FITNESS & HEALTH
Gejala dan Cara Mencegah Henti Jantung, Terutama saat Tidur
A. Firdaus
Rabu 09 Oktober 2024 / 17:54
Jakarta: Kematian mendadak karena henti jantung, terutama saat tertidur menjadi ancaman tersendiri untuk diwaspadai. Saat tidur, tubuh lebih dipengaruhi oleh sistem persarafan parasimpatis. Hal ini mengakibatkan perlambatan dalam laju nadi, laju napas, dan disertai dengan penurunan tekanan darah.
"Serangan jantung umumnya terjadi saat siang hari, tetapi pada orang-orang yang memiliki kelainan pernapasan terkait tidur (sleep disordered breathing), serangan jantung umum terjadi saat tidur," ungkap dr. Dony Yugo Hermanto, Sp. J.P, Subsp. Ar. (K), FIHA kepada Medcom.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Aritmia RS Pondok Indah – Pondok Indah ini juga mengatakan, kelainan jantung lain yang dapat tercetus saat tidur antara lain adalah gangguan irama (aritmia).
Berikut beberapa gejala awal yang dapat terjadi pada henti jantung mendadak saat tertidur:
- Pingsan.
- Rasa hampir pingsan (seperti kliyengan dan pandangan gelap).
- Jantung berdebar.
- Nyeri dada.
- Sesak napas mendadak.
"Pingsan bisa jadi merupakan gejala pertama dan terakhir dari henti jantung mendadak," jelas dr. Dony.
Baca juga: Waspada! Ini Jenis Penyakit Jantung yang Terjadi saat Tertidur
Lalu, apakah henti jantung mendadak dapat diakibatkan oleh aktivitas sebelumnya? Menurut dr. Dony, bisa saja. Terlebih jika seseorang menderita penyakit jantung sebelumnya seperti penyakit jantung koroner atau gagal jantung, henti jantung mendadak dapat dicetuskan oleh adanya aktivitas fisik yang berat.
"Namun, pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner atau gagal jantung, aktivitas fisik sebelumnya umumnya tidak berpengaruh," ungkap dr. Dony.
Henti jantung dapat dicegah, jika sudah terdiagnosis sebelumnya. Contoh kasus pada pemain sepak bola Christian Eriksen yang mengalami henti jantung mendadak saat pertandingan.
"Saat ini pemain internasional Denmark, telah dipasang alat bernama Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD), yaitu alat yang ditanamkan ke tubuh yang berfungsi untuk mendeteksi dan melakukan terapi jika pasien kembali mengalami gangguan irama yang berbahaya. Namun kunci dari pencegahan adalah dengan melakukan medical check up secara rutin," ungkap dr. Dony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
"Serangan jantung umumnya terjadi saat siang hari, tetapi pada orang-orang yang memiliki kelainan pernapasan terkait tidur (sleep disordered breathing), serangan jantung umum terjadi saat tidur," ungkap dr. Dony Yugo Hermanto, Sp. J.P, Subsp. Ar. (K), FIHA kepada Medcom.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Aritmia RS Pondok Indah – Pondok Indah ini juga mengatakan, kelainan jantung lain yang dapat tercetus saat tidur antara lain adalah gangguan irama (aritmia).
Berikut beberapa gejala awal yang dapat terjadi pada henti jantung mendadak saat tertidur:
- Pingsan.
- Rasa hampir pingsan (seperti kliyengan dan pandangan gelap).
- Jantung berdebar.
- Nyeri dada.
- Sesak napas mendadak.
"Pingsan bisa jadi merupakan gejala pertama dan terakhir dari henti jantung mendadak," jelas dr. Dony.
Baca juga: Waspada! Ini Jenis Penyakit Jantung yang Terjadi saat Tertidur
Lalu, apakah henti jantung mendadak dapat diakibatkan oleh aktivitas sebelumnya? Menurut dr. Dony, bisa saja. Terlebih jika seseorang menderita penyakit jantung sebelumnya seperti penyakit jantung koroner atau gagal jantung, henti jantung mendadak dapat dicetuskan oleh adanya aktivitas fisik yang berat.
"Namun, pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner atau gagal jantung, aktivitas fisik sebelumnya umumnya tidak berpengaruh," ungkap dr. Dony.
Henti jantung mendadak dapat dicegah
Henti jantung dapat dicegah, jika sudah terdiagnosis sebelumnya. Contoh kasus pada pemain sepak bola Christian Eriksen yang mengalami henti jantung mendadak saat pertandingan.
"Saat ini pemain internasional Denmark, telah dipasang alat bernama Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD), yaitu alat yang ditanamkan ke tubuh yang berfungsi untuk mendeteksi dan melakukan terapi jika pasien kembali mengalami gangguan irama yang berbahaya. Namun kunci dari pencegahan adalah dengan melakukan medical check up secara rutin," ungkap dr. Dony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)