FITNESS & HEALTH

IBD Center Pertama di Indonesia Berlokasi di RS Abdi Waluyo

Yatin Suleha
Rabu 17 September 2025 / 07:05
Jakarta: Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono meresmikan Inflammatory Bowel Disease (IBD) Center pertama di Indonesia yang berlokasi di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, Jumat, 12 September 22025. 

Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah sekelompok penyakit kronis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pada saluran pencernaan, terutama saluran usus. Dua bentuk IBD yang paling umum adalah penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. 

Baca juga: Meski Punya Gejala Diare Biasa, Dokter Imbau Jangan Sepelekan IBD

Penyakit ini bersifat jangka panjang dan belum ada obatnya, namun pengobatan dapat membantu meredakan gejala dan mencegah komplikasi. 

Fasilitas bernama IBD Center Prudhof Simanidrata ini menjadi salah satu wujud nyata dari implementasi pilar Transformasi Layanan Rujukan yang tengah digencarkan Kementerian Kesehatan.

Transformasi kesehatan yang diluncurkan Kemenkes mencakup enam pilar utama, mulai dari layanan primer, rujukan, sistem ketahanan kesehatan, pembiayaan, SDM kesehatan, hingga teknologi dan digitalisasi. 

Dalam pilar layanan rujukan, pemerintah menekankan pentingnya memperluas jejaring layanan spesialis, tidak hanya melalui rumah sakit milik pemerintah, tetapi juga melalui kemitraan strategis dengan fasilitas kesehatan swasta seperti pusat IBD ini.

"Saya ucapkan selamat kepada Rumah Sakit Abdi Waluyo yang pertama kali memberikan layanan pusat IBD untuk Indonesia," ujar Prof. Dante yang ikut meresmikan.


(Dampak lain dari IBD juga dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya seperti sendi, kulit, mata, dan saluran kemih. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

Keberadaan pusat IBD ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperkuat data penyakit, pemetaan kebutuhan, serta akses masyarakat terhadap layanan kesehatan lanjutan. 

Menurutnya, upaya ini penting agar Indonesia memiliki basis data nasional yang lebih kuat sekaligus mendorong kolaborasi lintas rumah sakit dalam sistem rujukan.

“Mudah-mudahan setelah ini kita punya angka nasional, sehingga kita bisa melihat bagaimana sebenarnya magnitude masalah ini, dan pusat-pusat IBD seperti ini bisa terus dikembangkan,” tambahnya.

Kemenkes menilai bahwa data nasional yang akurat akan menjadi landasan dalam perencanaan kebijakan kesehatan di masa depan, termasuk untuk penyakit-penyakit yang prevalensinya selama ini belum terukur secara jelas. 

Program transformasi juga mendorong setiap rumah sakit untuk berperan aktif sebagai simpul dalam jejaring layanan, sehingga pasien dari berbagai daerah dapat dirujuk secara lebih cepat dan tepat.

Selain aspek layanan, fasilitas baru ini diharapkan memperkuat ekosistem transformasi kesehatan melalui peningkatan edukasi publik, deteksi dini, serta kolaborasi penelitian klinis. 

Dengan demikian, peran rumah sakit tidak hanya sebagai penyedia layanan kuratif, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan inovasi kesehatan.

"Yang paling penting adalah mengedukasi masyarakat dan menapis kasus-kasus yang selama ini mungkin ada di bawah permukaan dan tidak pernah terdiagnosis dari aspek klinis," ungkap Prof. Dante.

Ke depan, Kemenkes berharap lebih banyak rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, berinisiatif menghadirkan layanan unggulan yang selaras dengan agenda transformasi. 

Baca juga: Ini Cara Dokter Menangani Pasien IBD

Langkah ini sejalan dengan target membangun sistem kesehatan yang tangguh, adil, dan mampu melayani seluruh lapisan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH