FITNESS & HEALTH

Setop Bullying! Korban Perundungan Rentan Terkena Mental Sampai Ingin Bunuh Diri

Mia Vale
Minggu 18 Agustus 2024 / 08:12
Jakarta: Mental manusia memang sedang tidak baik-baik saja. Buktinya, beberapa waktu lalu telah terjadi penghilangan nyawa sendiri seorang peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi Universitas Diponegoro Semarang (Undip) di RSUP Dr Kariadi, Aulia Risma Lestari. 

Peserta PPDS Universitas Diponegoro ini nekat mengakhiri hidupnya sendiri karena perundungan yang diterimanya selama ikut pendidikan. Ya, korban mengalami depresi yang dipicu oleh perundungan dari senior di kampus.

Menurut akun media sosial @bambangsuling11, sehari sebelum meninggal, korban diduga telah menyuntikkan obat bius yang hanya bisa diakses oleh dokter anestesi ke tubuhnya. Dan pada Senin, 12 Agustus 2024, Aulia ditemukan meninggal di kamar kosnya di Jalan Lempongsari Kota Semarang. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan buku harian korban yang menyebut dirinya tidak kuat menahan perundungan hingga akhirnya bunuh diri.
 

Rentan alami masalah mental


Mereka yang menjadi korban perundungan atau bullying rentan mengalami masalah mental, termasuk pikiran bunuh diri. Dampak dari tindak perundungan atau bullying tidak boleh diremehkan. Pasalnya, tindakan tersebut memengaruhi kondisi mental korban, bahkan mereka dikatakan rentan untuk bunuh diri.

Bullying merupakan tindakan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu. Misalnya memanggil nama seseorang dengan julukan yang tidak pantas atau tidak disukai, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong.
 

Hubungan intimidasi dan keinginan bunuh diri



(Seseorang yang mengalami perundungan dan memiliki keinginan untuk bunuh diri mungkin menunjukkan perilaku tertentu yang dapat menjadi tanda peringatan yang harus diwaspadai. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dari News Medical Today, bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada orang berusia antara 15 - 29 tahun. Sebuah studi tahun 2019 menunjukkan beekisar 18,8 persen orang di sekolah menengah mengalami keinginan untuk bunuh diri. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada hubungan kuat antara remaja yang terlibat dalam perilaku intimidasi dan remaja yang mengalami keinginan bunuh diri. 

Sebuah studi pada tahun 2022 menunjukkan bahwa orang yang mengalami penindasan dan orang yang menindas orang lain mungkin lebih berisiko mengembangkan perasaan ingin bunuh diri.
 

Cara mencegah kejadian bunuh diri


Seseorang yang mengalami perundungan dan memiliki keinginan untuk bunuh diri mungkin menunjukkan perilaku tertentu yang dapat menjadi tanda peringatan yang harus diwaspadai. Beberapa tanda peringatan umum bahwa seseorang mungkin memiliki ide untuk bunuh diri meliputi:
 
  • - Berbicara tentang kematian atau keinginan untuk mati
  • - Merasa putus asa, tidak berharga, atau seolah-olah tidak punya jalan keluar
  • - Merasa bersalah atau malu
  • - Menjadi pendiam karena merasa menjadi beban bagi orang lain
  • - Merasakan sakit emosional atau fisik yang tak tertahankan namun tidak kuasa untuk membicarakannya
  • - Merasakan kesedihan, kemarahan, frustrasi, atau kecemasan yang ekstrem
  • - Meneliti atau membuat rencana kematian
  • - Berperilaku sembrono dan mengambil risiko, seperti mengemudi secara berbahaya
  • - Mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim mengubah pola makan atau tidur mereka
  • - Mengucapkan selamat tinggal kepada teman dan keluarga, menarik diri dari orang lain, memberikan harta benda, atau membuat surat wasiat
  • - Kehilangan minat terhadap kebersihan diri dan penampilan

Mengingat korban bullying diketahui rentan untuk bunuh diri, maka jika anak, anggota keluarga, kerabat, atau orang lain yang kamu kenal menunjukkan gejala di atas, segera ulurkan tangan. 

Jika perlu, temani korban menemui tenaga medis seperti psikolog atau psikiater supaya ia mendapat penanganan dan terapi yang tepat. Sehingga, jika memang sempat terlintas keinginan untuk bunuh diri, kamu dapat segera mencegahnya.

Salah satu wadah yang bisa kamu hubungi saat melihat teman atau kerabat dalam kondisi seperti di atas, segera hubungi Into the light Indonesia.

Dibentuk pada Mei 2013, Into The Light Indonesia Suicide Prevention Community for Advocacy, Research, and Education (SP-CARE) adalah sebuah komunitas berbasis orang muda dengan fokus sebagai pusat advokasi, kajian, dan edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia.

LISA Suicide Prevention Helpline (Love Inside Suicide Awareness) menyediakan layanan dukungan kesehatan mental dan psikososial yang inklusif, mencakup semua lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang. 

Layanan LISA tersedia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan tersedia 24 jam. Untuk Bahasa Indonesia kamu bisa hubungi +62 811 3855 472 dan Bahasa Inggris di +62 811 3815 472.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH