FITNESS & HEALTH
3 Berita Terpopuler Gaya: Vaksinasi DBD Hingga Bahaya Batuk Rejan
Yatin Suleha
Senin 24 Juni 2024 / 06:05
Jakarta: Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI sampai dengan 5 Mei 2024, terdapat 91.269 kasus DBD di Indonesia dengan kematian sebanyak 641 kasus. Angka ini naik tiga kali lipat dari periode yang sama di tahun 2023 yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209.
Melihat data tersebut, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan bahwa DBD merupakan ancaman yang akan ada terus-menerus, terlepas dari musim penghujan atau bukan.
"Semua orang bisa terkena DBD tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, bahkan gaya hidup. Kami berkomitmen untuk memerangi DBD melalui pencegahan inovatif kami dengan memastikan ketersediaan akses bagi seluruh masyarakat di Indonesia," ungkap Andreas. Berikut ini, Medcom.id/gaya merangkum berita menarik yang terjadi sepanjang Minggu, 23 Juni 2024:
Vaksin demam berdarah tetravalen atau tetravalent dengue vaccine (TDV) adalah vaksin yang dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap empat jenis virus dengue, mulai dari DENV1, DENV2, DENV3, hingga DENV4.
Vaksin ini mengandung virus dengue yang telah dilemahkan, sehingga tidak menyebabkan penyakit, melainkan dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi.
Vaksin demam berdarah dengue ini memiliki peran penting dalam pencegahan demam dengue, terutama di daerah-daerah di mana virus dengue tersebar luas. Meskipun vaksin tidak memberikan jaminan total terhadap penyakit, penggunaannya diharapkan dapat mengurangi keparahan gejala dan risiko terkena DBD, serta membantu mengendalikan penyebaran penyakit di masyarakat.
Selengkapnya klik di sini
Bagi Moms yang sudah menjadi ibu, tentu sudah tahu bahwa ada banyak jadwal imunisasi atau vaksin yang perlu diberikan kepada anak. Pemberian imunisasi ini diharapkan bisa menjadi tameng bagi tubuh anak dalam menghadapi beragam virus yang ada. Tapi, bagaimana jika imunisasi ini justru membawa petaka bagi si kecil.
Seperti yang terjadi belum lama ini, di mana Muhammad Kenzie Arifin, bayi laki-laki berusia tiga bulan asal Sukabumi yang meninggal dunia enam jam pascasuntik imunisasi BCG, Polio, DPT dan Rotaviru.
Seperti yang telah dirangkum oleh Hello Sehat, pemberian imunisasi yang tidak bersamaan perlu dilakukan pada waktu lainnya dengan jarak tertentu. Namun, tahukah Moms, berapa rentang atau jarak waktu antar-jenis vaksin atau imunisasi? Yuk, kita cari tahu jawabannya!
Selengkapnya klik di sini
Batuk rejan mungkin terdengar seperti penyakit dari zaman dulu. Namun ternyata, penyakit yang juga disebut pertusis, masih 'hidup dan sehat' di beberapa negara, seperti Indonesia, bahkan di AS. Dikenal sebagai penyakit masa kanak-kanak, batuk rejan sebenarnya paling sering terjadi pada remaja dan orang dewasa.
Mereka menularkan batuk rejan kepada anggota keluarga lainnya tanpa menyadari bahwa gejala pilek yang mereka alami sebenarnya adalah pertusis. Bagi saudara kandung dan pasangan, tertular pertusis bisa berarti batuk parah dan tidak masuk kerja. Namun bila penerimanya adalah bayi yang tidak divaksinasi, batuk rejan dapat menimbulkan masalah serius.
“Sebagian besar penyakit parah dan komplikasi dari pertusis terjadi pada anak-anak yang masih sangat kecil, yang belum divaksinasi atau belum menyelesaikan vaksinasi mereka,” jelas Harry Keyserling, MD, profesor penyakit menular anak di Universitas Emory Atlanta dan juru bicara American Academy of Pediatrics.
Selengkapnya klik di sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Melihat data tersebut, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengungkapkan bahwa DBD merupakan ancaman yang akan ada terus-menerus, terlepas dari musim penghujan atau bukan.
"Semua orang bisa terkena DBD tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, bahkan gaya hidup. Kami berkomitmen untuk memerangi DBD melalui pencegahan inovatif kami dengan memastikan ketersediaan akses bagi seluruh masyarakat di Indonesia," ungkap Andreas. Berikut ini, Medcom.id/gaya merangkum berita menarik yang terjadi sepanjang Minggu, 23 Juni 2024:
1. Pencegahan DBD melalui Vaksinasi Dinilai Berdampak Signifikan
Vaksin demam berdarah tetravalen atau tetravalent dengue vaccine (TDV) adalah vaksin yang dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap empat jenis virus dengue, mulai dari DENV1, DENV2, DENV3, hingga DENV4.
Vaksin ini mengandung virus dengue yang telah dilemahkan, sehingga tidak menyebabkan penyakit, melainkan dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi.
Vaksin demam berdarah dengue ini memiliki peran penting dalam pencegahan demam dengue, terutama di daerah-daerah di mana virus dengue tersebar luas. Meskipun vaksin tidak memberikan jaminan total terhadap penyakit, penggunaannya diharapkan dapat mengurangi keparahan gejala dan risiko terkena DBD, serta membantu mengendalikan penyebaran penyakit di masyarakat.
Selengkapnya klik di sini
2. Ada Aturannya, Cari Tahu Jarak Pemberian Imunisasi untuk Anak
Bagi Moms yang sudah menjadi ibu, tentu sudah tahu bahwa ada banyak jadwal imunisasi atau vaksin yang perlu diberikan kepada anak. Pemberian imunisasi ini diharapkan bisa menjadi tameng bagi tubuh anak dalam menghadapi beragam virus yang ada. Tapi, bagaimana jika imunisasi ini justru membawa petaka bagi si kecil.
Seperti yang terjadi belum lama ini, di mana Muhammad Kenzie Arifin, bayi laki-laki berusia tiga bulan asal Sukabumi yang meninggal dunia enam jam pascasuntik imunisasi BCG, Polio, DPT dan Rotaviru.
Seperti yang telah dirangkum oleh Hello Sehat, pemberian imunisasi yang tidak bersamaan perlu dilakukan pada waktu lainnya dengan jarak tertentu. Namun, tahukah Moms, berapa rentang atau jarak waktu antar-jenis vaksin atau imunisasi? Yuk, kita cari tahu jawabannya!
Selengkapnya klik di sini
3. Bisa Fatal, Waspadai Bahaya Batuk Rejan pada Anak
Batuk rejan mungkin terdengar seperti penyakit dari zaman dulu. Namun ternyata, penyakit yang juga disebut pertusis, masih 'hidup dan sehat' di beberapa negara, seperti Indonesia, bahkan di AS. Dikenal sebagai penyakit masa kanak-kanak, batuk rejan sebenarnya paling sering terjadi pada remaja dan orang dewasa.
Mereka menularkan batuk rejan kepada anggota keluarga lainnya tanpa menyadari bahwa gejala pilek yang mereka alami sebenarnya adalah pertusis. Bagi saudara kandung dan pasangan, tertular pertusis bisa berarti batuk parah dan tidak masuk kerja. Namun bila penerimanya adalah bayi yang tidak divaksinasi, batuk rejan dapat menimbulkan masalah serius.
“Sebagian besar penyakit parah dan komplikasi dari pertusis terjadi pada anak-anak yang masih sangat kecil, yang belum divaksinasi atau belum menyelesaikan vaksinasi mereka,” jelas Harry Keyserling, MD, profesor penyakit menular anak di Universitas Emory Atlanta dan juru bicara American Academy of Pediatrics.
Selengkapnya klik di sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)