FITNESS & HEALTH
Proposal Milik Suhandoko - APTIKNAS Jadi Salah Satu yang Terbaik di Go Healthy with Taiwan 2025
Yatin Suleha
Minggu 14 Desember 2025 / 19:10
Jakarta: Stunting di Indonesia masih menjadi tantangan target penurunan. Stunting artinya adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan (sejak janin-hingga usia 2 tahun).
Hal ini karena stunting masih jadi masalah kesehatan serius di Indonesia karena tidak hanya memengaruhi kondisi fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak optimal.
Meski, pada November lalu Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2024 berhasil turun menjadi 19,8 persen, untuk pertama kalinya berada di bawah angka 20 persen. Hal ini masih menjadi tantangan.
Dikutip dari keterangan Menkes Budi, “Hari ini kita baru saja menyelenggarakan Rakornas dalam rangka penurunan prevalensi stunting. Alhamdulillah, pada tahun 2024 prevalensinya sudah turun menjadi 19,8 persen," ujar Menkes Budi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Stunting di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu, 12 November 2025.
"Angka ini turun signifikan dalam 10 tahun terakhir, tetapi target kita harus turun jauh lebih rendah lagi,” harap Menkes Budi.

(Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di Go Healthy with Taiwan 2025 saat menerima cendera mata dari Susan Chi Chuan Hu, Wakil Direktur Jenderal dari Taiwan International Trade Administration/TITA. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Memangnya, apa sih dampak stunting itu? Dalam laman Alodokter, dr. Kevin Adrian memaparkan bahwa stunting punya beberapa dampak misalnya, tubuh anak pendek dan kurus, stunting juga membuat anak jadi lebih sering sakit. Stunting juga berdampak pada perkembangan otak yaitu kecerdasan di bawah rata-rata.
Selain itu stunting juga dapat mengganggu penglihatan. Jika kamu berpikir hanya itu, belum! Karena stunting nyatanya juga bisa berakibat pada gangguan kesehatan mental.
Dr. Kevin dalam keterangannya juga menjelaskan bahwa Anak dengan kondisi stunting umumnya mengalami perkembangan mental yang terlambat.
Beberapa riset juga menyebutkan bahwa stunting bisa meningkatkan risiko anak mengalami depresi dan gangguan cemas ketika ia sudah remaja atau dewasa.
Hal lainnya dari stunting adalah meningkatkan risiko anak menderita berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Dampak ini bersifat jangka panjang. Artinya, anak bisa mengalaminya di kemudian hari saat ia tumbuh dewasa.
Dalam ajang internasional, Suhandoko yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (disingkat APTIKNAS) merupakan delegasi dari Indonesia yang tampil cemerlang lewat proposal milik Handoko-yang didampingi oleh Andi Tanudiredja (Vice Chairman 3 dari APTIKNAS), yang berjudul "Digital Posyandu Indonesia Smart Mother & Child Health Ecosystem" di kancah global yang bertajuk 'Go Healthy with Taiwan' diselenggarakan oleh TAITRA (Taiwan External Trade Development Council) di Taipei, Taiwan.
TAITRA sendiri adalah organisasi promosi perdagangan non-profit utama Taiwan yang didanai oleh pemerintah Taiwan dan organisasi industri. Tujuannya yaitu untuk membantu perusahaan Taiwan memperluas jangkauan global mereka, termasuk mempromosikan produk kesehatan dan industri medis Taiwan.
Ditemui dalam momen pengumuman pemenang Go Healthy with Taiwan 2025, Handoko menjelaskan bahwa masalah stunting perlu dibenahi bersama. Dan tentu saja keikutsertaannya di mancanegara berangkat dari keresahannya atas masalah stunting tersebut.
Dalam final announcement press conference Go Healthy with Taiwan Rabu, 10 Desember 2025, di 1915 Nizukuriba, Zhongzheng Dist., Taipei, Taiwan diumumkan pemenang pertama berhasil disabet oleh tim Ideaslab dari Amerika-yang hadir dengan proposal analisis gerak bisbol berbasis AI.
Lalu Ukraina yang memanfaatkan teknologi jaringan Taiwan untuk mendukung layanan medis di wilayah perang. Serta Swiss dengan monitor kesehatan bertenaga surya. Meski belum berhasil memenangkan kejuaran Go Healthy with Taiwan 2025, Handoko membawa nama harum Indonesia di dunia internasional.
.jpeg)
(Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di panggung dunia Go Healthy with Taiwan 2025 bersama Wara Agustina Rukmini, Direktur Departemen Perdagangan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Tak main-main, hal ini karena kompetisi ini—salah satu inisiatif inovasi internasional andalan Taiwan—yang berhasil menarik 638 proposal dari 55 negara, dan Handoko-didampinggi Andi adalah delegasi terbaik dari bangsa Indonesia.
"Ya, saya kan ini pertama kali ikut kompetisi, apalagi secara global kayak gini. Tapi paling tidak ya bawa harapan barulah. Tadinya kan kita banyak berharap karena ini sebetulnya sebuah idealisme, bagaimana kita bisa mengubah sistem kesehatan Indonesia secara real-time," buka Handoko.
"Selama ini kan stunting jadi keluhan, kematian ibu hamil masih sangat tinggi. Tadinya kita berharap, tapi harapan itu masih tetap ada walaupun tidak menang. Mudah-mudahan bisa diimplementasikanlah di lapangan, seperti itu. Mungkin pemerintah nanti bisa mendukung lewat cara lain gitu," harap Handoko.
Dalam kesempatan yang sama, Wara Agustina Rukmini, Direktur Departemen Perdagangan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei mengatakan, "Pastinya bangga ya, kami atas nama KDEI juga atas nama Indonesia. Jadi dari Asosiasi Pengusaha TIK Nasional ini bisa mewakili untuk masuk final."
"Terus tadi juga terkait dengan stunting ya, proposalnya. Ini cukup membanggakan, walaupun belum berhasil meraih Top 3, tapi ini suatu awal atau pun suatu langkah yang cukup membanggakan bagi Indonesia," ujar Wara.
"Jadi mudah-mudahan ke depannya tetap, mudah-mudahan ada kesempatan lagi, join lagi ya, kalau bisa tahun depan. Tetap semangat dan siap mendukung untuk kemajuan teknologi Indonesia," beber Wara.
"Tadi kan sampaikan 500, 600 bahkan ya dan akhirnya tersortir 1. Jadi ini adalah bukti bahwa memang kemajuan teknologi atau pun dunia teknologi Indonesia itu memiliki daya saing yang cukup tinggi di dunia internasional. Saya sangat bangga," ucap Wara.
"Selamat ya Pak Handoko dan Pak Andi. Ini kami ucapkan selamat dan terima kasih atas kontribusinya dan keikutsertaannya dalam Go Healthy with Taiwan. Mudah-mudahan ke depannya kita dapat melangkah lebih maju lagi dan berkolaborasi dengan lebih baik," tutur Wara.
Pihak KDEI berkomitmen untuk terus mendukung kemajuan teknologi Indonesia dan mendorong partisipasi lebih banyak inovator lokal di masa mendatang.
Handoko juga mengungkapkan harapannya agar solusi yang mereka tawarkan dapat diimplementasikan di lapangan dengan dukungan pemerintah, demi memperbaiki sistem kesehatan di tanah air.
Kehadiran Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di panggung dunia Go Healthy with Taiwan 2025 sudah merupakan kemenangan itu sendiri karena menjadi representasi Indonesia. Keberanian bersaing di tingkat internasional merupakan kebanggaan yang tak terukur. Sekal lagi, SALUT!
(Go Healthy with Taiwan. Video: Dok. YouTube resmi Taiwan Excellence)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Hal ini karena stunting masih jadi masalah kesehatan serius di Indonesia karena tidak hanya memengaruhi kondisi fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak optimal.
Meski, pada November lalu Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2024 berhasil turun menjadi 19,8 persen, untuk pertama kalinya berada di bawah angka 20 persen. Hal ini masih menjadi tantangan.
Dikutip dari keterangan Menkes Budi, “Hari ini kita baru saja menyelenggarakan Rakornas dalam rangka penurunan prevalensi stunting. Alhamdulillah, pada tahun 2024 prevalensinya sudah turun menjadi 19,8 persen," ujar Menkes Budi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Stunting di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu, 12 November 2025.
"Angka ini turun signifikan dalam 10 tahun terakhir, tetapi target kita harus turun jauh lebih rendah lagi,” harap Menkes Budi.
Bahaya stunting

(Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di Go Healthy with Taiwan 2025 saat menerima cendera mata dari Susan Chi Chuan Hu, Wakil Direktur Jenderal dari Taiwan International Trade Administration/TITA. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Memangnya, apa sih dampak stunting itu? Dalam laman Alodokter, dr. Kevin Adrian memaparkan bahwa stunting punya beberapa dampak misalnya, tubuh anak pendek dan kurus, stunting juga membuat anak jadi lebih sering sakit. Stunting juga berdampak pada perkembangan otak yaitu kecerdasan di bawah rata-rata.
Selain itu stunting juga dapat mengganggu penglihatan. Jika kamu berpikir hanya itu, belum! Karena stunting nyatanya juga bisa berakibat pada gangguan kesehatan mental.
Dr. Kevin dalam keterangannya juga menjelaskan bahwa Anak dengan kondisi stunting umumnya mengalami perkembangan mental yang terlambat.
Beberapa riset juga menyebutkan bahwa stunting bisa meningkatkan risiko anak mengalami depresi dan gangguan cemas ketika ia sudah remaja atau dewasa.
Hal lainnya dari stunting adalah meningkatkan risiko anak menderita berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Dampak ini bersifat jangka panjang. Artinya, anak bisa mengalaminya di kemudian hari saat ia tumbuh dewasa.
Perlunya aksi kolektif
Dalam ajang internasional, Suhandoko yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (disingkat APTIKNAS) merupakan delegasi dari Indonesia yang tampil cemerlang lewat proposal milik Handoko-yang didampingi oleh Andi Tanudiredja (Vice Chairman 3 dari APTIKNAS), yang berjudul "Digital Posyandu Indonesia Smart Mother & Child Health Ecosystem" di kancah global yang bertajuk 'Go Healthy with Taiwan' diselenggarakan oleh TAITRA (Taiwan External Trade Development Council) di Taipei, Taiwan.
TAITRA sendiri adalah organisasi promosi perdagangan non-profit utama Taiwan yang didanai oleh pemerintah Taiwan dan organisasi industri. Tujuannya yaitu untuk membantu perusahaan Taiwan memperluas jangkauan global mereka, termasuk mempromosikan produk kesehatan dan industri medis Taiwan.
Ditemui dalam momen pengumuman pemenang Go Healthy with Taiwan 2025, Handoko menjelaskan bahwa masalah stunting perlu dibenahi bersama. Dan tentu saja keikutsertaannya di mancanegara berangkat dari keresahannya atas masalah stunting tersebut.
Dalam final announcement press conference Go Healthy with Taiwan Rabu, 10 Desember 2025, di 1915 Nizukuriba, Zhongzheng Dist., Taipei, Taiwan diumumkan pemenang pertama berhasil disabet oleh tim Ideaslab dari Amerika-yang hadir dengan proposal analisis gerak bisbol berbasis AI.
Lalu Ukraina yang memanfaatkan teknologi jaringan Taiwan untuk mendukung layanan medis di wilayah perang. Serta Swiss dengan monitor kesehatan bertenaga surya. Meski belum berhasil memenangkan kejuaran Go Healthy with Taiwan 2025, Handoko membawa nama harum Indonesia di dunia internasional.
.jpeg)
(Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di panggung dunia Go Healthy with Taiwan 2025 bersama Wara Agustina Rukmini, Direktur Departemen Perdagangan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Tak main-main, hal ini karena kompetisi ini—salah satu inisiatif inovasi internasional andalan Taiwan—yang berhasil menarik 638 proposal dari 55 negara, dan Handoko-didampinggi Andi adalah delegasi terbaik dari bangsa Indonesia.
"Ya, saya kan ini pertama kali ikut kompetisi, apalagi secara global kayak gini. Tapi paling tidak ya bawa harapan barulah. Tadinya kan kita banyak berharap karena ini sebetulnya sebuah idealisme, bagaimana kita bisa mengubah sistem kesehatan Indonesia secara real-time," buka Handoko.
"Selama ini kan stunting jadi keluhan, kematian ibu hamil masih sangat tinggi. Tadinya kita berharap, tapi harapan itu masih tetap ada walaupun tidak menang. Mudah-mudahan bisa diimplementasikanlah di lapangan, seperti itu. Mungkin pemerintah nanti bisa mendukung lewat cara lain gitu," harap Handoko.
Dalam kesempatan yang sama, Wara Agustina Rukmini, Direktur Departemen Perdagangan dari Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei mengatakan, "Pastinya bangga ya, kami atas nama KDEI juga atas nama Indonesia. Jadi dari Asosiasi Pengusaha TIK Nasional ini bisa mewakili untuk masuk final."
"Terus tadi juga terkait dengan stunting ya, proposalnya. Ini cukup membanggakan, walaupun belum berhasil meraih Top 3, tapi ini suatu awal atau pun suatu langkah yang cukup membanggakan bagi Indonesia," ujar Wara.
"Jadi mudah-mudahan ke depannya tetap, mudah-mudahan ada kesempatan lagi, join lagi ya, kalau bisa tahun depan. Tetap semangat dan siap mendukung untuk kemajuan teknologi Indonesia," beber Wara.
"Tadi kan sampaikan 500, 600 bahkan ya dan akhirnya tersortir 1. Jadi ini adalah bukti bahwa memang kemajuan teknologi atau pun dunia teknologi Indonesia itu memiliki daya saing yang cukup tinggi di dunia internasional. Saya sangat bangga," ucap Wara.
"Selamat ya Pak Handoko dan Pak Andi. Ini kami ucapkan selamat dan terima kasih atas kontribusinya dan keikutsertaannya dalam Go Healthy with Taiwan. Mudah-mudahan ke depannya kita dapat melangkah lebih maju lagi dan berkolaborasi dengan lebih baik," tutur Wara.
Pihak KDEI berkomitmen untuk terus mendukung kemajuan teknologi Indonesia dan mendorong partisipasi lebih banyak inovator lokal di masa mendatang.
Handoko juga mengungkapkan harapannya agar solusi yang mereka tawarkan dapat diimplementasikan di lapangan dengan dukungan pemerintah, demi memperbaiki sistem kesehatan di tanah air.
Kehadiran Suhandoko dan Andi Tanudiredja dari APTIKNAS Indonesia di panggung dunia Go Healthy with Taiwan 2025 sudah merupakan kemenangan itu sendiri karena menjadi representasi Indonesia. Keberanian bersaing di tingkat internasional merupakan kebanggaan yang tak terukur. Sekal lagi, SALUT!
(Go Healthy with Taiwan. Video: Dok. YouTube resmi Taiwan Excellence)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)