FITNESS & HEALTH
Dalam 40 detik, Aplikasi Berbasis AI Ini Bantu Cari Tahu Kesehatan Otakmu
Medcom
Rabu 26 Maret 2025 / 12:17
Jakarta: BrainEye, perusahaan health-tech terkemuka asal Australia, bersiap meluncurkan teknologi inovatifnya di Indonesia. BrainEye akan menghadirkan solusi berbasis AI yang dapat digunakan melalui smartphone untuk menilai fungsi otak secara cepat dan akurat.
Aplikasi BrainEye adalah alat skrining kesehatan otak yang terjangkau, cepat, dan akurat, tanpa memerlukan perangkat keras yang mahal. Dalam waktu kurang dari 40 detik, kamu dapat memperoleh gambaran kesehatan otakmu serta tren perkembangan kondisi otak dari waktu ke waktu.
Dengan lebih dari 120.000 tes yang telah dilakukan di seluruh dunia, BrainEye adalah perangkat medis Kelas 1M yang tidak invasif. Teknologi BrainEye telah teruji dan divalidasi secara klinis terhadap perangkat medis standar emas.
Di inti inovasi BrainEye terdapat teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Semakin banyak data yang dikumpulkan, semakin akurat dan personal hasil yang diberikan aplikasi ini.
Baca juga: Perlu Tahu, Beginilah Proses Penuaan Otak Seiring Bertambahnya Usia
Model machine learning BrainEye terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan, menjadikannya semakin presisi dan dapat diandalkan seiring waktu. AI bukan hanya bagian dari kesuksesan BrainEye saat ini, tetapi juga menjadi kunci evolusi masa depan BrainEye dalam teknologi kesehatan otak.
Steven Barrett, Chief Operating Officer BrainEye, menyatakan, misi BrainEye adalah merevolusi perawatan neurologis dan keselamatan olahraga dengan teknologi berbasis AI yang mudah diakses. Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan otak, performa olahraga, dan layanan kesehatan digital.
"Kami melihat ini sebagai peluang besar untuk memberikan dampak nyata melalui kemitraan strategis, dengan Austrade, otoritas kesehatan Indonesia, dan organisasi olahraga. Kami terus mengembangkan aplikasi ini, termasuk memperluas ke pasar baru. Dengan masuk ke Indonesia, kami tidak hanya menawarkan aplikasi kesehatan otak inovatif, tetapi juga berinvestasi dalam masa depan perawatan preventif, keselamatan atlet, dan aksesibilitas kesehatan digital di wilayah ini," kata Steven.
“AI dan machine learning memainkan peran penting dalam aplikasi kami dan akan semakin signifikan di masa depan. Semakin banyak data yang kami miliki, semakin baik kinerja aplikasi kami. Model machine learning kami terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan aplikasi, membuat algoritma kami semakin akurat dan dapat diandalkan.” tambahnya.
BrainEye memiliki aplikasi luas di berbagai industri, termasuk dalam keselamatan olahraga, neurologi klinis, kesehatan mental, dan perawatan lansia. Teknologi ini memungkinkanmu untuk lebih memahami kondisi kesehatan otak mereka dengan deteksi dini yang proaktif, sebelum gejala fisik muncul.
Dengan 1 dari 3 orang, atau sekitar 2,6 miliar orang di seluruh dunia, diperkirakan mengalami gangguan neurologis, serta hingga 75% kasus yang tidak terdiagnosis, Aplikasi ini menawarkan solusi skalabel untuk mengurangi kasus yang tidak terdeteksi.
Associate Professor Joanne Fielding, Chief Scientific Officer BrainEye, menjelaskan, gangguan neurologis sering kali baru terdiagnosis pada tahap akhir, setelah terjadi penurunan fungsi atau perilaku yang signifikan. BrainEye memungkinkan deteksi dan intervensi lebih awal, mengurangi beban penyakit, biaya perawatan kesehatan, dan ketergantungan jangka panjang.
Manfaat BrainEye, kata Joanne, tidak hanya dirasakan oleh pasien. Bagi para caregiver, intervensi dini mengurangi beban perawatan pribadi. Tenaga medis mendapat manfaat dari berkurangnya tekanan pada sistem kesehatan yang sudah kewalahan.

Konferensi Pers peluncuran BrainEye di Indonesia. Dok. Ist
"Sementara itu, masyarakat memperoleh keuntungan dari peningkatan produktivitas, penurunan kebutuhan perawatan jangka panjang, dan pengurangan biaya kesehatan publik. BrainEye adalah tentang menyediakan alat yang proaktif dan berbasis sains untuk semua orang," kata Joanne.
Pencapaian ini turut didukung oleh legenda sepak bola sekaligus Brand Ambassador BrainEye, Emmanuel Petit, juara Piala Dunia FIFA 1998 dan UEFA European Champion, yang bergabung dengan BrainEye untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan otak dan keselamatan dari cedera kepala dalam olahraga.
Kehadiran BrainEye di Indonesia menjadi langkah maju dalam menyediakan pemantauan kesehatan otak secara real-time guna mendukung transformasi kesehatan digital dan komitmen Indonesia terhadap perawatan preventif.
Terkait itu, BrainEye juga merevolusi skrining gegar otak dalam olahraga. Tes SCAT tradisional masih bergantung pada observasi subjektif dan umumnya hanya digunakan setelah gejala muncul. Sebaliknya, BrainEye menyediakan data objektif dan real-time yang terbukti tiga kali lebih dapat direproduksi dibanding SCAT.
Dalam uji klinis dengan atlet AFL elit, BrainEye mencapai tingkat sensitivitas 100% dan spesifisitas 85%, berhasil mengidentifikasi pemain yang didiagnosis mengalami gegar otak melalui data pergerakan mata yang abnormal.
Lebih jauh, BrainEye dapat diintegrasikan dengan protokol gegar otak yang sudah ada, memberikan wawasan berbasis data secara real-time kepada tim medis klub. Teknologi ini sangat penting bagi 95% atlet yang bukan profesional dan tidak memiliki akses langsung ke tenaga medis, sehingga dapat meningkatkan keselamatan di sekolah, akademi, dan klub olahraga komunitas.
Petit mengatakan, dalam sepak bola dan dalam kehidupan, melindungi otak adalah segalanya. Sepanjang kariernya, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat adalah segalanya, ia harus berada dalam performa terbaik, baik di dalam maupun di luar lapangan.
"Dalam budaya sepak bola yang dinamis seperti di Indonesia, di mana olahraga ini berkembang pesat dan banyak talenta muda bermunculan di seluruh negeri, BrainEye memberikan alat bagi para atlet dan pelatih untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih aman," ungkap legenda sepak bola pemenang Piala Dunia asal Prancis itu.
"Saya bermitra dengan BrainEye karena saya percaya teknologi ini dapat membantu melindungi masa depan sepak bola Indonesia—dengan mendeteksi gegar otak sejak dini, mendukung pengembangan pemain muda, dan memastikan bahwa para pemain di semua level dapat berkembang tanpa mengorbankan kesehatan mereka," sambung Petit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Aplikasi BrainEye adalah alat skrining kesehatan otak yang terjangkau, cepat, dan akurat, tanpa memerlukan perangkat keras yang mahal. Dalam waktu kurang dari 40 detik, kamu dapat memperoleh gambaran kesehatan otakmu serta tren perkembangan kondisi otak dari waktu ke waktu.
Dengan lebih dari 120.000 tes yang telah dilakukan di seluruh dunia, BrainEye adalah perangkat medis Kelas 1M yang tidak invasif. Teknologi BrainEye telah teruji dan divalidasi secara klinis terhadap perangkat medis standar emas.
Di inti inovasi BrainEye terdapat teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Semakin banyak data yang dikumpulkan, semakin akurat dan personal hasil yang diberikan aplikasi ini.
Baca juga: Perlu Tahu, Beginilah Proses Penuaan Otak Seiring Bertambahnya Usia
Model machine learning BrainEye terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan, menjadikannya semakin presisi dan dapat diandalkan seiring waktu. AI bukan hanya bagian dari kesuksesan BrainEye saat ini, tetapi juga menjadi kunci evolusi masa depan BrainEye dalam teknologi kesehatan otak.
Steven Barrett, Chief Operating Officer BrainEye, menyatakan, misi BrainEye adalah merevolusi perawatan neurologis dan keselamatan olahraga dengan teknologi berbasis AI yang mudah diakses. Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan otak, performa olahraga, dan layanan kesehatan digital.
"Kami melihat ini sebagai peluang besar untuk memberikan dampak nyata melalui kemitraan strategis, dengan Austrade, otoritas kesehatan Indonesia, dan organisasi olahraga. Kami terus mengembangkan aplikasi ini, termasuk memperluas ke pasar baru. Dengan masuk ke Indonesia, kami tidak hanya menawarkan aplikasi kesehatan otak inovatif, tetapi juga berinvestasi dalam masa depan perawatan preventif, keselamatan atlet, dan aksesibilitas kesehatan digital di wilayah ini," kata Steven.
“AI dan machine learning memainkan peran penting dalam aplikasi kami dan akan semakin signifikan di masa depan. Semakin banyak data yang kami miliki, semakin baik kinerja aplikasi kami. Model machine learning kami terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan aplikasi, membuat algoritma kami semakin akurat dan dapat diandalkan.” tambahnya.
BrainEye memiliki aplikasi luas di berbagai industri, termasuk dalam keselamatan olahraga, neurologi klinis, kesehatan mental, dan perawatan lansia. Teknologi ini memungkinkanmu untuk lebih memahami kondisi kesehatan otak mereka dengan deteksi dini yang proaktif, sebelum gejala fisik muncul.
Dengan 1 dari 3 orang, atau sekitar 2,6 miliar orang di seluruh dunia, diperkirakan mengalami gangguan neurologis, serta hingga 75% kasus yang tidak terdiagnosis, Aplikasi ini menawarkan solusi skalabel untuk mengurangi kasus yang tidak terdeteksi.
Associate Professor Joanne Fielding, Chief Scientific Officer BrainEye, menjelaskan, gangguan neurologis sering kali baru terdiagnosis pada tahap akhir, setelah terjadi penurunan fungsi atau perilaku yang signifikan. BrainEye memungkinkan deteksi dan intervensi lebih awal, mengurangi beban penyakit, biaya perawatan kesehatan, dan ketergantungan jangka panjang.
Manfaat BrainEye, kata Joanne, tidak hanya dirasakan oleh pasien. Bagi para caregiver, intervensi dini mengurangi beban perawatan pribadi. Tenaga medis mendapat manfaat dari berkurangnya tekanan pada sistem kesehatan yang sudah kewalahan.

Konferensi Pers peluncuran BrainEye di Indonesia. Dok. Ist
"Sementara itu, masyarakat memperoleh keuntungan dari peningkatan produktivitas, penurunan kebutuhan perawatan jangka panjang, dan pengurangan biaya kesehatan publik. BrainEye adalah tentang menyediakan alat yang proaktif dan berbasis sains untuk semua orang," kata Joanne.
Merevolusi skrining gegar otak dalam olahraga
Pencapaian ini turut didukung oleh legenda sepak bola sekaligus Brand Ambassador BrainEye, Emmanuel Petit, juara Piala Dunia FIFA 1998 dan UEFA European Champion, yang bergabung dengan BrainEye untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan otak dan keselamatan dari cedera kepala dalam olahraga.
Kehadiran BrainEye di Indonesia menjadi langkah maju dalam menyediakan pemantauan kesehatan otak secara real-time guna mendukung transformasi kesehatan digital dan komitmen Indonesia terhadap perawatan preventif.
Terkait itu, BrainEye juga merevolusi skrining gegar otak dalam olahraga. Tes SCAT tradisional masih bergantung pada observasi subjektif dan umumnya hanya digunakan setelah gejala muncul. Sebaliknya, BrainEye menyediakan data objektif dan real-time yang terbukti tiga kali lebih dapat direproduksi dibanding SCAT.
Dalam uji klinis dengan atlet AFL elit, BrainEye mencapai tingkat sensitivitas 100% dan spesifisitas 85%, berhasil mengidentifikasi pemain yang didiagnosis mengalami gegar otak melalui data pergerakan mata yang abnormal.
Lebih jauh, BrainEye dapat diintegrasikan dengan protokol gegar otak yang sudah ada, memberikan wawasan berbasis data secara real-time kepada tim medis klub. Teknologi ini sangat penting bagi 95% atlet yang bukan profesional dan tidak memiliki akses langsung ke tenaga medis, sehingga dapat meningkatkan keselamatan di sekolah, akademi, dan klub olahraga komunitas.
Petit mengatakan, dalam sepak bola dan dalam kehidupan, melindungi otak adalah segalanya. Sepanjang kariernya, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat adalah segalanya, ia harus berada dalam performa terbaik, baik di dalam maupun di luar lapangan.
"Dalam budaya sepak bola yang dinamis seperti di Indonesia, di mana olahraga ini berkembang pesat dan banyak talenta muda bermunculan di seluruh negeri, BrainEye memberikan alat bagi para atlet dan pelatih untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih aman," ungkap legenda sepak bola pemenang Piala Dunia asal Prancis itu.
"Saya bermitra dengan BrainEye karena saya percaya teknologi ini dapat membantu melindungi masa depan sepak bola Indonesia—dengan mendeteksi gegar otak sejak dini, mendukung pengembangan pemain muda, dan memastikan bahwa para pemain di semua level dapat berkembang tanpa mengorbankan kesehatan mereka," sambung Petit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)