FITNESS & HEALTH

Flu Unta, Bisa Membunuh Sepertiga Orang yang Terkena, Para Ahli Memperingatkan

Mia Vale
Selasa 13 Desember 2022 / 20:06
Jakarta: Perhelatan piala dunia di Qatar telah menjadi perbincangan hangat para pencinta sepak bola. Tidak hanya euforia saat pertandingan digelar, ternyata keriaan Qatar ini juga membawa kekhawatiran bagi beberapa negara, khususnya Inggris.

Betapa tidak, penggemar sepak bola yang kembali dari Qatar disarankan untuk mewaspadai tanda-tanda flu unta (Camel flu).

Sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers) ini dapat tertular melalui kontak dekat dengan unta, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA). UKHSA telah memperingatkan dokter Inggris untuk 'waspada' terhadap kemungkinan kembalinya penggemar Piala Dunia yang menunjukkan tanda-tanda penyakit flu unta ini.

Seperti yang diberitakan oleh Daily Mail, penyakit pernapasan yang berpotensi mematikan ini gejalanya meliputi demam, batuk, dan muntah. Mers dapat diperoleh dari kontak dekat dengan unta atau dari mengonsumsi produk unta misalnya, susu unta yang tidak dipasteurisasi.


(Selain kontak dekat, Mers juga dapat diperoleh dari usu unta yang tidak dipasteurisasi. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)

Risiko lain termasuk kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Banyak penggemar yang bersemangat dilaporkan menikmati menunggang unta di Qatar sambil mengikuti perjalanan Inggris di Piala Dunia. 

Sebanyak lima kasus Mers telah dilaporkan di Inggris hingga saat ini, dengan kejadian terakhir yang diketahui pada Agustus 2018. 

Panduan rutin dikeluarkan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris bulan lalu, tanpa ada kasus baru yang dilaporkan. Penyakit ini pertama kali dikenali pada tahun 2012 dan sejak itu, telah terjadi 2.600 kasus di seluruh dunia - kebanyakan di semenanjung Arab - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan. 

Lebih dari sepertiga pasien yang terinfeksi dilaporkan telah meninggal. Dua kasus telah dicatat di Qatar. Untuk itu, siapa pun yang kembali ke Inggris dengan gejala MERS, seperti pilek atau flu, diminta untuk konsultasi ke dokter dan membagikan riwayat perjalanan mereka, sehingga pengendalian dan pengujian infeksi dapat dilakukan. 

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, jadi dokter bekerja untuk meringankan gejala pasien.
 

Apa itu MERS-COV? 


Ini merupakan virus zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia, menurut situs web WHO. Lebih lanjut dikatakan bahwa virus telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan infeksi manusia pada unta dromedaris di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan. 

WHO lebih lanjut mengatakan bahwa penularan dari manusia ke manusia dimungkinkan dan telah terjadi terutama di antara kontak dekat dan dalam pengaturan perawatan kesehatan. 

"Di luar pengaturan perawatan kesehatan, ada penularan terbatas dari manusia ke manusia," tambah badan kesehatan global itu. Diperkirakan 35 persen kasus MERS yang dilaporkan ke WHO telah meninggal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH