Jakarta: Data dari American Cancer Society dan National Cancer Institute menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kanker ovarium baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Hal ini disebabkan karena gejala awal yang cenderung ringan, tidak spesifik, dan sering diabaikan, seperti perut kembung, nyeri panggul, serta gangguan pencernaan.
Menjalani gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam menurunkan risiko kanker ovarium. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain, menjaga berat badan ideal, menjalankan pola makan yang seimbang dan sehat.
Baca juga: Ini Tantangan Mengobati Pasien Kanker Ovarium
Selain itu memilih kontrasepsi oral atau Pil KB, berhenti merokok, hingga menghindari terapi hormon. Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh.

(Dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi. Foto: Dok. Instagram Muhammad Yusuf/@dryusuf.spog)
Berbeda dengan jenis kanker lainnya, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini.
Meski begitu, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.
Dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi mengatakan, "Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi dengan mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 akibat gejala awal yang tidak spesifik."
"Sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi. Terlebih, risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal pun sangat tinggi, yaitu mencapai 70 persen dalam 3 tahun pertama,” tambah dr. Muhammad Yusuf.
Baca juga: Gejala Kanker Ovarium yang Mungkin Tidak Disadari
Dr. Muhammad Yusuf menjelaskan juga, pada kanker ovarium stadium lanjut, pasien umumnya harus menjalani operasi besar untuk mengangkat satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim, serta semua jaringan kanker yang terlihat.
Pasca operasi, pasien perlu menjalankan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa.
Setelah menyelesaikan kemoterapi awal dan memasuki fase remisi, menjaga pasien agar terhindar dari kekambuhan sangat penting untuk mempertahankan kualitas hidup.
Namun, pada kanker ovarium stadium lanjut, tingkat kekambuhan tetap tinggi setelah pengobatan lini pertama.
Akibatnya, banyak pasien harus menjalani kemoterapi ulang, yang sering kali disertai dengan periode remisi (masa bebas kanker) yang lebih singkat dan peningkatan risiko kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Hal ini disebabkan karena gejala awal yang cenderung ringan, tidak spesifik, dan sering diabaikan, seperti perut kembung, nyeri panggul, serta gangguan pencernaan.
Menjalani gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam menurunkan risiko kanker ovarium. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain, menjaga berat badan ideal, menjalankan pola makan yang seimbang dan sehat.
Baca juga: Ini Tantangan Mengobati Pasien Kanker Ovarium
Selain itu memilih kontrasepsi oral atau Pil KB, berhenti merokok, hingga menghindari terapi hormon. Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh.
Metode skrining kanker ovarium

(Dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi. Foto: Dok. Instagram Muhammad Yusuf/@dryusuf.spog)
Berbeda dengan jenis kanker lainnya, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini.
Meski begitu, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.
Dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi mengatakan, "Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi dengan mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 akibat gejala awal yang tidak spesifik."
"Sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi. Terlebih, risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal pun sangat tinggi, yaitu mencapai 70 persen dalam 3 tahun pertama,” tambah dr. Muhammad Yusuf.
Baca juga: Gejala Kanker Ovarium yang Mungkin Tidak Disadari
Kanker ovarium stadium lanjut
Dr. Muhammad Yusuf menjelaskan juga, pada kanker ovarium stadium lanjut, pasien umumnya harus menjalani operasi besar untuk mengangkat satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim, serta semua jaringan kanker yang terlihat.
Pasca operasi, pasien perlu menjalankan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa.
Setelah menyelesaikan kemoterapi awal dan memasuki fase remisi, menjaga pasien agar terhindar dari kekambuhan sangat penting untuk mempertahankan kualitas hidup.
Namun, pada kanker ovarium stadium lanjut, tingkat kekambuhan tetap tinggi setelah pengobatan lini pertama.
Akibatnya, banyak pasien harus menjalani kemoterapi ulang, yang sering kali disertai dengan periode remisi (masa bebas kanker) yang lebih singkat dan peningkatan risiko kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)