FITNESS & HEALTH

Ini Tantangan Mengobati Pasien Kanker Ovarium

Raka Lestari
Sabtu 15 Januari 2022 / 15:15
Jakarta: Kanker ovarium dikenal juga sebagai silent killer karena penyakitnya yang berkembang tanpa disadari, menunjukkan gejala yang sangat minim, sampai akhirnya pada tahap yang parah dan mematikan. Karena gejalanya yang tidak spesifik ini, banyak dokter yang menganggap gejala awal kanker ovarium sebagai gejala penyakit lainnya.

“Kanker ovarium itu harus dipantau terus menerus. Tidak bisa kemudian setelah operasi, kemoterapi selesai, maka sudah selesai pengobatannya,” jelas Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K), K-Onk selaku Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), dalam Konferensi Pers Kampanye 10 Jari.

Menurut Dr. Brahmana, kekambuhan adalah tantangan utama kanker ovarium. Pada kanker ovarium yang bukan stadium dini, angka kekambuhan mencapai 80 persen. Meskipun dengan pengobatan, meskipun dengan kemoterapi, dan lain-lain.

“Inilah mungkin salah satu alasan mengapa kanker ovarium disebut dengan silent killer. Karena tidak terdeteksi pada stadium dini, biasanya pada stadium lanjut. Dan pada stadium lanjut itu. 80 persen biasanya terjadi kekambuhan. Untungnya ada obat-obatan, menambah masa panjang kesembuhan pasien-pasien kanker ovarium,” tambah Dr. Brahmana.

Menurutnya, pasien kanker ovarium itu tidak bisa langsung sembuh jika diobati. Sebab tantangannya adalah, pasien mengalami kambuh.

"Paling tidak dia harus kontrol teratur 3 bulan sekali dan dokternya harus melihat, apakah ada keluhan, ada benjolan muncul lagi, dan lain lain,” Dr. Brahmana.

Kemudian, nanti ada beberapa tes seperti CT scan, MRI, dan lain-lain. Proses ini diperlukan untuk mengonfirmasi kambuh atau tidak penyakit yang dialami pasien. Lalu jika mengalami kekambuhan, akan sangat variatif dan setiap orang berbeda-beda.

Menurut Dr. Brahmana, untuk perawatan kanker ovarium setelah dinyatakan sembuh akan berbeda-beda pada setiap individu. Ada yang dikemoterapi, ada yang dioperasi baru dikemoterapi, ada juga yang terapi maintenance dengan targeted therapy.

“Jadi ini sudah individualize, ditentukan oleh tim dokter untuk menentukan terapi terbaik untuk masing-masing pasien karena situasi dan kondisinya berbeda-beda. Tergantung dari tempat kambuhnya dan lain-lain,” tutup Dr. Brahmana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH