FITNESS & HEALTH
Berisiko terkena Barotrauma, Hindari Terbang saat Flu dan Cara Mencegahnya
Antara
Selasa 04 Februari 2025 / 11:42
Jakarta: Saat mengalami flu, bepergian dengan pesawat bisa berisiko tinggi bagi kesehatan telinga. Kapten Jaimes García, seorang pilot maskapai Avianca dari Kolombia, menyarankan agar masyarakat menghindari penerbangan saat flu karena dapat menyebabkan barotrauma telinga.
Dikutip dari Medical Daily, melalui sebuah video di TikTok, Kapten García menjelaskan bahwa barotrauma telinga bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Gejalanya berkisar dari nyeri ringan, pendengaran teredam, hingga ketidaknyamanan parah yang berpotensi merusak gendang telinga.
Barotrauma terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga tengah saat pesawat mencapai ketinggian tertentu. Saat seseorang mengalami flu, infeksi sinus, atau penyumbatan lainnya, saluran Eustachius, terowongan yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang hidung, tidak dapat berfungsi optimal.
Kondisi tersebut menyebabkan tekanan terperangkap di dalam telinga. Akibatnya, muncul rasa sakit atau sensasi telinga terjepit yang bisa berujung pada kerusakan telinga jangka panjang.
Barotrauma telinga tidak hanya terjadi saat penerbangan. Perbedaan ketinggian saat menyelam, berkendara di daerah pegunungan, atau mendaki gunung juga dapat memicu kondisi ini.
"Jika saya pilek, saluran Eustachius akan meradang dan tidak mampu menyeimbangkan tekanan, yang menyebabkan nyeri telinga. Dalam kasus yang parah, gendang telinga bisa pecah. Ini kondisi yang sangat serius," ujar García.
Garcia juga menekankan bahwa risiko ini tidak hanya mengancam penumpang, tetapi juga para pilot yang harus melakukan hingga lima hingga enam penerbangan dalam sehari. Jika tidak dalam kondisi kesehatan optimal, mereka menghadapi risiko yang lebih besar.
Bagi mereka yang terpaksa terbang saat mengalami flu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko barotrauma telinga:
Konsumsi antihistamin, dekongestan oral, atau semprotan hidung untuk mengurangi peradangan dan penyumbatan.
Minum banyak air selama penerbangan untuk membantu menjaga kelembapan saluran udara.
Mengunyah permen karet, menelan, atau melakukan latihan pernapasan dapat membantu menjaga saluran Eustachius tetap terbuka.
Jepit hidung, tutup mulut, dan hembuskan napas secara perlahan untuk membantu menyeimbangkan tekanan di telinga.
Jika gejala barotrauma ringan hanya berlangsung beberapa menit, teknik di atas dapat membantu meredakannya. Namun, jika rasa sakit berlanjut atau muncul gejala seperti muntah dan disorientasi, kondisi ini bisa mengindikasikan gendang telinga pecah yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut, seperti pemberian antibiotik atau bahkan intervensi bedah.
Untuk menghindari risiko barotrauma, sebaiknya tunda perjalanan jika memungkinkan. Namun, jika harus terbang, pastikan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Bahaya Barotrauma telinga saat terbang
Dikutip dari Medical Daily, melalui sebuah video di TikTok, Kapten García menjelaskan bahwa barotrauma telinga bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Gejalanya berkisar dari nyeri ringan, pendengaran teredam, hingga ketidaknyamanan parah yang berpotensi merusak gendang telinga.
Barotrauma terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga tengah saat pesawat mencapai ketinggian tertentu. Saat seseorang mengalami flu, infeksi sinus, atau penyumbatan lainnya, saluran Eustachius, terowongan yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang hidung, tidak dapat berfungsi optimal.
Kondisi tersebut menyebabkan tekanan terperangkap di dalam telinga. Akibatnya, muncul rasa sakit atau sensasi telinga terjepit yang bisa berujung pada kerusakan telinga jangka panjang.
Tak hanya di pesawat, Barotrauma juga bisa terjadi di situasi lain
Barotrauma telinga tidak hanya terjadi saat penerbangan. Perbedaan ketinggian saat menyelam, berkendara di daerah pegunungan, atau mendaki gunung juga dapat memicu kondisi ini.
"Jika saya pilek, saluran Eustachius akan meradang dan tidak mampu menyeimbangkan tekanan, yang menyebabkan nyeri telinga. Dalam kasus yang parah, gendang telinga bisa pecah. Ini kondisi yang sangat serius," ujar García.
Garcia juga menekankan bahwa risiko ini tidak hanya mengancam penumpang, tetapi juga para pilot yang harus melakukan hingga lima hingga enam penerbangan dalam sehari. Jika tidak dalam kondisi kesehatan optimal, mereka menghadapi risiko yang lebih besar.
Tips mencegah Barotrauma saat terbang
Bagi mereka yang terpaksa terbang saat mengalami flu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko barotrauma telinga:
1. Gunakan obat-obatan
Konsumsi antihistamin, dekongestan oral, atau semprotan hidung untuk mengurangi peradangan dan penyumbatan.
2. Tetap terhidrasi
Minum banyak air selama penerbangan untuk membantu menjaga kelembapan saluran udara.
3. Lakukan teknik penyesuaian tekanan
Mengunyah permen karet, menelan, atau melakukan latihan pernapasan dapat membantu menjaga saluran Eustachius tetap terbuka.
4. Gunakan teknik Valsalva
Jepit hidung, tutup mulut, dan hembuskan napas secara perlahan untuk membantu menyeimbangkan tekanan di telinga.
Jika gejala barotrauma ringan hanya berlangsung beberapa menit, teknik di atas dapat membantu meredakannya. Namun, jika rasa sakit berlanjut atau muncul gejala seperti muntah dan disorientasi, kondisi ini bisa mengindikasikan gendang telinga pecah yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut, seperti pemberian antibiotik atau bahkan intervensi bedah.
Untuk menghindari risiko barotrauma, sebaiknya tunda perjalanan jika memungkinkan. Namun, jika harus terbang, pastikan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)