FITNESS & HEALTH
Mengenal Kista Duktus Koledokus, Penyebab Bayi Lahir Kuning
Antara
Kamis 15 Agustus 2024 / 09:51
Jakarta: Ikterus neonatorum atau bayi lahir kuning adalah sebutan bagi bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning, yaitu perubahan warna pada kulit dan mata bayi menjadi kuning. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kelahiran prematur, kekurangan cairan, dan gangguan kesehatan lainnya.
Gangguan kesehatan lain yang dimaksud adalah adanya kelainan bawaan langka pada saluran empedu yang disebut kista duktus koledokus. Hal itu diutarakan Dokter spesialis bedah pediatri dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dr. Kshetra Rinaldhy Sp.B Subsp.Ped (K).
"Itu penyakit bawaan yang bersifat kongenital, karena terjadi pelebaran bentuk kistik pada duktus bilier pada saluran empedu," katanya dr. Kshetra melansir Antara.
"Semua orang punya empedu, dari anak punya saluran empedu, pada proses pembentukan janin ada kelainan saat pertumbuhan, ini namanya kista duktus koledokus," katanya.
Dokter Kshetra menjelaskan bahwa secara fisiologis bayi bisa lahir dalam keadaan kulitnya menguning pada hari ketiga setelah dilahirkan. Saat kondisi normal, kulit kuning pada bayi dalam waktu satu minggu bisa hilang dengan terapi sinar biru atau rutin dijemur sinar matahari.
Baca juga: Kista Bebe Rexha Pecah, Berbahayakah dan Apa yang Harus Dilakukan?
Namun, pada bayi yang mengalami kelainan kista duktus koledokus, kulit yang menguning bertahan sampai dua minggu setelah kelahiran, dan disertai gejala lain seperti benjolan pada perut kanan atas akibat pembesaran kista dan infeksi.
Dokter Kshetra menjelaskan, kelainan posisi saluran empedu dan pankreas pada janin membuat enzim pankreas masuk ke saluran empedu, sehingga muncul kista, benjolan berisi cairan empedu.
"Sampai saat ini kita enggak tahu penyebabnya sehingga enggak bisa menyarankan apa yang harus dihindari atau ditambahkan. Jadi, murni kelainan bawaan pada saat proses pembentukan janin, yang penting bisa ditangani," katanya.
Guna mencegah keparahan kista pada saat bayi lahir, Dr. Kshetra mengatakan, kista duktus koledokus dapat dideteksi dini dengan melakukan pemeriksaan USG fotomaternal lebih detail agar dokter bisa menemukan kista pada perut bayi.
Menurut dia, pemeriksaan USG untuk mendeteksi kista bisa dilaksanakan saat kehamilan memasuki trimester ketiga. Setelah bayi lahir, ia mengatakan, kista duktus koledokus dapat ditangani dengan melakukan operasi kecil laparoskopi untuk mengangkat kista.
Dokter Kshetra menyarankan operasi dilakukan saat kista masih kecil guna mencegah komplikasi setelah dewasa.
"Operasi pada saat kista kecil dan pasien lebih sehat jauh lebih mudah, operasi bisa laparoskopi, dengan sayatan kecil itu bisa kita angkat," katanya.
"Kalau dibiarkan lama, kista bisa membesar dan operasi jauh lebih susah karena sudah nempel dan enggak bisa diangkat bersih," ia menambahkan.
Dia mengatakan, pengangkatan kista pada bayi akan meningkatkan kualitas hidup anak dan meminimalkan risiko komplikasi lain seperti kerusakan hati setelah dewasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Gangguan kesehatan lain yang dimaksud adalah adanya kelainan bawaan langka pada saluran empedu yang disebut kista duktus koledokus. Hal itu diutarakan Dokter spesialis bedah pediatri dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dr. Kshetra Rinaldhy Sp.B Subsp.Ped (K).
"Itu penyakit bawaan yang bersifat kongenital, karena terjadi pelebaran bentuk kistik pada duktus bilier pada saluran empedu," katanya dr. Kshetra melansir Antara.
"Semua orang punya empedu, dari anak punya saluran empedu, pada proses pembentukan janin ada kelainan saat pertumbuhan, ini namanya kista duktus koledokus," katanya.
Dokter Kshetra menjelaskan bahwa secara fisiologis bayi bisa lahir dalam keadaan kulitnya menguning pada hari ketiga setelah dilahirkan. Saat kondisi normal, kulit kuning pada bayi dalam waktu satu minggu bisa hilang dengan terapi sinar biru atau rutin dijemur sinar matahari.
Baca juga: Kista Bebe Rexha Pecah, Berbahayakah dan Apa yang Harus Dilakukan?
Namun, pada bayi yang mengalami kelainan kista duktus koledokus, kulit yang menguning bertahan sampai dua minggu setelah kelahiran, dan disertai gejala lain seperti benjolan pada perut kanan atas akibat pembesaran kista dan infeksi.
Dokter Kshetra menjelaskan, kelainan posisi saluran empedu dan pankreas pada janin membuat enzim pankreas masuk ke saluran empedu, sehingga muncul kista, benjolan berisi cairan empedu.
"Sampai saat ini kita enggak tahu penyebabnya sehingga enggak bisa menyarankan apa yang harus dihindari atau ditambahkan. Jadi, murni kelainan bawaan pada saat proses pembentukan janin, yang penting bisa ditangani," katanya.
Guna mencegah keparahan kista pada saat bayi lahir, Dr. Kshetra mengatakan, kista duktus koledokus dapat dideteksi dini dengan melakukan pemeriksaan USG fotomaternal lebih detail agar dokter bisa menemukan kista pada perut bayi.
Menurut dia, pemeriksaan USG untuk mendeteksi kista bisa dilaksanakan saat kehamilan memasuki trimester ketiga. Setelah bayi lahir, ia mengatakan, kista duktus koledokus dapat ditangani dengan melakukan operasi kecil laparoskopi untuk mengangkat kista.
Dokter Kshetra menyarankan operasi dilakukan saat kista masih kecil guna mencegah komplikasi setelah dewasa.
"Operasi pada saat kista kecil dan pasien lebih sehat jauh lebih mudah, operasi bisa laparoskopi, dengan sayatan kecil itu bisa kita angkat," katanya.
"Kalau dibiarkan lama, kista bisa membesar dan operasi jauh lebih susah karena sudah nempel dan enggak bisa diangkat bersih," ia menambahkan.
Dia mengatakan, pengangkatan kista pada bayi akan meningkatkan kualitas hidup anak dan meminimalkan risiko komplikasi lain seperti kerusakan hati setelah dewasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)