Popcorn Brain adalah pengaruh yang terjadi pada sikap pengguna media sosial, di mana pengguna media sosial ingin selalu meraih banyak informasi dengan cepat. Pembentukan kebiasaan dari popcorn brain ini ternyata berdampak buruk, salah satunya dampak secara emosional.
Ciri-ciri popcorn brain
Psikolog Rika Kristiani menyebut, orang dengan popcorn brain bisa dilihat tanda-tandanya. Misalnya orang tersebut menjadi tidak mudah untuk sabar dan melampiaskannya pada amarah hingga menyalahkan keadaan."Karena menyukai sesuatu yang cepat, ia menjadi tidak suka menunggu atau berproses, yang cenderung akan lebih mudah marah, lebih kecewa dan sangat mungkin menyalahkan kondisi sekitar," kata Rika dalam Newsline Metro TV, Jumat 18 April 2025.
Orang dengan popcorn brain, kata dia, juga lebih mudah putus asa, frustasi dan bosan. Sehingga selalu mencari cara instan dalam mengerjakan sesuatu.
"Orang dalam sindrom ini jadinya cenderung tidak ingin gagal, selalu ada comfort zone," ungkap dia.
Selain itu, orang dengan popcorn brain disebut lebih tertarik kepada gawainya dibanding interaksi langsung. Bahkan orang tersebut bisa abai meskipun ada orang yang sedang berhadapan dengannya.
"Cenderung menghiraukan orang di sekitar, dan perlahan ini bisa mengikis kemampuan dalam bersosialisasi secara langsung," kata dia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan jika 139 juta orang Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Artinya hampir 50 persen total populasi Indonesia adalah pengguna medsos.
Angka tersebut juga dihiasi pengguna media sosial anak dengan usia sekitar lima tahun. Kini dalam penelitian baru pengguna media sosial rentan terjangkit popcorn brain.
Baca juga: Mengenal Cyberbullying dan 6 Cara Menghadapinya |
Popcorn brain bahkan telah disebut sebagai fenomena. Sebenarnya seperti apa fenomena popcorn brain yang menjangkiti pengguna medsos?
Rika menjelaskan, popcorn brain itu mengibaratkan proses pembuatan popcorn yang awalnya jagung kemudian melutup. Dalam hal ini kondisi otak melakukan proses cepat, intens dan berpindah-pindah ketika mengonsumsi medsos.
"Kalau kita menonton, atau menyaksikan sesuatu dalam waktu lama itu bisa jadi membosankan, dan kita memilih untuk mengganti tontotan atau apapun yang mau kita baca begitu," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News