FITNESS & HEALTH

Efektivitas Vaksin Pfizer dan Moderna Berkurang saat Melawan Varian Delta

Raka Lestari
Jumat 27 Agustus 2021 / 16:06
Jakarta: Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh Centers for Disease and Prrevention (CDC) pada Selasa lalu, efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna dalam melawan infeksi Covid-19 menurun. Efektivitas berkurang dari sekitar 91 persen menjadi 66 persen.

Penurunan menunjukkan sifat yang sangat menular dari varian Delta, dan menggarisbawahi pentingnya vaksinasi untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian, tulis penulis penelitian.

“Meskipun kami melihat pengurangan perlindungan vaksin covid-19 terhadap varian Delta, vaksin masih bisa mengurangi risiko setidaknya sebesar dua per tiga,” ujar Ashley Fowlkes, ScD, penulis utama dan ahli epidemiologi untuk CDC’s COVID-19 Emergency Response kepada CNN.

Pembaruan terbaru adalah bagian dari studi masih mengamati pekerja perawatan kesehatan, responden pertama, dan pekerja penting lainnya yang diuji setiap minggu di delapan lokasi di enam negara bagian.

Pengujian mingguan membantu para peneliti melacak dengan lebih baik tingkat orang yang mengembangkan gejala ringan atau tanpa gejala. kemungkinannya lebih kecil untuk diuji secara keseluruhan.

Dari sekitar 4.217 partisipan, sebanyak 3.483 atau sebanyak 83 persen sudah mendapatkan vaksinasi. Dan sekitar 65 persen menerima vaksin Pfizer, penerima vaksin Moderna sebesar 33 persen, dan 2 persen menerima vaksin Johnson & Johnson.

Dalam rentang waktu Desember 2020 sampai April 2021, vaksin-vaksin tersebut memiliki tingkat efektivitas sekitar 90 persen dalam mencegah infeksi dan tanpa gejala. Lalu pada April sampai Agustus, varian Delta menjadi lebih dominan dan kemanjuran vaksin mulai turun, meskipun infeksi masih sedikit.

Para peneliti menemukan 19 infeksi di antara 488 orang yang tidak divaksinasi, dan sekitar 95 persen memiliki gejala. Mereka juga menemukan 24 infeksi di antara 2.352 orang yang divaksinasi lengkap, dan 75 persen memiliki gejala.

“Meskipun demikian, ini masih merupakan vaksin yang kuar,” kata Fowlkes.

Tim studi sedang merencanakan analisis masa depan yang membandingkan berbagai vaksin covid-19, dan jenis gejala yang dimiliki orang yang divaksinasi serta tidak divaksinasi. Saat penelitian berlanjut, perusahaan vaksin masih bekerja untuk mengetahui berapa lama peningkatan kadar antibodi bertahan setelah suntikan booster.

Hi Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/OVO @Rp 50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkedan. Salam hangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH