FITNESS & HEALTH

Benarkah Kematian Pasien Covid-19 akibat Interaksi Obat?

Raka Lestari
Selasa 13 Juli 2021 / 12:33
Jakarta: Baru-baru ini ada yang sedang viral di media sosial, seorang yang menyebutkan bahwa covid-19 itu tidak ada, dan kematian pada pasien covid-19 itu adalah akibat interaksi obat. Sontak hal tersebut menimbulkan pertanyaan dan keresahan masyarakat, karena hal itu bertentangan dengan fakta-fakta yang selama ini dipercaya.

Mengenai hal tersebut, Prof Zullies Ikawati, PhD, Apt selaku Guru Besar Farmasi UGM memberikan penjelasannya. Menurutnya, yang dimaksud interaksi obat karena adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

"Secara umum, interaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya efek farmakologi obat lain (bersifat sinergis atau additif), atau mengurangi efek obat lain (antagonis), atau meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan," ujar Prof. Zullies.

Untuk itu, sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya. Ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Jadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual.

Prof Zullies juga mengatakan, interaksi obat dapat menguntungkan pada penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapinya. Apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu (komorbid).

Bahkan satu penyakitpun bisa membutuhkan lebih dari satu obat, contohnya hipertensi. Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain. Bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi.

"Interaksi obat dikatakan merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yg digunakan bersama. Atau bisa juga jika ada obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, maka akan makin meningkatkan risiko total efek sampingnya. Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan," tutur Prof Zullies.  

Contohnya obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang dulu digunakan untuk terapi covid, atau azitromisin dengan levofloksasin. Kedua obat itu sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung. Jika digunakan bersama maka bisa terjadi efek total yang membahayakan.

“Jadi, interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian. Jika ada penggunaan obat yang diduga akan berinteraksi secara klinis, maka pemantauan hasil terapi perlu ditingkatkan. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat interaksi obat, dapat segera dilakukan tindakan yang diperlukan, misal menghentikan atau mengganti obatnya,” tutup Prof Zullies.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH