FITNESS & HEALTH

Bukan Mata Merah Biasa, Uveitis Bisa Berujung Kebutaan

Aulia Putriningtias
Kamis 18 September 2025 / 12:02
Jakarta: Mungkin mata merah terdengar biasa terjadi karena debu atau mata kelelahan. Namun, kita tak selalu bisa menyepelekan kondisi mata merah, sebab mungkin saja terkena uveitis.

Uveitis adalah gangguan mata merah yang terjadi peradangan pada bagian uvea. Baik itu bagian depan, tengah, atau belakang. Kondisi ini bisa terjadi kronik atau akut.

Menurut Dokter Subspesialis Infeksi dan Imunologi Mata dari JEC Menteng, dr. Eka Oktaviani Budiningtyas Sp.M., uveitis menjadi salah satu penyumbang angka kebutaan setelah katarak dan glaukoma.

"Penyebab kebutaan (karena uveitis) sekitar 20-25 persen. Jadi memang itu world wide, jadi memang secara persentase sekitar itu," ungkap dr. Vani dalam temu media mengenai gangguan uveitis di Jakarta, Rabu, 17 September 2025.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan yang Dapat Dideteksi Saat Periksa Mata

Angka di Indonesia pun belum pasti. Hal ini dikarenakan kesadaran warga yang masih rendah dalam menangani mata merah. Masih banyak orang Indonesia yang hanya mengandalkan obat tetes untuk mata merah.

Padahal, kondisi ini dapat terjadi dari usia 20-40 tahun pada umumnya. Gejalanya meliputi mata merah dengan cairan kental (belek) dan berair, sensitif terhadap cahaya, pandangan buram dengan atau tanpa mata merah, dan floaters atau bayangan di pandangan mata.

"Nah, yang paling sering harus ditanyakan ya, apakah gejala ini berulang, recurrent kita bilangnya, jadi kadang-kadang pasien suka bilangnya, ‘iya dok, udah sering nih dok, nanti hilang lagi, nanti muncul lagi’, nanti tuh udah harus curiga tuh, jangan-jangan uveitis,” jelas dr. Vani.

Adapun beberapa jenis uveitis berdasarkan lokasi terjadinya pada uvea, meliputi:
- Anterior, yaitu peradangan pada depan uvea.
- Intermediate, yaitu peradangan pada bagian tengah uvea.
- Posterior, yaitu peradangan pada bagian belakang uvea.
- Panuvestis, yaitu peradangan seluruh uvea.

Uveitis sendiri terjadi karena infeksi bakteri, infeksi jamur, autoimun, trauma pada mata, hingga kondisi yang belum diketahui mencakup 30-50 persen. Untuk berjaga-jaga, dr. Vani menyarankan jika mengalami mata merah, segera untuk berkonsultasi.

"Kalau ada keluhan mata merah atau buram atau apapun, ingat mata kita cuma dua nih, satu kanan satu kiri, kalau salah satu aja rusak, pasti aktivitas akan terbatas. Jadi kalau ada keluhan mata apapun, segera berobat jangan kita ngobatin sendiri," paparnya.

Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng, menyatakan bahwa gejala-gejala mata sering dianggap hanya infeksi mata ringan. Padahal, dengan melihat data prevalensi retinopati diabetik mencapai 43,1 persen, warga perlu berhati-hati terhadap mata mereka.

"Langkah preventif kecil seperti pemeriksaan rutin mata bisa menyelamatkan penglihatan. Semakin cepat tertangani, semakin besar peluang mata terselamatkan," tutup dr. Referano.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH