Sindrom ini terbentuk karena pengguna medsos selalu mendapat informasi yang banyak melalui video dan tulisan secara cepat. Hal ini telah mempengaruhi emosional pengguna medsos.
Psikolog Rika Kristiani mengatakan, popcorn brain membuat seseorang menjadi mudah marah hingga menjadi tidak sabaran. Bahkan menjadi abai kepada lingkungan sekitarnya.
Dampak buruk menjadi lebih berbahaya jika terjadi pada anak-anak. Untuk itu, orang tua harus meningkatkan pengawasan penggunaan gadget pada anak.
Batasi Penggunaan Gadget Anak
Rika menyarankan, ada batas waktu penggunaan gadget pada anak. Idealnya, dalam satu hari anak hanya boleh mengakses gadget selama 1 jam."Misalnya anak TK itu maksimal sekali 1 jam. Kalau bisa 30 menit dalam sehari. Batasan itu diperlukan agar orang tua tetap bisa mengontrol anaknya agar tak mendapat dampak negatif," jelas dia dalam Newsline Metro TV, Jumat 18 April 2025.
Baca juga: Ini Ciri-ciri Orang Terkena Popcorn Brain, Apakah Ada di Kamu? |
Anak-anak kata dia, harus lebih sering memiliki aktivitas fisik. Aktivitas fisiknya harusnya lebih banyak dilakukan dibandingkan hanya duduk dan menatap layar.
"Ketika tubuh bergerak itu kita akan lebih bisa punya rentang konsentrasi yang baik, fokus yang lebih lama, tubuh jadi berkeringat, sehingga itu menjadi keseharian yang baik," sebut dia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan jika 139 juta orang Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Artinya hampir 50 persen total populasi Indonesia adalah pengguna medsos.
Angka tersebut juga dihiasi pengguna medsos anak dengan usia sekitar lima tahun. Kini dalam penelitian baru pengguna media sosial rentan terjangkit popcorn brain.
Popcorn brain bahkan telah disebut sebagai fenomena. Fenomena popcorn brain ini yang kini yang menjangkiti pengguna medsos. Rika menjelaskan jika popcorn brain itu ibarat proses pembuatan popcorn yang awalnya jagung kemudian melutup.
Dalam hal ini kondisi otak melakukan proses cepat, intens dan berpindah-pindah ketika mengonsumsi medsos. "Kalau kita menonton, atau menyaksikan sesuatu dalam waktu lama itu bisa jadi membosankan, dan kita memilih untuk mengganti tontotan atau apapun yang mau kita baca begitu," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News