Ilustrasi: Medcom
Ilustrasi: Medcom

Pakar IPB Beberkan Fakta, El Nino hingga Deforestasi Picu Pemanasan Global

Citra Larasati • 23 April 2025 14:27
Jakarta:  Pakar Meteorologi Tropis Institut Pertanian Bogo (IPB), Dr Rahmat Hidayat mengungkapkan, fenomena meningkatnya suhu permukaan bumi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sepanjang tahun 2024 tidak hanya disebabkan oleh faktor alam semata. Ternyata ada faktor penyebab lain, seperti El Nino hingga deforestasi.
 
Rahmat mengatakan, pemanasan permukaan saat ini merupakan kontribusi dari faktor antropogenik (aktivitas manusia) dan faktor alami pemanasan permukaan laut seperti El Nino.
 
“Kalau bicara soal peningkatan suhu permukaan, memang tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor. Salah satunya adalah kejadian El Nino,” kata Rahmat.

Namun ia menekankan, El Nino bukanlah satu-satunya penyebab peningkatan suhu permukaan. “Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Gas-gas ini bersifat memerangkap panas, sehingga menghambat pelepasan panas dari bumi ke atmosfer,” jelasnya.
 
Adapun faktor antropogenik seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, turut berperan besar terhadap peningkatan suhu permukaan bumi. Di sisi lain, fenomena seperti El Nino, yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, juga berkontribusi terhadap naiknya suhu permukaan.
 
“Kombinasi antara emisi gas rumah kaca dan anomali pemanasan laut akibat El Nino inilah yang mempercepat peningkatan suhu permukaan bumi,” ujarnya.

El Nino dan La Nina Picu Cuaca Esktrem

Sebagai Kepala Divisi Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University,  Dr Rahmat menjelaskan bagaimana El Nino dan La Nina memengaruhi kondisi cuaca ekstrem.
 
Ia mengatakan bahwa kejadian El Nino sering kali memperparah kekeringan di wilayah Indonesia karena massa udara basah terangkat dan berpindah ke wilayah lain, sementara La Nina dapat menyebabkan curah hujan yang berlebihan.
 
“El Nino menyebabkan anomali negatif pada curah hujan, memperparah musim kemarau, bahkan berdampak pada meluasnya kebakaran hutan. Sebaliknya, La Nina bisa menyebabkan banjir atau puso lahan pertanian karena intensitas curah hujan yang terlalu tinggi,” bebernya.
 
Terkait banjir yang belakangan melanda sejumlah daerah seperti Puncak Bogor  hingga Bekasi, Rahmat menilai, kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.  Akan tetapi, hal itu juga bisa diperparah buruknya tata guna dan tutupan lahan.
 
“Kadang curah hujan tidak terlalu ekstrem, tetapi permukaan tanah tidak sanggup menyerap air akibat perubahan penggunaan lahan. Banyak daerah resapan yang telah beralih fungsi menjadi kawasan komersial atau pemukiman,” tuturnya.
 
Menjawab pertanyaan tentang upaya mengurangi dampak perubahan iklim secara global, Dr Rahmat menyebutkan dua pendekatan utama, yakni adaptasi dan mitigasi.
 
“Adaptasi contohnya seperti membangun tanggul atau membangun rumah lebih tinggi untuk menghindari banjir. Sementara mitigasi bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, beralih ke energi terbarukan, serta membatasi deforestasi dan emisi industri,” katanya.
 
Ia juga menekankan, pengendalian emisi tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga komunitas, lembaga, dan bahkan individu. “Setiap aksi kecil, jika dilakukan bersama, bisa berdampak besar bagi bumi,” ucapnya.
 
Baca juga: Apakah Kiriman Air dari Bogor Penyebab Banjir Jakarta? Guru Besar IPB Beberkan Faktanya

Rahmat Hidayat adalah dosen dan peneliti di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University sejak tahun 2000. Ia meraih gelar Doktor di bidang Interaksi Atmosfer-Laut dan gelar Master di bidang Oseanografi Fisik dari Tohoku University, Jepang, setelah sebelumnya menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Institut Teknologi Bandung di bidang Meteorologi dan Ilmu Kelautan.
 
Rahmat pernah menjadi peneliti pascadoktoral di Tohoku University dan JAMSTEC, Jepang. Ia saat ini menjabat sebagai Kepala Divisi Meteorologi dan Polusi Atmosfer.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan