FITNESS & HEALTH
Waspadai Virus Oropouche dari Gigitan Nyamuk, Gejalanya Mirip DBD, Lho!
Mia Vale
Minggu 04 Agustus 2024 / 08:10
Jakarta: Sepertinya setelah virus korona, banyak bermunculan beragam virus yang cukup menggemparkan dunia. Seperti yang terjadi baru-baru ini, di mana dunia kembali dibuat terkejut dengan munculnya virus yang gejalanya mirip penyakit demam berdarah.
Ya, virus Oropouche bahkan telah menyebabkan dua kasus kematian di Brasil. Pada tahun ini, Brasil mencatat 7.236 kasus Oropouche. Terbanyak berada di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
"Para wanita dari negara bagian Bahia di timur laut Brasil itu berusia di bawah 30 tahun, tanpa penyakit penyerta, tetapi memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah," jelas Kemenkes Brasil dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.
Berikut sejumlah fakta terkait virus Oropouche yang dirangkum dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC Amerika Serikat, akhir bulan Juli lalu.
Virus ini menyebabkan gejala yang mirip dengan demam berdarah, seperti demam, nyeri otot, persendian kaku, sakit kepala, muntah, mual, menggigil atau kepekaan terhadap cahaya, menurut CDC. Kasus yang parah dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti meningitis.
Belum ada pengobatan atau vaksin khusus untuk virus ini. Perlindungan terbaik adalah menghindari gigitan pengusir hama dan nyamuk saat berada di area yang terkena dampak. Hal ini termasuk menutup kaki dan lengan, menggunakan obat nyamuk yang kuat, dan kelambu berjaring halus.
Virus Oropouche akan menyebar pada manusia, salah satunya melalui gigitan nyamuk penggigit yang terinfeksi (culicoides paraensis). Untuk mencegah tertular dari virus ini, pastikan kamh dan orang sekitar tidak tergigit oleh hewan-hewan yang membawa virus.

(CDC melaporkan belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Namun gejalanya bisa diatasi dengan beberapa hal seperti istirahat, meminum cairan mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Mengutip laman Hindustan Times, masa inkubasi penyakit virus Oropouche adalah 3–10 hari. Umumnya dimulai dengan demam mendadak (38-40°C) disertai sakit kepala yang cukup parah, menggigil, mialgia (nyeri otot), dan arthralgia (nyeri sendi).
Tanda dan gejala lainnya termasuk fotofobia (peka terhadap cahaya), pusing, nyeri retroorbital atau mata, mual dan muntah, atau ruam makulopapular yang dimulai pada batang tubuh dan berlanjut ke ekstremitas (anggota gerak).
Gejala yang kurang umum dapat berupa injeksi konjungtiva (kondisi mata yang ditandai dengan mata merah), diare, sakit perut parah, dan gejala hemoragik (misalnya epistaksis, perdarahan gingiva, melena, menorrhagia, dan petechiae).
Gejala biasanya berlangsung kurang dari seminggu (2–7 hari). Namun, pada 60 persen pasien, gejala dapat muncul kembali beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian.
Gejala serupa juga dilaporkan pada saat kambuh. Gejala penyakit virus Oropouche bisa mirip dengan gejala demam berdarah, chikungunya, atau virus Zika, atau malaria.
CDC melaporkan belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Namun gejalanya bisa diatasi dengan beberapa hal seperti istirahat, meminum cairan mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri termasuk untuk menurunkan demam.
Pada beberapa kasus yang lebih parah, perawatan medis atau rawat inap mungkin diperlukan. CDC juga melarang mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonstereoid (NSAID) hingga penyakitnya bisa dihilangkan, untuk mengurangi risiko perdarahan.
Karena virus ini belum ada obat yang benar-benar menanganinya, alangkah baiknya bila kita melakukan pencegahan. Salah satunya, dengan mencegah gigitan pengusir hama dan nyamuk. Tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit virus Oropouche.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Ya, virus Oropouche bahkan telah menyebabkan dua kasus kematian di Brasil. Pada tahun ini, Brasil mencatat 7.236 kasus Oropouche. Terbanyak berada di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
"Para wanita dari negara bagian Bahia di timur laut Brasil itu berusia di bawah 30 tahun, tanpa penyakit penyerta, tetapi memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah," jelas Kemenkes Brasil dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.
Berikut sejumlah fakta terkait virus Oropouche yang dirangkum dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC Amerika Serikat, akhir bulan Juli lalu.
Gejala mirip demam berdarah
Virus ini menyebabkan gejala yang mirip dengan demam berdarah, seperti demam, nyeri otot, persendian kaku, sakit kepala, muntah, mual, menggigil atau kepekaan terhadap cahaya, menurut CDC. Kasus yang parah dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti meningitis.
Belum ada pengobatan atau vaksin khusus untuk virus ini. Perlindungan terbaik adalah menghindari gigitan pengusir hama dan nyamuk saat berada di area yang terkena dampak. Hal ini termasuk menutup kaki dan lengan, menggunakan obat nyamuk yang kuat, dan kelambu berjaring halus.
Virus Oropouche akan menyebar pada manusia, salah satunya melalui gigitan nyamuk penggigit yang terinfeksi (culicoides paraensis). Untuk mencegah tertular dari virus ini, pastikan kamh dan orang sekitar tidak tergigit oleh hewan-hewan yang membawa virus.

(CDC melaporkan belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Namun gejalanya bisa diatasi dengan beberapa hal seperti istirahat, meminum cairan mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Mengutip laman Hindustan Times, masa inkubasi penyakit virus Oropouche adalah 3–10 hari. Umumnya dimulai dengan demam mendadak (38-40°C) disertai sakit kepala yang cukup parah, menggigil, mialgia (nyeri otot), dan arthralgia (nyeri sendi).
Tanda dan gejala lainnya termasuk fotofobia (peka terhadap cahaya), pusing, nyeri retroorbital atau mata, mual dan muntah, atau ruam makulopapular yang dimulai pada batang tubuh dan berlanjut ke ekstremitas (anggota gerak).
Gejala yang kurang umum dapat berupa injeksi konjungtiva (kondisi mata yang ditandai dengan mata merah), diare, sakit perut parah, dan gejala hemoragik (misalnya epistaksis, perdarahan gingiva, melena, menorrhagia, dan petechiae).
Gejala biasanya berlangsung kurang dari seminggu (2–7 hari). Namun, pada 60 persen pasien, gejala dapat muncul kembali beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian.
Gejala serupa juga dilaporkan pada saat kambuh. Gejala penyakit virus Oropouche bisa mirip dengan gejala demam berdarah, chikungunya, atau virus Zika, atau malaria.
Pengobatan virus oropouche
CDC melaporkan belum ada obat untuk mengobati penyakit ini. Namun gejalanya bisa diatasi dengan beberapa hal seperti istirahat, meminum cairan mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri termasuk untuk menurunkan demam.
Pada beberapa kasus yang lebih parah, perawatan medis atau rawat inap mungkin diperlukan. CDC juga melarang mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonstereoid (NSAID) hingga penyakitnya bisa dihilangkan, untuk mengurangi risiko perdarahan.
Karena virus ini belum ada obat yang benar-benar menanganinya, alangkah baiknya bila kita melakukan pencegahan. Salah satunya, dengan mencegah gigitan pengusir hama dan nyamuk. Tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit virus Oropouche.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)