FITNESS & HEALTH
Sering Typo, Bisa jadi Kamu Mengalami Disleksia
A. Firdaus
Kamis 09 Januari 2025 / 19:13
Jakarta: Mengetik di laptop atau sekadar membalas chat di Whatsapp terkadang kita salah pengetikan. Biasanya kerap disebut dengan istilah typo.
Menurut dr. Tabita P S dari Alodokter, jika sering mengalami typo, biasanya disebabkan karena otak yang cenderung bekerja secara generalisasi. Artinya kamu memberi fokus tinggi ke tugas tingkat yang lebih luas.
"Saat menulis atau mengetik, otak lebih fokus dalam menggabungkan kata demi kata, urutan lebih agak dikesampingkan. Hal ini lebih sering terjadi pada orang dengan kepribadian introvert," ujar dr. Tabita.
Sering terbalik mengucapkan juga dapat disebabkan kurangnya konsentrasi, hipoglikemia, tekanan darah rendah, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hingga disleksia.
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Baca juga: Disleksia Bukan Sekedar Gangguan Membaca
Disleksia tergolong sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak atau orang dewasa. Meskipun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan penderitanya.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan genetik tersebut adalah:
- Riwayat disleksia gangguan belajar lain pada keluarga.
- Kelahiran prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.
- Paparan nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi pada masa kehamilan.
Disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Pada balita, gejala dapat sulit dikenali, tetapi setelah anak mencapai usia sekolah, gejalanya akan mulai terlihat, terutama saat anak belajar membaca.
Gejala yang muncul dapat terbagi dua berdasarkan waktu kemunculannya, yakni:
1. Gejala disleksia pada anak
- Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
- Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak seusianya.
- Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip’.
- Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘p’ dengan ‘q’
Selain keluhan di atas, anak dengan disleksia dapat mengalami kesulitan dalam sejumlah aktivitas berikut:
- Memproses dan memahami apa yang didengar.
- Menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan.
- Mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
- Mengingat huruf, angka, dan warna.
- Mengucapkan kata yang tidak umum.
- Memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
2. Disleksia pada remaja dan orang dewasa
Pada remaja dan orang dewasa, disleksia dapat menyebabkan penderitanya sering salah mengucapkan nama atau kata, dan kesulitan dalam membaca atau menulis. Oleh sebab itu, penderita cenderung menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Disleksia juga dapat menyebabkan penderita kesulitan dalam:
- Mengeja.
- Memahami lelucon atau ungkapan kata yang memiliki makna lain (idiom), seperti “kambing hitam”.
- Menyimpulkan suatu cerita.
- Mempelajari bahasa asing.
- Mengingat sesuatu.
- Menghitung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Menurut dr. Tabita P S dari Alodokter, jika sering mengalami typo, biasanya disebabkan karena otak yang cenderung bekerja secara generalisasi. Artinya kamu memberi fokus tinggi ke tugas tingkat yang lebih luas.
"Saat menulis atau mengetik, otak lebih fokus dalam menggabungkan kata demi kata, urutan lebih agak dikesampingkan. Hal ini lebih sering terjadi pada orang dengan kepribadian introvert," ujar dr. Tabita.
Sering terbalik mengucapkan juga dapat disebabkan kurangnya konsentrasi, hipoglikemia, tekanan darah rendah, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hingga disleksia.
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Baca juga: Disleksia Bukan Sekedar Gangguan Membaca
Disleksia tergolong sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak atau orang dewasa. Meskipun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan penderitanya.
Penyebab dan faktor risiko disleksia
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan genetik tersebut adalah:
- Riwayat disleksia gangguan belajar lain pada keluarga.
- Kelahiran prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.
- Paparan nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi pada masa kehamilan.
Gejala Disleksia
Disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahannya. Pada balita, gejala dapat sulit dikenali, tetapi setelah anak mencapai usia sekolah, gejalanya akan mulai terlihat, terutama saat anak belajar membaca.
Gejala yang muncul dapat terbagi dua berdasarkan waktu kemunculannya, yakni:
1. Gejala disleksia pada anak
- Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
- Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak seusianya.
- Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip’.
- Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘p’ dengan ‘q’
Selain keluhan di atas, anak dengan disleksia dapat mengalami kesulitan dalam sejumlah aktivitas berikut:
- Memproses dan memahami apa yang didengar.
- Menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan.
- Mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
- Mengingat huruf, angka, dan warna.
- Mengucapkan kata yang tidak umum.
- Memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
2. Disleksia pada remaja dan orang dewasa
Pada remaja dan orang dewasa, disleksia dapat menyebabkan penderitanya sering salah mengucapkan nama atau kata, dan kesulitan dalam membaca atau menulis. Oleh sebab itu, penderita cenderung menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Disleksia juga dapat menyebabkan penderita kesulitan dalam:
- Mengeja.
- Memahami lelucon atau ungkapan kata yang memiliki makna lain (idiom), seperti “kambing hitam”.
- Menyimpulkan suatu cerita.
- Mempelajari bahasa asing.
- Mengingat sesuatu.
- Menghitung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)