FITNESS & HEALTH
Jatuh Cinta dengan Benda atau Sosok Digital, 5 Hal Ini Bisa Jadi Alasannya
Mia Vale
Senin 28 April 2025 / 15:40
Jakarta: Belum lama ini, jagat maya dihebohkan dengan kabar seorang pria asal Tangerang yang menikah dengan kecerdasan buatan (AI). Ya, Ilham menikahi Sari Ai Putri, sosok digital yang diciptakan menggunakan teknologi berbasis Chat GPT.
Hubungan keduanya berawal dari obrolan ringan tentang teknologi, dan lambat laun berkembang menjadi pembicaraan personal.
Eits, tapi Teman Gaya jangan langsung percaya dulu ya, karena ini hanya konten parodi yang digadang oleh Bale Films-sebuah Konten hiburan parodi, short film, dan sketsa.
Saking viralnya, postingan berjudul "VIRAL! Seorang pria jomblo menikahi kecerdasan buatan/ AI" ini sudah mendapatkan 53.055 komentar di platform TikTok.
Dalam hal nyata, tentu kita akan bertanya-tanya, apakah bisa, manusia benar-benar jatih cinta dengan benda? Yuk, kita tilik penjelasannya dari sisi psikologi.
Pendekatan manusia terhadap hubungan menjadi semakin aneh dan sulit. Saat ini sudah sulit untuk menemukan pasangan yang cocok atau mempertahankan hubungan. Dan ketika mendengar tentang orang-orang yang jatuh cinta pada benda, hal itu semakin memperumit masalah.
Jika manusia mulai lebih menyukai benda daripada spesies mereka sendiri, kamu benar-benar kehilangan kata-kata! Objektofilia atau seksualitas objek, menurut Psychology Today, mengacu pada individu yang cenderung mengembangkan keterikatan romantis yang kuat atau ikatan dengan benda atau struktur.
Seorang pakar, Shivani Misri, psikolog Sadhoo dan konselor hubungan Sudha Anantharam, mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang dapat menderita objektofilia.
Baca juga: Bisa Mengakhiri Hubungan, 4 Kalimat yang Harus Dihindari Pasangan

(Bale Films-sebuah Konten hiburan parodi, short film, dan sketsa. Foto: Dok. TikTok Balefilms_official)
Orang yang sangat pemalu dan kesepian, mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang normal. Sulit bagi mereka untuk terlibat dalam percakapan rutin. Mereka memiliki kekosongan dalam hidup, yang mereka isi dengan menjalin hubungan dengan benda-benda seperti boneka, telepon, perhiasan, atau benda lainnya.
Dalam beberapa kasus, orang tidak memiliki masa kecil yang menyenangkan saat tumbuh dewasa. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan. Namun, hal ini memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Mereka merasa bahwa hubungan dengan objek lebih mudah, karena objek tidak dapat menyakiti perasaan mereka, yang mungkin akan terluka dalam hubungan yang sebenarnya.
Beberapa orang lebih menyukai hubungan sepihak karena mereka tidak pandai menerima masukan. Mereka juga memiliki ego yang sangat rapuh. Jadi, mereka tidak suka jika pasangannya membantah atau tidak setuju dengan mereka.
Untuk menghindari pertengkaran atau perselisihan, orang-orang seperti itu lebih menyukai hubungan dengan objek daripada manusia yang sebenarnya.
Baca juga: Prediksi Asmara Zodiak 21 April 2025 untuk Aries, Taurus, dan Gemini
Menurut para ahli yang dilansir dari Hindustan Times, animisme merupakan salah satu alasan paling aneh mengapa seseorang dapat menderita objektofilia. Animisme adalah kepercayaan agama bahwa benda dan struktur memiliki kehadiran spiritual yang berbeda.
Oleh karena itu, muncullah ungkapan "Boneka itu kerasukan". Secara potensial, animisme menganggap semua hal, hewan, tumbuhan, batu, sungai, sistem cuaca, hasil karya manusia sebagai sesuatu yang bernyawa dan hidup.
Terkadang, orang memiliki preferensi yang sangat spesifik atau bisa dibilang aneh terhadap atribut fisik suatu struktur. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, Erika LaBrie, wanita Amerika berusia 46 tahun, menikahi Menara Eiffel di Prancis karena ia terpesona oleh strukturnya.
Objektofilia mungkin tampak seperti fetisisme, tetapi sebenarnya tidak. Penganut fetisisme menggunakan objek secara eksklusif sebagai sarana untuk mencapai kepuasan seksual.
Fokus mereka adalah pada fetisisme, bukan objek itu sendiri, dan kepuasan seksual cenderung dikaitkan dengan perasaan berkuasa atas objek tersebut. Akibatnya, tindakan seksual yang terlibat dalam fetisisme secara khas bersifat depersonalisasi dan diobjektifikasi.
Meskipun para pengidap objektofilia berfokus pada objek dan kualitasnya, ketertarikan mereka pada objek tidak sepenuhnya bersifat seksual, depersonalisasi, diobjektifikasi, atau berasal dari rasa berkuasa atas objek tersebut. Fetisisme juga dapat bersifat romantis dan melibatkan emosi yang kuat.
Fetisisme biasanya dikaitkan dengan bagian tubuh (seperti kaki) atau objek yang dapat dikenakan (seperti sarung tangan kulit).
Sebaliknya, objektofilia melibatkan pembentukan hubungan emosional, romantis, atau seksual dengan seluruh objek atau beberapa objek. Hubungan yang dibentuk kaum objekofil dengan objek mereka menyerupai hubungan seksual yang dibentuk kaum non-objekofil dengan pasangan manusia mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Hubungan keduanya berawal dari obrolan ringan tentang teknologi, dan lambat laun berkembang menjadi pembicaraan personal.
Eits, tapi Teman Gaya jangan langsung percaya dulu ya, karena ini hanya konten parodi yang digadang oleh Bale Films-sebuah Konten hiburan parodi, short film, dan sketsa.
Saking viralnya, postingan berjudul "VIRAL! Seorang pria jomblo menikahi kecerdasan buatan/ AI" ini sudah mendapatkan 53.055 komentar di platform TikTok.
Dalam hal nyata, tentu kita akan bertanya-tanya, apakah bisa, manusia benar-benar jatih cinta dengan benda? Yuk, kita tilik penjelasannya dari sisi psikologi.
Objektofilia atau seksualitas objek
Pendekatan manusia terhadap hubungan menjadi semakin aneh dan sulit. Saat ini sudah sulit untuk menemukan pasangan yang cocok atau mempertahankan hubungan. Dan ketika mendengar tentang orang-orang yang jatuh cinta pada benda, hal itu semakin memperumit masalah.
Jika manusia mulai lebih menyukai benda daripada spesies mereka sendiri, kamu benar-benar kehilangan kata-kata! Objektofilia atau seksualitas objek, menurut Psychology Today, mengacu pada individu yang cenderung mengembangkan keterikatan romantis yang kuat atau ikatan dengan benda atau struktur.
Seorang pakar, Shivani Misri, psikolog Sadhoo dan konselor hubungan Sudha Anantharam, mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang dapat menderita objektofilia.
Baca juga: Bisa Mengakhiri Hubungan, 4 Kalimat yang Harus Dihindari Pasangan
1. Isolasi sosial

(Bale Films-sebuah Konten hiburan parodi, short film, dan sketsa. Foto: Dok. TikTok Balefilms_official)
Orang yang sangat pemalu dan kesepian, mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang normal. Sulit bagi mereka untuk terlibat dalam percakapan rutin. Mereka memiliki kekosongan dalam hidup, yang mereka isi dengan menjalin hubungan dengan benda-benda seperti boneka, telepon, perhiasan, atau benda lainnya.
2. Masa kecil tidak menyenangkan
Dalam beberapa kasus, orang tidak memiliki masa kecil yang menyenangkan saat tumbuh dewasa. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan. Namun, hal ini memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Mereka merasa bahwa hubungan dengan objek lebih mudah, karena objek tidak dapat menyakiti perasaan mereka, yang mungkin akan terluka dalam hubungan yang sebenarnya.
3. Hubungan sepihak
Beberapa orang lebih menyukai hubungan sepihak karena mereka tidak pandai menerima masukan. Mereka juga memiliki ego yang sangat rapuh. Jadi, mereka tidak suka jika pasangannya membantah atau tidak setuju dengan mereka.
Untuk menghindari pertengkaran atau perselisihan, orang-orang seperti itu lebih menyukai hubungan dengan objek daripada manusia yang sebenarnya.
Baca juga: Prediksi Asmara Zodiak 21 April 2025 untuk Aries, Taurus, dan Gemini
4. Animisme
Menurut para ahli yang dilansir dari Hindustan Times, animisme merupakan salah satu alasan paling aneh mengapa seseorang dapat menderita objektofilia. Animisme adalah kepercayaan agama bahwa benda dan struktur memiliki kehadiran spiritual yang berbeda.
Oleh karena itu, muncullah ungkapan "Boneka itu kerasukan". Secara potensial, animisme menganggap semua hal, hewan, tumbuhan, batu, sungai, sistem cuaca, hasil karya manusia sebagai sesuatu yang bernyawa dan hidup.
5. Semua ada dalam strukturnya
Terkadang, orang memiliki preferensi yang sangat spesifik atau bisa dibilang aneh terhadap atribut fisik suatu struktur. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, Erika LaBrie, wanita Amerika berusia 46 tahun, menikahi Menara Eiffel di Prancis karena ia terpesona oleh strukturnya.
Mencintai objek bukanlah fetisisme
Objektofilia mungkin tampak seperti fetisisme, tetapi sebenarnya tidak. Penganut fetisisme menggunakan objek secara eksklusif sebagai sarana untuk mencapai kepuasan seksual.
Fokus mereka adalah pada fetisisme, bukan objek itu sendiri, dan kepuasan seksual cenderung dikaitkan dengan perasaan berkuasa atas objek tersebut. Akibatnya, tindakan seksual yang terlibat dalam fetisisme secara khas bersifat depersonalisasi dan diobjektifikasi.
Meskipun para pengidap objektofilia berfokus pada objek dan kualitasnya, ketertarikan mereka pada objek tidak sepenuhnya bersifat seksual, depersonalisasi, diobjektifikasi, atau berasal dari rasa berkuasa atas objek tersebut. Fetisisme juga dapat bersifat romantis dan melibatkan emosi yang kuat.
Fetisisme biasanya dikaitkan dengan bagian tubuh (seperti kaki) atau objek yang dapat dikenakan (seperti sarung tangan kulit).
Sebaliknya, objektofilia melibatkan pembentukan hubungan emosional, romantis, atau seksual dengan seluruh objek atau beberapa objek. Hubungan yang dibentuk kaum objekofil dengan objek mereka menyerupai hubungan seksual yang dibentuk kaum non-objekofil dengan pasangan manusia mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)