FITNESS & HEALTH
Belajar dari Jepang soal Penerapan Makan Bergizi di Sekolah
Medcom
Rabu 19 Februari 2025 / 17:15
Jakarta: Stunting masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,5%.
Meski angka ini turun sedikit dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,6%, akan tetapi masih diartikan bahwa edukasi gizi masih sangat penting, khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak sekolah.
Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah Indonesia dengan makanan bergizi seimbang, menjadi salah satu cara membangun fondasi kehidupan. Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan edukasi gizi yang baik, dan mengonsumsinya.
"Yakult ingin berkontribusi menyebarkan gagasan Shokuiku sehingga makin banyak masyarakat yang paham soal makanan bergizi," ucap Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, Hiroshi Kawaguchi, saat Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi yang diinisiasi Yakult, beberapa waktu lalu.
Yakult telah berpartisipasi dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat melalui uji coba makan siang gratis di sekolah-sekolah di Sumedang dan Jatigede. Selain menyediakan minuman probiotik, Yakult juga memberikan edukasi tentang pola hidup bersih sehat (PHBS) dan pentingnya fungsi usus dalam penyerapan nutrisi.
Baca juga: Apakah Serangga Bisa Jadi Sumber Protein Makan Bergizi Gratis? Ini Kata Pakar IPB
Dalam seminar tersebut, Prof. Naomi Aiba, Ph.D, dari Kanagawa Institute, memaparkan pengalaman Jepang dalam penerapan kebijakan gizi di sekolah. Ia menyoroti konsep double duty action untuk mengatasi malnutrisi dan obesitas, serta pentingnya edukasi gizi berkelanjutan melalui program makan siang di sekolah.
"Makan siang bukan sekadar konsumsi makanan, tetapi juga bagian dari pendidikan yang melibatkan siswa, guru, dan keluarga," ungkap Prof. Naomi.
Sejarah makan siang di sekolah Jepang pertama kali dimulai pada 1889. Menu saat itu nasi, ikan, dan acar sayuran. Pada 1927, makanan terdiri dari nasi, ikan, dan sup miso. Pada 1942 hanya sup, lalu sempat terhenti di masa perang.

Seminar Ilmiah Shokuiku. Dok. Ist
"Baru dilanjutkan kembali pada 1947, di mana UNICEF memberikan bantuan berupa susu, untuk meningkatkan status gizi anak. pada 1949 UUD makan siang sekolah disahkan dan dilmbagakan," ujar Prof. Naomi.
Singkat cerita, sejak UUD pendidikan pangan diberlakukan pada 2005 di Jepang, makan siang di sekolah digunakan sebagai bahan pengajaran, dan banyak menu makanan yang direvisi. Untuk pusat pendidikan pangan di sekolah dilakukan oleh guru dan ahli gizi.
"Di sekolah ada guru ahli gizi, yaitu guru yang sudah memiliki lisensi guru dan lisensi gizi. Ditunjuk oleh dewan pndidikan prefektur, dan ditugaskan sesuai kebutuhan," kata Prof. Naomi.
Sementara itu, Deputi Badan Gizi Nasional (BGN), Dr. Nyoto Suwignyo, MM, menjelaskan implementasi program MBG di Indonesia. Menurutnya, program ini adalah langkah besar yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Indonesia tidak memulai dari kelompok kecil seperti Jepang, tetapi langsung ke semua kelompok sasaran. Ini pekerjaan luar biasa yang memerlukan dukungan berbagai pihak,” ujar Dr. Nyoto.
Menurut Dr. Nyoto, yang membedakan program MBG Indonesia dengan Jepang adalah, Indonesia tidak memulai dari kelompok yang kecil, melainkan serentak langsung pada semua kelompok sasaran. Pekerjaan luar biasa yang butuh dukungan semua pihak.
"Badan Gizi Nasional tidak bisa bekerja sendiri, pasti butuh kerjasama, kekompakan antar pihak, baik swasta, media, perguruan tinggi, dan pemerintah itu sendiri," katanya.
BGN telah menyiapkan regulasi, administrasi, dan infrastruktur pendukung, termasuk pembangunan dapur gizi. Dari target awal 932 dapur, saat ini telah beroperasi 246 dapur, dengan target jangka panjang mencapai 30.000 dapur di seluruh Indonesia.
Program MBG tak hanya menyediakan makanan, tetapi juga mengedepankan edukasi gizi dan pola makan sehat. Konsumsi makanan sesuai kaidah keamanan pangan, pengunyahan makanan hingga 32 kali, serta edukasi gizi di sekolah menjadi bagian dari upaya membangun pola makan sehat sejak dini.
"Program ini akan dimonitor secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dalam meningkatkan gizi anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Meski angka ini turun sedikit dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,6%, akan tetapi masih diartikan bahwa edukasi gizi masih sangat penting, khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak sekolah.
Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah Indonesia dengan makanan bergizi seimbang, menjadi salah satu cara membangun fondasi kehidupan. Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan edukasi gizi yang baik, dan mengonsumsinya.
"Yakult ingin berkontribusi menyebarkan gagasan Shokuiku sehingga makin banyak masyarakat yang paham soal makanan bergizi," ucap Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, Hiroshi Kawaguchi, saat Seminar Ilmiah Shokuiku – Nutrisi dan Edukasi yang diinisiasi Yakult, beberapa waktu lalu.
Yakult telah berpartisipasi dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat melalui uji coba makan siang gratis di sekolah-sekolah di Sumedang dan Jatigede. Selain menyediakan minuman probiotik, Yakult juga memberikan edukasi tentang pola hidup bersih sehat (PHBS) dan pentingnya fungsi usus dalam penyerapan nutrisi.
Baca juga: Apakah Serangga Bisa Jadi Sumber Protein Makan Bergizi Gratis? Ini Kata Pakar IPB
Pengalaman Jepang terapkan makan siang di sekolah
Dalam seminar tersebut, Prof. Naomi Aiba, Ph.D, dari Kanagawa Institute, memaparkan pengalaman Jepang dalam penerapan kebijakan gizi di sekolah. Ia menyoroti konsep double duty action untuk mengatasi malnutrisi dan obesitas, serta pentingnya edukasi gizi berkelanjutan melalui program makan siang di sekolah.
"Makan siang bukan sekadar konsumsi makanan, tetapi juga bagian dari pendidikan yang melibatkan siswa, guru, dan keluarga," ungkap Prof. Naomi.
Sejarah makan siang di sekolah Jepang pertama kali dimulai pada 1889. Menu saat itu nasi, ikan, dan acar sayuran. Pada 1927, makanan terdiri dari nasi, ikan, dan sup miso. Pada 1942 hanya sup, lalu sempat terhenti di masa perang.

Seminar Ilmiah Shokuiku. Dok. Ist
"Baru dilanjutkan kembali pada 1947, di mana UNICEF memberikan bantuan berupa susu, untuk meningkatkan status gizi anak. pada 1949 UUD makan siang sekolah disahkan dan dilmbagakan," ujar Prof. Naomi.
Singkat cerita, sejak UUD pendidikan pangan diberlakukan pada 2005 di Jepang, makan siang di sekolah digunakan sebagai bahan pengajaran, dan banyak menu makanan yang direvisi. Untuk pusat pendidikan pangan di sekolah dilakukan oleh guru dan ahli gizi.
"Di sekolah ada guru ahli gizi, yaitu guru yang sudah memiliki lisensi guru dan lisensi gizi. Ditunjuk oleh dewan pndidikan prefektur, dan ditugaskan sesuai kebutuhan," kata Prof. Naomi.
Belajar dari Negeri Sakura
Sementara itu, Deputi Badan Gizi Nasional (BGN), Dr. Nyoto Suwignyo, MM, menjelaskan implementasi program MBG di Indonesia. Menurutnya, program ini adalah langkah besar yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Indonesia tidak memulai dari kelompok kecil seperti Jepang, tetapi langsung ke semua kelompok sasaran. Ini pekerjaan luar biasa yang memerlukan dukungan berbagai pihak,” ujar Dr. Nyoto.
Menurut Dr. Nyoto, yang membedakan program MBG Indonesia dengan Jepang adalah, Indonesia tidak memulai dari kelompok yang kecil, melainkan serentak langsung pada semua kelompok sasaran. Pekerjaan luar biasa yang butuh dukungan semua pihak.
"Badan Gizi Nasional tidak bisa bekerja sendiri, pasti butuh kerjasama, kekompakan antar pihak, baik swasta, media, perguruan tinggi, dan pemerintah itu sendiri," katanya.
BGN telah menyiapkan regulasi, administrasi, dan infrastruktur pendukung, termasuk pembangunan dapur gizi. Dari target awal 932 dapur, saat ini telah beroperasi 246 dapur, dengan target jangka panjang mencapai 30.000 dapur di seluruh Indonesia.
Program MBG tak hanya menyediakan makanan, tetapi juga mengedepankan edukasi gizi dan pola makan sehat. Konsumsi makanan sesuai kaidah keamanan pangan, pengunyahan makanan hingga 32 kali, serta edukasi gizi di sekolah menjadi bagian dari upaya membangun pola makan sehat sejak dini.
"Program ini akan dimonitor secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dalam meningkatkan gizi anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)