FITNESS & HEALTH
Cianjur Sukses Turunkan Kasus Stunting, Ini Strateginya
A. Firdaus
Sabtu 27 April 2024 / 13:13
Tangerang Selatan: Kasus Stunting di Cianjur Jawa Barat mengalami tren penurunan. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr. Nenden Evi Wulandari.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencapai 41,22%, yang menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Pada acara Best Practice Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, dr Nenden membeberkan strategi yang diterapkan bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk menurunkan angka stunting.
Selain dukungan anggaran, Pemkab Cianjur juga telah mengimplementasikan program-program yang memfokuskan pada peningkatan layanan intervensi stunting. Salah satu di antaranya adalah program Permata Kamila, yang memberikan makanan tambahan lokal kepada ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan balita.
Baca juga: Jokowi Beberkan Sejumlah PR di Sektor Kesehatan Indonesia
“Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Cianjur dengan melakukan inovasi program, di antaranya Jufe atau Jumat Minum FE (zat besi), Gebrak Roasting atau Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting, dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat,” kata dr. Nenden.
Program Permata Kamila, kata dr. Nenden, telah dilaksanakan di 32 kecamatan, 47 puskesmas, 157 desa, dan 137 pos gizi. Untuk makanan yang akan diberikan sebagai intervensi stunting, Dinas Kabupaten Cianjur menggandeng Persatuan Ahli Gizi Cianjur untuk menyusun menu yang sesuai dengan target gizi. Sebelum didistribusikan melalui pos gizi, makanan tersebut melalui proses uji coba dan evaluasi (food testing).
Selain pemberian makanan di pos gizi, Dinas Kabupaten Cianjur juga menyelenggarakan edukasi dan konseling gizi. Program Permata Kamila memiliki peran penting untuk memastikan keberhasilan intervensi stunting.
“Edukasi dan konseling gizi sangat penting agar ibu dapat menerapkan materi yang telah diberikan pada program Permata Kamila sehingga ada perubahan pola makan di rumah yang tadinya hanya nasi dengan kecap saja menjadi makanan lokal yang memiliki nilai gizi,” ujarnya.
Menurut Nenden, sebanyak 4.371 anak dengan masalah gizi berhasil mencapai status gizi yang normal setelah mengikuti program Permata Kamila. Selain itu, ibu hamil dengan masalah gizi juga berhasil meningkatkan berat badan sesuai dengan target.
"Setelah dilakukan program intervensi, terjadi tren penurunan prevalensi stunting, yang pada tahun 2013 berdasarkan Riskesdas angkanya 41,72% menjadi 13,6% pada tahun 2022 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia,” tutup dr. Nenden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencapai 41,22%, yang menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Pada acara Best Practice Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, dr Nenden membeberkan strategi yang diterapkan bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk menurunkan angka stunting.
Selain dukungan anggaran, Pemkab Cianjur juga telah mengimplementasikan program-program yang memfokuskan pada peningkatan layanan intervensi stunting. Salah satu di antaranya adalah program Permata Kamila, yang memberikan makanan tambahan lokal kepada ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan balita.
Baca juga: Jokowi Beberkan Sejumlah PR di Sektor Kesehatan Indonesia
“Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Cianjur dengan melakukan inovasi program, di antaranya Jufe atau Jumat Minum FE (zat besi), Gebrak Roasting atau Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting, dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat,” kata dr. Nenden.
Program Permata Kamila, kata dr. Nenden, telah dilaksanakan di 32 kecamatan, 47 puskesmas, 157 desa, dan 137 pos gizi. Untuk makanan yang akan diberikan sebagai intervensi stunting, Dinas Kabupaten Cianjur menggandeng Persatuan Ahli Gizi Cianjur untuk menyusun menu yang sesuai dengan target gizi. Sebelum didistribusikan melalui pos gizi, makanan tersebut melalui proses uji coba dan evaluasi (food testing).
Selain pemberian makanan di pos gizi, Dinas Kabupaten Cianjur juga menyelenggarakan edukasi dan konseling gizi. Program Permata Kamila memiliki peran penting untuk memastikan keberhasilan intervensi stunting.
“Edukasi dan konseling gizi sangat penting agar ibu dapat menerapkan materi yang telah diberikan pada program Permata Kamila sehingga ada perubahan pola makan di rumah yang tadinya hanya nasi dengan kecap saja menjadi makanan lokal yang memiliki nilai gizi,” ujarnya.
Menurut Nenden, sebanyak 4.371 anak dengan masalah gizi berhasil mencapai status gizi yang normal setelah mengikuti program Permata Kamila. Selain itu, ibu hamil dengan masalah gizi juga berhasil meningkatkan berat badan sesuai dengan target.
"Setelah dilakukan program intervensi, terjadi tren penurunan prevalensi stunting, yang pada tahun 2013 berdasarkan Riskesdas angkanya 41,72% menjadi 13,6% pada tahun 2022 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia,” tutup dr. Nenden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)