FITNESS & HEALTH

Japanese Encephalitis, Jarang Terjadi tapi Bisa Sebabkan Cacat Permanen Sampai Kematian

Aulia Putriningtias
Senin 09 Juni 2025 / 17:39
Jakarta: Menurut data Kemenkes per Mei 2025, ada kasus penyakit Japanese Encephalitis (JE) di Pangandaran, Jawa Barat pada bulan April 2025. Dan kasus JE di Pangandaran ini menyebabkan kematian pada penderitanya.

Sebenarnya ini bukan penyakit baru, namun, penyakit ini cukup jarang terjadi, namun serius. Sehingga, bila terdapat kasus penyakit JE di suatu daerah, meski penderitanya sedikit, hal itu akan menjadi kasus penyakit luar biasa. 

Baca juga: Hubungan Menopause dan Insomnia, Ini Penjelasannya

Penyakit JE sendiri merupakan radang otak yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis (JEV) yang ditularkan oleh nyamuk Culex. 

Penyakit ini dikenal sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Parahnya, tingkat kematian JE bisa cukup tinggi, yakni berkisar antara 20 - 30 persen dari keseluruhan kasus. Agar tidak menyerang si kecil, yuk, cari tahu selengkapnya mengenai penyakit JE ini!
 

Penyebab penyakit JE


Virus Japanese encephalitis merupakan kelompok flavivirus yang masih terkait erat dengan virus demam berdarah, demam kuning (yellow fever), dan west nile fever. Seperti dikutip dari Alodokter, Japanese encephalitis virus menyebar ke manusia dari hewan yang terinfeksi, biasanya babi atau burung air, melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus. 

Nyamuk ini lebih aktif pada malam hari dan banyak ditemukan di daerah persawahan. Kasus JE ini akan meningkat saat musim hujan, di mana junlah populasi nyamuk akan bertambah. 
 

Gejala yang harus diwaspadai



(Meski vaksin JE belum masuk dalam program imunisasi wajib pemerintah, dokter umumnya menyarankan pemberian vaksin tersebut kepada orang yang tinggal di area dengan kasus penularan tinggi. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Penyakit JE umumnya tidak menimbulkan gejala. Kalau pun ada, hanya gejala ringan, seperti demam, sakit kepala, serta mual dan muntah. Beberapa gejala tersebut biasanya timbul 4–15 hari setelah penderita tergigit nyamuk yang terinfeksi. 

Namun, pada 1 dari tiap 250 kasus, Japanese encephalitis dapat menimbulkan gejala yang berat. Beberapa gejala berat yang bisa muncul adalah:

- Demam tinggi
- Napas cepat
- Leher terasa kaku
- Muntah-muntah parah
- Kaku otot
- Gangguan penglihatan akibat pembengkakan saraf mata (papiledema)
- Linglung
- Sulit berbicara
- Tremor
- Kejang, terutama pada anak-anak
- Lumpuh
- Koma

Gejala Japanese encephalitis berat dikatakan oleh dr. Robby Firmansyah Murzen, via Alodokter, lebih berisiko terjadi pada anak berusia 2−10 tahun dan lansia. Sementara berkisar 30–50 persen pasien yang sembuh dari Japanese encephalitis berat dapat terkena gangguan saraf dan lumpuh permanen, gangguan bicara, gangguan memori, serta gangguan mental.
 

Komplikasi Japanese encephalitis


Japanese encephalitis yang berat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang serius, seperti:

- Sindrom Guillain-Barré
- Penumpukan cairan di dalam otak (hidrosefalus)
- Koma
- Kematian, pada 20–30% kasus

Pasien Japanese encephalitis juga biasanya membutuhkan tirah baring dan rawat inap yang lama di rumah sakit. Akibatnya, pasien juga rentan mengalami komplikasi berupa pneumonia dan luka di kulit akibat tirah baring lama (ulkus dekubitus).
 

Pencegahan yang bisa dilakukan


Upaya utama untuk mencegah terkena Japanese encephalitis adalah menjalani vaksinasi. Vaksinasi Japanese encephalitis di Indonesia telah masuk ke dalam imunisasi dasar pada anak usia 9 bulan dengan dosis tunggal. Untuk perlindungan jangka panjang, vaksinasi booster dapat diberikan 1–2 tahun berikutnya.

Selain vaksinasi, risiko terjadinya Japanese encephalitis juga dapat diturunkan dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Pencegahan penyakit JE pada dasarnya sama dengan demam berdarah, seperti: 

- Menggunakan losion antinyamuk sesuai dengan petunjuk yang tertera ketika beraktivitas di luar ruangan

- Mengenakan baju lengan panjang jika beraktivitas di luar ruangan yang terdapat banyak tanaman, seperti semak-semak atau rawa-rawa

- Menggunakan kelambu ketika tidur, terutama jika ruangannya tidak memiliki AC

- Membersihkan tempat yang dapat menjadi tempat genangan air, seperti ember, pot bunga, dan tempat sampah, secara rutin, serta membersihkan lingkungan sekitar rumah

- Tidak menumpuk barang-barang bekas

Baca juga: Daging Kurban Menyebabkan Kolesterol, Ini Tips Mengelolanya

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika si kecil, orang tua, atau kamu sendiri merasa tidak enak badan dan demam, utamanya bila baru bepergian ke daerah yang terdapat kasus Japanese encephalitis. Perlu diingat bahwa gejala ringan Japanese encephalitis mirip dengan banyak gejala penyakit lain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH