Ilustrasi: Medcom
Ilustrasi: Medcom

Mager Seharian Meningkatkan Risiko Kematian? Ini Kata Dosen IPB University

Citra Larasati • 24 April 2025 21:21
Jakarta:  Gaya hidup mager alias malas gerak ternyata bukan cuma bikin badan pegal. Lebih dari itu, duduk terlalu lama bisa memicu berbagai masalah kesehatan serius, bahkan meningkatkan risiko kematian dini.
 
“Gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) atau yang biasa disebut mager berbeda dengan inaktivitas fisik biasa. Ini adalah kondisi ketika seseorang bahkan tidak melakukan aktivitas ringan,” kata Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Widya Eka Nugraha, MSiMed di Jakarta, Kamis, 24 April 2025.
 
Aktivitas fisik bisa diukur lewat satuan METs (metabolic equivalents). Jika suatu aktivitas memiliki nilai METs kurang dari atau sama dengan 1,5, maka tergolong aktivitas sedentary (lembam). Contohnya yakni, duduk, rebahan, atau menonton TV tanpa gerak.

Aktivitas fisik dapat diukur menggunakan satuan METs (metabolic equivalents). Jika aktivitas memiliki nilai METs ≤ 1,5 maka tergolong dalam kategori sedentary (lembam). Contoh aktivitas ini meliputi duduk dalam waktu lama, rebahan, atau menonton televisi tanpa bergerak.
 
“Seseorang disebut punya gaya hidup sedenter kalau lebih dari 50 persen waktu bangunnya (± 6 jam) dihabiskan hanya untuk duduk atau aktivitas sejenis,” jelasnya.

Studi Terbaru

Namun yang mengejutkan, studi terbaru menunjukkan, duduk lebih dari 15 menit dalam satu sesi sudah meningkatkan risiko kematian, dibandingkan duduk kurang dari 10 menit per sesi duduk. 
 
Bahkan, orang yang rutin olahraga pun tetap berisiko jika duduk terlalu lama tanpa jeda. Maka dari itu, seseorang yang duduk lebih dari 1 jam per sesi tetap meningkatkan risiko kematian.
 
“Intinya, kita harus jeda aktivitas duduk dengan gerakan ringan seperti berdiri dan berjalan (brisk walk) sebentar,” tuturnya.
 
Secara umum, lanjut Widya, ada beberapa mekanisme yang berkaitan antara duduk terlalu lama dan masalah kesehatan.   Duduk dalam waktu lama menyebabkan rendahnya METs sehingga metabolisme tubuh menjadi tidak terlalu aktif.
 
Baca juga: UTBK 2025 di IPB? Ikuti Panduan Rute Menuju Lokasi Biar Enggak Telat Ujian

Selain itu, duduk terlalu lama juga menyebabkan otot-otot tubuh melemah dan mengurangi massanya.  “Apabila semua hal tersebut terjadi dalam waktu lama, maka akan menyebabkan penumpukan kadar gula dalam darah, kadar kolesterol darah, aliran darah menjadi kurang lancar, melemahkan otot, hingga meningkatkan risiko kepikunan (demensia) dan kematian dini,” ungkapnya.

Solusi Menekan Risiko Kematian

“Usahakan tetap aktif. Kalau bisa berdiri, jangan duduk. Gunakan standing desk, naik sepeda daripada motor, berdiri di angkutan umum, dan gabung komunitas olahraga,” sarannya.
 
Tak hanya itu, Widya juga menyarankan untuk menyediakan sarana pendukung agar tubuh tetap aktif seperti sepatu olahraga, alat workout sederhana, hingga pakaian nyaman untuk bergerak.
 
“Pada dasarnya, tubuh kita memang diciptakan untuk aktif. Jadi, ayo bergerak, jangan terus-menerus mager,” ucapnya.
 
dr Widya Eka Nugraha, MSiMed adalah seorang dokter dengan latar belakang pendidikan di bidang ilmu biomedik, khususnya konseling genetik, dari Universitas Diponegoro dalam program twinning dengan Radboud University Medical Centre, Belanda. Ia saat ini menjalani pendidikan sebagai residen Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Cipto Mangunkusumo. 
 
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Kepala Rawat Inap dan dokter umum di RS Medika Dramaga serta praktik di Klinik Harapan Ibu Bogor. Widya juga aktif sebagai pembicara dalam berbagai forum ilmiah dan media nasional seputar genetika, penyakit langka, dan kesehatan masyarakat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan