FITNESS & HEALTH
Ini yang Membuat Anak Muda Banyak Mengidap Kanker
Aulia Putriningtias
Rabu 24 April 2024 / 11:47
Jakarta: Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyoroti fenomena meningkatnya kanker yang dialami usia muda. Menurut Ketua Umum YKI Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, ini karena gaya hidup yang tidak sehat.
"Sebenarnya, 90 persen kanker itu faktor risikonya ada di gaya hidup dan kebiasaan dan kita masuk ke era di mana penyebab kanker makin banyak," katanya pada acara HUT YKI ke-47, Selasa, 23 April 2024.
Menurut Prof. Aru, ada dua hal yang disoroti oleh pihak YKI terkait meningkatnya kanker di Indonesia. Pertama, alat-alat medis untuk menangani penyakit kanker sudah terbilang jauh berkembang dan mampu mendeteksi lebih cepat.
Ketika suatu teknologi berkembang dan menjadikannya mampu mendeteksi lebih cepat, akan mudah untuk mengetahui angkanya. Sehingga, inilah yang menyebabkan angka penyakit kanker terbilang tinggi.
Baca juga: Peneliti Sebut Kandungan TAR Memicu Kanker
Kemudian, gaya hidup yang tidak sehat. Mulai dari lingkungan, cara makan dan gaya hidup yang serba mudah dan cepat, mendorong seseorang mudah terkena kanker.
"Sekarang karena lingkungan lebih jelek, coba kalau minta menu sayur di resto ayam goreng siap saji ada enggak? Enggak ada, karena gaya hidup kita sekarang lebih ke barat dan kita lebih cepat kena kanker. Jadinya, sebagai contoh kanker usus besar dulu di bawah usia 40 hanya 10 persen, sekarang sudah 30 persen," jelasnya.
Menurut Prof. Aru, faktor risiko makan yang tak sehat, ditambah merokok, sudah mengambil angka di 30 hingga 35 persen. Belum lagi, kurangnya bergerak yang dapat menyebabkan kanker dapat datang kapan saja.
Prof. Aru sendiri menekankan bahwa salah satu masalah yang masih dihadapi dalam menekankan angka kanker di Indonesia adalah perokok dan industri rokok. Masyarakat masih tak sedikit yang bergantung dengan barang tersebut.
Karena hal tersebut, Prof. Aru mendorong YKI untuk terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menekan angka kanker di Indonesia. Melalui edukasi, YKI dapat membantu untuk memberikan masyarakat ilmu dan mematahkan berbagai stigma.
"Ini tugas kami sebagai YKI menggandeng pemerintah. Akan semakin baik bila pemerintah mendukung program-program kami baik dari sisi fasilitas maupun pendanaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Sebenarnya, 90 persen kanker itu faktor risikonya ada di gaya hidup dan kebiasaan dan kita masuk ke era di mana penyebab kanker makin banyak," katanya pada acara HUT YKI ke-47, Selasa, 23 April 2024.
Menurut Prof. Aru, ada dua hal yang disoroti oleh pihak YKI terkait meningkatnya kanker di Indonesia. Pertama, alat-alat medis untuk menangani penyakit kanker sudah terbilang jauh berkembang dan mampu mendeteksi lebih cepat.
Ketika suatu teknologi berkembang dan menjadikannya mampu mendeteksi lebih cepat, akan mudah untuk mengetahui angkanya. Sehingga, inilah yang menyebabkan angka penyakit kanker terbilang tinggi.
Baca juga: Peneliti Sebut Kandungan TAR Memicu Kanker
Kemudian, gaya hidup yang tidak sehat. Mulai dari lingkungan, cara makan dan gaya hidup yang serba mudah dan cepat, mendorong seseorang mudah terkena kanker.
"Sekarang karena lingkungan lebih jelek, coba kalau minta menu sayur di resto ayam goreng siap saji ada enggak? Enggak ada, karena gaya hidup kita sekarang lebih ke barat dan kita lebih cepat kena kanker. Jadinya, sebagai contoh kanker usus besar dulu di bawah usia 40 hanya 10 persen, sekarang sudah 30 persen," jelasnya.
Menurut Prof. Aru, faktor risiko makan yang tak sehat, ditambah merokok, sudah mengambil angka di 30 hingga 35 persen. Belum lagi, kurangnya bergerak yang dapat menyebabkan kanker dapat datang kapan saja.
Prof. Aru sendiri menekankan bahwa salah satu masalah yang masih dihadapi dalam menekankan angka kanker di Indonesia adalah perokok dan industri rokok. Masyarakat masih tak sedikit yang bergantung dengan barang tersebut.
Karena hal tersebut, Prof. Aru mendorong YKI untuk terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menekan angka kanker di Indonesia. Melalui edukasi, YKI dapat membantu untuk memberikan masyarakat ilmu dan mematahkan berbagai stigma.
"Ini tugas kami sebagai YKI menggandeng pemerintah. Akan semakin baik bila pemerintah mendukung program-program kami baik dari sisi fasilitas maupun pendanaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)