FITNESS & HEALTH

Ada Aturannya, Cari Tahu Jarak Pemberian Imunisasi untuk Anak

Mia Vale
Minggu 23 Juni 2024 / 08:05
Jakarta: Bagi Moms yang sudah menjadi ibu, tentu sudah tahu bahwa ada banyak jadwal imunisasi atau vaksin yang perlu diberikan kepada anak. Pemberian imunisasi ini diharapkan bisa menjadi tameng bagi tubuh anak dalam menghadapi beragam virus yang ada. Tapi, bagaimana jika imunisasi ini justru membawa petaka bagi si kecil.

Seperti yang terjadi belum lama ini, di mana Muhammad Kenzie Arifin, bayi laki-laki berusia tiga bulan asal Sukabumi yang meninggal dunia enam jam pascasuntik imunisasi BCG, Polio, DPT dan Rotaviru. 

Seperti yang telah dirangkum oleh Hello Sehat, pemberian imunisasi yang tidak bersamaan perlu dilakukan pada waktu lainnya dengan jarak tertentu. Namun, tahukah Moms, berapa rentang atau jarak waktu antar-jenis vaksin atau imunisasi? Yuk, kita cari tahu jawabannya!
 

Jarak aman memberikan imunisasi anak


Pemberian imunisasi sebaiknya mengikuti jadwal dan jarak waktu yang telah ditetapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) serta World Health Organization (WHO). Umumnya, jarak antar jenis imunisasi yang berbeda paling tidak berkisar empat minggu. 

Hal ini dimaksudkan agar anak  bisa mendapat semua vaksin yang dibutuhkan secara lengkap guna memberi perlindungan yang optimal dan mencegah wabah penyakit semakin luas.

Maka dari itu, jarak pemberian imunisasi diperlukan untuk mengurangi risiko gangguan pada cara kerja kedua jenis vaksin yang diberikan secara berdekatan. Artinya, pemberian imunisasi bisa lebih efektif jika diberikan dalam jarak waktu tertentu. 

Meski begitu, jarak ini tidak berlaku bagi semua jenis vaksin. Beberapa vaksin diketahui tidak berisiko menimbulkan gangguan bila diberikan dalam waktu berdekatan.


(Anak dengan kondisi medis tertentu mungkin tidak dapat menerima vaksin mati dan vaksin lainnya dalam jarak waktu kurang dari 4 atau 8 minggu. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu ya Moms. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
 

Imunisasi yang diberikan dengan jarak


Perlakuan ini berlaku untuk vaksin hidup. Vaksin hidup atau live annuated vaccines, berarti jenis vaksin ini mengandung mikroba hidup yang telah dilemahkan melalui teknologi genetik di laboratorium. Jenis vaksin ini memperbanyak diri untuk dapat memunculkan respons imun di dalam tubuh guna menangkal penyakit. Dan proses replikasi ini membutuhkan waktu.

Bila jarak pemberian antar-vaksin hidup terlalu dekat, proses replikasinya bisa terganggu. Oleh karena itu, pemberian antar-vaksin hidup perlu dilakukan dalam jarak waktu tertentu. CDC menjelaskan, paling tidak jaraknya berkisar 4 minggu (28 hari), bila tidak diberikan pada hari yang sama. 

Jika 2 jenis vaksin diberikan dalam rentang di bawah 4 minggu, vaksin kedua tidak boleh dihitung dan dosisnya harus diulang setidaknya 4 minggu kemudian.

Ketentuan ini umumnya berlaku untuk vaksin hidup yang diberikan secara injeksi. Sementara secara oral, vaksin umumnya bisa diberikan kapan pun tanpa jeda waktu tertentu. Lantas, apa saja yang tergolong ke dalam vaksin hidup yang direkomendasikan untuk anak?
 
  • - Vaksin MMR atau measles, mumps, dan rubella
  • - Vaksin cacar air (varisela)
  • - Demam kuning
  • - Vaksin rotavirus
  • - Vaksin polio oral
  • - Imunisasi BCG

Mendukung informasi di atas, sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan bahwa pemberian vaksin varisela dalam kurun waktu 28 hari (4 minggu) setelah MMR, lebih berisiko 3 kali lipat mengalami kegagalan. Sementara yang menerima kedua imunisasi tersebut dalam jarak waktu lebih dari 28 hari disebut bisa lebih efektif.
 

Imunisasi yang diberikan tanpa jarak


Selain vaksin hidup, ada pula yang disebut dengan vaksin mati (non-live vaccines atau inactivated vaccines). Vaksin mati menggunakan mikroba penyebab penyakit yang telah dibunuh dan dinonaktifkan. 

Imunisasi ini biasanya tidak sekuat vaksin hidup dalam memberikan perlindungan. Oleh karena itu, si kecil mungkin memerlukan beberapa dosis untuk mendapatkan kekebalan yang berkelanjutan terhadap penyakit.

Dan berikut beberapa imunisasi yang tergolong ke dalam kategori vaksin mati yang umum diberikan untuk anak.

- Vaksin polio injeksi
- Vaksin HiB
- Hepatitis A dan B
- Vaksin influenza
- Vaksin PCV
- Imunisasi DPT
- Vaksin tifoid
- Vaksin COVID-19
- JEV atau vaksin japanese encephalitis

Berbeda dengan yang hidup, vaksin-vaksin yang masuk kategori non-live vaccines boleh diberikan setiap saat sebelum atau sesudah vaksin hidup atau vaksin mati lainnya.

Meski begitu, anak dengan kondisi medis tertentu mungkin tidak dapat menerima vaksin mati dan vaksin lainnya dalam jarak waktu kurang dari 4 atau 8 minggu.

Untuk itu, ada baiknya Moms selalu memastikan kepada dokter mengenai jadwal dan rencana imunisasi untuk si kecil. Ini termasuk bila anak terlambat mendapat imunisasi, baik karena lupa atau kondisi tertentu yang membuatnya harus ditunda. Pastikan agar anak mendapat vaksin yang lengkap untuk melindungi diri dari penyakit secara optimal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH