gangguan paru kronis.
“Bayi prematur memiliki paru-paru yang belum berkembang sempurna. Begitu terinfeksi RSV, mereka bisa mengalami kesulitan bernapas berat bahkan membutuhkan ventilator,” jelas Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A, Subsp. Neo., Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi.
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan, setiap tahun RSV menyebabkan lebih dari 3 juta kasus rawat inap dan sekitar 60 ribu kematian anak di bawah usia lima tahun, hampir setengahnya dialami bayi di bawah enam bulan.
Di Indonesia sendiri, sekitar 60% kasus infeksi saluran napas pada anak disebabkan RSV, menjadikannya salah satu penyebab utama pneumonia di tanah air.
Tak hanya itu, infeksi RSV berat dapat meninggalkan jejak panjang. Anak yang pernah terinfeksi berisiko lebih tinggi mengalami asma dan mengi kronis hingga usia sekolah.
Meski dapat menular sepanjang tahun, kasus RSV meningkat tajam antara November hingga Maret yang merupakan periode puncak musim hujan di Indonesia. Penularannya terjadi sangat mudah, cukup melalui percikan batuk, bersin, atau sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi.
Bayi prematur menjadi kelompok paling rentan. Penelitian mencatat tingkat rawat inap akibat RSV pada bayi prematur bisa mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Sementara itu, anak dengan penyakit jantung bawaan memiliki risiko lima kali lipat lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, dan lebih dari setengahnya membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU.
“Infeksi RSV bisa menunda operasi penting pada bayi dengan penyakit jantung bawaan. Ini sangat berat, karena keselamatan mereka sering bergantung pada waktu,” ungkap dr. Rizky Adriansyah, Sp.A(K), Konsultan Kardiologi Anak.
Para ahli menekankan bahwa pencegahan adalah langkah terbaik untuk melindungi bayi dari ancaman RSV. Selain menerapkan kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menjaga ventilasi ruangan, imunoprofilaksis (imunisasi pasif) kini menjadi harapan baru.
Salah satu bentuk imunoprofilaksis adalah Palivizumab, antibodi monoklonal yang memberikan perlindungan langsung terhadap RSV. Berbeda dari vaksin yang memicu pembentukan antibodi sendiri, Palivizumab memberikan antibodi siap pakai, sehingga efektif melindungi bayi dengan sistem imun yang belum matang.
Penelitian menunjukkan, penggunaan Palivizumab dapat menurunkan risiko rawat inap akibat RSV lebih dari 50% pada bayi prematur maupun bayi dengan penyakit jantung bawaan.
Kesadaran orang tua memegang peran besar dalam pencegahan. Karena itu, AstraZeneca Indonesia aktif mengedukasi masyarakat mengenai bahaya RSV dan pentingnya imunisasi pasif bagi bayi berisiko tinggi.
“Kesehatan anak adalah fondasi masa depan bangsa. Kami berkomitmen memastikan setiap anak, terutama bayi prematur dan berisiko tinggi, mendapatkan perlindungan terbaik melalui inovasi medis dan edukasi berkelanjutan," kata Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia.
Dengan meningkatnya curah hujan dan risiko infeksi pernapasan di musim ini, para orang tua diimbau untuk lebih waspada. Langkah sederhana seperti menjaga kebersihan dan segera berkonsultasi ke dokter saat anak menunjukkan gejala flu yang tidak kunjung membaik bisa menjadi penyelamat.
RSV mungkin tak setenar flu, tapi bahayanya jauh lebih besar. Dan di tengah derasnya hujan, kesadaran dan pencegahan adalah payung terbaik bagi anak-anak Indonesia.
"Perlindungan terhadap penyakit pernapasan seperti RSV membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan kesadaran bersama agar langkah pencegahan dapat dimulai sejak dini, salah satunya melalui imunoprofilaksis yang tepat," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)