FITNESS & HEALTH
6 Tips Mengatasi Perundungan pada Remaja
Yatin Suleha
Senin 29 Desember 2025 / 12:00
Jakarta: Perundungan di kalangan remaja telah menjadi masalah serius yang tidak hanya terjadi di sekolah atau lapangan bermain, tetapi juga merambah ke dunia digital melalui media sosial dan aplikasi pesan.
Dengan kemajuan teknologi, seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp perundungan kini bisa terjadi kapan saja bahkan 24 jam sehari yang membuat korban merasa terjebak dalam siklus rasa takut dan malu yang tak berkesudahan.
Banyak remaja yang mengalami ini merasa sendirian dengan kesehatan mental mereka terganggu oleh kata-kata kasar, ancaman, atau penyebaran foto pribadi yang tidak diinginkan.
Di Indonesia, survei dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa SMP pernah menjadi korban yang sering kali berujung pada masalah, seperti depresi, kecemasan, atau pikiran menyakiti diri sendiri.
Dilansir dari Maggie Dent, berikut adalah beberapa tips praktis yang disarankan untuk mendukung remaja yang mengalami perundungan, mulai dari membuka komunikasi hingga mencari bantuan profesional agar mereka bisa kembali merasa percaya diri dan bahagia.
Ajak remaja bicara secara rutin tentang pengalaman mereka tanpa memaksa. Orang tua bisa bekerja sama dengan sekolah, seperti kepala sekolah atau guru, untuk mencari solusi bersama.
Tetap tenang saat diskusi agar masalah tidak makin rumit. Jika perundungan sudah parah, pertimbangkan pindah sekolah untuk melindungi remaja.
.jpg)
(Jika perundungan menyebabkan masalah kesehatan mental serius, seperti pikiran menyakiti diri, segera hubungi psikolog. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Bantu remaja memahami risiko berbagi informasi pribadi di aplikasi seperti Instagram atau TikTok. Orang tua bisa membatasi waktu layar atau memeriksa akun bersama tanpa menginvasi privasi.
Dorong remaja bergabung dengan kelompok atau kegiatan di luar sekolah, seperti klub olahraga atau seni, untuk bertemu orang baru yang mendukung. Ini membantu mereka merasa tidak sendirian dan membangun kepercayaan diri, sehingga perundungan tidak terasa begitu berat.
Jelaskan gejala seperti perubahan suasana hati, penarikan diri, atau masalah tidur sebagai tanda perundungan. Ajari mereka melaporkan ke pihak berwenang, seperti guru atau polisi jika online, tanpa takut.
Orang tua bisa mendorong sekolah membuat aturan anti-perundungan, seperti kampanye kesadaran atau pelatihan untuk siswa. Jika remaja korban, pastikan sekolah menindak pelaku dengan adil, seperti hukuman atau mediasi, agar lingkungan sekolah lebih aman.
Ajak remaja melakukan hobi seperti olahraga, membaca, atau seni yang membuat mereka bahagia. Ini membantu mereka merasa berharga dan kuat, sehingga kata-kata perundungan tidak mudah memengaruhi perasaan mereka tentang diri sendiri.
Jika perundungan menyebabkan masalah kesehatan mental serius, seperti pikiran menyakiti diri, segera hubungi psikolog atau layanan darurat seperti hotline kesehatan mental. Di Indonesia, ada layanan seperti Kemenkes atau aplikasi kesehatan jiwa yang bisa diakses gratis untuk dukungan cepat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Dengan kemajuan teknologi, seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp perundungan kini bisa terjadi kapan saja bahkan 24 jam sehari yang membuat korban merasa terjebak dalam siklus rasa takut dan malu yang tak berkesudahan.
Banyak remaja yang mengalami ini merasa sendirian dengan kesehatan mental mereka terganggu oleh kata-kata kasar, ancaman, atau penyebaran foto pribadi yang tidak diinginkan.
Di Indonesia, survei dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa lebih dari setengah siswa SMP pernah menjadi korban yang sering kali berujung pada masalah, seperti depresi, kecemasan, atau pikiran menyakiti diri sendiri.
Dilansir dari Maggie Dent, berikut adalah beberapa tips praktis yang disarankan untuk mendukung remaja yang mengalami perundungan, mulai dari membuka komunikasi hingga mencari bantuan profesional agar mereka bisa kembali merasa percaya diri dan bahagia.
1. Jaga komunikasi terbuka tentang apa yang terjadi
Ajak remaja bicara secara rutin tentang pengalaman mereka tanpa memaksa. Orang tua bisa bekerja sama dengan sekolah, seperti kepala sekolah atau guru, untuk mencari solusi bersama.
Tetap tenang saat diskusi agar masalah tidak makin rumit. Jika perundungan sudah parah, pertimbangkan pindah sekolah untuk melindungi remaja.
2. Pantau penggunaan media sosial dan ajari tentang keselamatan online
.jpg)
(Jika perundungan menyebabkan masalah kesehatan mental serius, seperti pikiran menyakiti diri, segera hubungi psikolog. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Bantu remaja memahami risiko berbagi informasi pribadi di aplikasi seperti Instagram atau TikTok. Orang tua bisa membatasi waktu layar atau memeriksa akun bersama tanpa menginvasi privasi.
3. Bangun dukungan sosial dengan teman atau kelompok positif
Dorong remaja bergabung dengan kelompok atau kegiatan di luar sekolah, seperti klub olahraga atau seni, untuk bertemu orang baru yang mendukung. Ini membantu mereka merasa tidak sendirian dan membangun kepercayaan diri, sehingga perundungan tidak terasa begitu berat.
4. Ajari remaja tentang tanda-tanda perundungan dan cara melaporkannya
Jelaskan gejala seperti perubahan suasana hati, penarikan diri, atau masalah tidur sebagai tanda perundungan. Ajari mereka melaporkan ke pihak berwenang, seperti guru atau polisi jika online, tanpa takut.
5. Libatkan sekolah dalam pencegahan perundungan
Orang tua bisa mendorong sekolah membuat aturan anti-perundungan, seperti kampanye kesadaran atau pelatihan untuk siswa. Jika remaja korban, pastikan sekolah menindak pelaku dengan adil, seperti hukuman atau mediasi, agar lingkungan sekolah lebih aman.
6. Fokus pada aktivitas positif untuk meningkatkan kepercayaan diri
Ajak remaja melakukan hobi seperti olahraga, membaca, atau seni yang membuat mereka bahagia. Ini membantu mereka merasa berharga dan kuat, sehingga kata-kata perundungan tidak mudah memengaruhi perasaan mereka tentang diri sendiri.
7. Cari bantuan profesional jika diperlukan
Jika perundungan menyebabkan masalah kesehatan mental serius, seperti pikiran menyakiti diri, segera hubungi psikolog atau layanan darurat seperti hotline kesehatan mental. Di Indonesia, ada layanan seperti Kemenkes atau aplikasi kesehatan jiwa yang bisa diakses gratis untuk dukungan cepat.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)