FITNESS & HEALTH
Begini Cara Polusi Udara Memengaruhi Kesehatan Mentalmu
Aulia Putriningtias
Selasa 02 Juli 2024 / 15:12
Jakarta: Kita semua tahu bahwa kualitas udara di perkotaan, khususnya Jakarta, tak bisa dianggap bersih. Buruknya kualitas udara ini akan berdampak pada kesehatan fisik dan juga mental.
Studi National Bureau of Economic Research Cambridge mengungkapkan polusi udara meningkatkan jumlah kematian bunuh diri hingga 0,49 persen pada kasus bunuh diri harian, setiap peningkatan 1 gram per meter kubik PM 2.5 harian. PM 2.5 sendiri adalah partikel yang tak dapat disaring tubuh.
Psikolog Patricia Elfira Vinny dalam Halodoc mengatakan, paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental. Hal ini seperti depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.
Selain itu, terdapat juga indikasi bahwa anak-anak dan remaja yang terpapar polusi udara secara terus-menerus pada tahap kritis perkembangan mental mereka, akan lebih berisiko mendapat masalah kesehatan mental di masa depan.
Baca juga: Masih Tak sehat, Kualitas Udara Jakarta di Urutan ke-5 Terburuk Dunia
"Risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek. Hal ini karena penduduk di kota metropolitan cenderung memiliki kondisi psikososial yang lebih kompleks," jelas Patricia dalam keterangan kepada Medcom.id, Senin, 1 Juli 2024.
Masyarakat yang tinggal di kota metropolitan sudah sepantasnya berhati-hati. Kemacetan setiap hari, ditambah dengan kualitas udara buruk, serta tekanan pekerjaan menjadi faktor pendukung masyarakat terkena gangguan kesehatan mental.
Apabila polusi udara berlangsung secara terus-menerus, maka jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental akan berpotensi terus meningkat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 1 dari 10 orang di Indonesia telah mengalami gangguan kesehatan mental.
Gejala yang dapat disadari adalah menurunnya kemampuan konsentrasi, rasa cemas datang, tidak mampu membuat keputusan, hingga alami gangguan tidur. Ini pun dapat berujung menjadi depresi.
Sejalan dengan hal ini, Patricia mengimbau untuk tidak sungkan datang kepada psikolog atau psikiater jika terjadi gejala-gejala di atas. Selain itu, perlu perlindungan diri dengan menggunakan masker demi cegah masuknya partikel berbahaya.
"Untuk menjaga kesehatan mental di tengah kualitas udara yang buruk dan berbagai stressor lainnya, masyarakat diimbau tidak self-diagnose dan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater supaya mendapatkan penanganan yang tepat," tutup Patricia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Studi National Bureau of Economic Research Cambridge mengungkapkan polusi udara meningkatkan jumlah kematian bunuh diri hingga 0,49 persen pada kasus bunuh diri harian, setiap peningkatan 1 gram per meter kubik PM 2.5 harian. PM 2.5 sendiri adalah partikel yang tak dapat disaring tubuh.
Psikolog Patricia Elfira Vinny dalam Halodoc mengatakan, paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental. Hal ini seperti depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.
Selain itu, terdapat juga indikasi bahwa anak-anak dan remaja yang terpapar polusi udara secara terus-menerus pada tahap kritis perkembangan mental mereka, akan lebih berisiko mendapat masalah kesehatan mental di masa depan.
Baca juga: Masih Tak sehat, Kualitas Udara Jakarta di Urutan ke-5 Terburuk Dunia
"Risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek. Hal ini karena penduduk di kota metropolitan cenderung memiliki kondisi psikososial yang lebih kompleks," jelas Patricia dalam keterangan kepada Medcom.id, Senin, 1 Juli 2024.
Masyarakat yang tinggal di kota metropolitan sudah sepantasnya berhati-hati. Kemacetan setiap hari, ditambah dengan kualitas udara buruk, serta tekanan pekerjaan menjadi faktor pendukung masyarakat terkena gangguan kesehatan mental.
Apabila polusi udara berlangsung secara terus-menerus, maka jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental akan berpotensi terus meningkat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 1 dari 10 orang di Indonesia telah mengalami gangguan kesehatan mental.
Gejala yang dapat disadari adalah menurunnya kemampuan konsentrasi, rasa cemas datang, tidak mampu membuat keputusan, hingga alami gangguan tidur. Ini pun dapat berujung menjadi depresi.
Sejalan dengan hal ini, Patricia mengimbau untuk tidak sungkan datang kepada psikolog atau psikiater jika terjadi gejala-gejala di atas. Selain itu, perlu perlindungan diri dengan menggunakan masker demi cegah masuknya partikel berbahaya.
"Untuk menjaga kesehatan mental di tengah kualitas udara yang buruk dan berbagai stressor lainnya, masyarakat diimbau tidak self-diagnose dan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater supaya mendapatkan penanganan yang tepat," tutup Patricia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)