FITNESS & HEALTH

Edukasi Melalui Media Sosial dan Kebersihan Jadi Kunci Cegah RSV pada Bayi Berisiko Tinggi

A. Firdaus
Sabtu 22 November 2025 / 10:12
Jakarta: Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan salah satu penyebab utama pneumonia dan bronkiolitis pada bayi di seluruh dunia, serta menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada bayi di bawah usia satu tahun. 

Di Indonesia, hingga 60% kasus infeksi saluran napas pada anak disebabkan oleh RSV, terutama pada bayi prematur dan bayi dengan risiko tinggi seperti gangguan jantung bawaan atau penyakit paru kronik.

Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang sering dianggap sebagai flu biasa atau selesma ringan, sebenarnya bisa sangat berbahaya. Terutama bagi bayi prematur atau anak dengan daya tahan tubuh lemah. 

Dalam acara “Pentingnya Kesadaran Orang Tua akan RSV pada Bayi Berisiko Tinggi untuk Kesehatan yang Lebih Baik dan Kualitas Hidup Jangka Panjang” di Jakarta, Prof. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, dr., Sp.A(K), MSc, Ph.D., Dokter Spesialis Anak - Konsultan Respirologi Anak membeberkan bahwa, banyak orang tua sudah siap memiliki anak, tetapi mereka perlu tambahan edukasi untuk merawat anak dengan baik. 
Prof. Cissy mengajak untuk bersama-sama mencegah infeksi ini dengan adanya edukasi di sosial media. Salah satu cara terbaik adalah melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook, yang sangat populer di kalangan orang tua muda saat ini. 

"Generasi tua sering kalah saing dengan anak-anak dalam hal teknologi, tetapi ini justru peluang besar. Dengan konten pendek dan menarik di medsos, informasi tentang RSV bisa disebarkan luas, termasuk dari sumber terpercaya seperti ahli," ujar Prof. Cissy.

Ia mendorong agar edukasi ini mencakup penjelasan sederhana tentang gejala RSV, yang sering disalahartikan sebagai selesma biasa. “Kadang orang tua bilang, 'Ah, cuma selesma saja.' Tapi bagi anak dengan daya tahan tubuh rendah, seperti bayi prematur atau yang sistem imunnya belum kuat, ini bisa serius,” katanya. 

Prof. Cissy juga menyoroti bahwa RSV belum ada vaksinnya, sehingga pencegahan bergantung pada pola hidup sehat.

“Jaga kesehatan anak dengan nutrisi seimbang, minum cukup air, tidur cukup, dan kebersihan diri. Ajari anak cuci tangan sejak kecil, bukan hanya saat terlihat kotor, tapi juga setelah pegang-pegang benda atau saat sakit,” sarannya.

Selain itu, Prof. Cissy menekankan pentingnya istirahat saat sakit. Jangan paksa anak sakit ke sekolah. Biarkan mereka istirahat di rumah untuk mencegah penyebaran virus, karena RSV tidak punya obat spesifik dan bisa menular cepat. Untuk bayi berisiko tinggi, pencegahan dimulai sejak lahir, dengan orang tua aktif membaca informasi kesehatan yang akurat.
 

Penyebaran RSV di Indonesia


Berbicara tentang pola penyebaran RSV di Indonesia, Prof. Cissy merujuk pada hasil penelitian sejak awal 2000-an. Penelitian sudah banyak dilakukan, termasuk di Lombok yang angka RSV-nya tinggi.

"Kami lakukan survei di rumah sakit besar seperti di Mataram, Ambon, Aceh, Banjarmasin, dan Bandung,” jelas Prof. Cissy. 

Penelitian ini fokus pada anak hingga lima tahun, meski RSV paling sering menyerang bayi di bawah dua bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa 20-30 persen kasus pneumonia pada anak disebabkan oleh RSV, dengan penyebaran sepanjang tahun tapi ada puncak tertentu.

Prof. Cissy mengakui bahwa penelitian saat ini belum mencakup semua anak, baik yang dirawat di rumah sakit maupun tidak. Ia mengusulkan penelitian lebih komprehensif dengan dukungan pemerintah Swedia atau sistem kesehatan Indonesia. 

“Saat ini, ada program SARI (Severe Acute Respiratory Infection) untuk pneumonia di rumah sakit dan ILI (Influenza-like Illness) untuk selesma di puskesmas, dengan 48 sentinel dan 6 rumah sakit. Ini baru dimulai untuk bayi kecil, sebelumnya fokus pada anak di atas 2 tahun. Mudah-mudahan, ini bisa memberikan data beban penyakit RSV yang lebih akurat,” harapnya.

Mengenai panduan untuk orang tua mengenali gejala RSV, Prof. Cissy menyatakan bahwa sistemnya masih perlu diperkuat. Saat ini, edukasi dilakukan melalui webinar untuk dokter umum, perawat, dan petugas kesehatan dari universitas dan rumah sakit. 

“Pertemuan seperti ini sangat membantu untuk berbagi pengetahuan, lalu jurnalis bisa menyampaikannya ke masyarakat. Dokter muda sekarang aktif di medsos, seperti Instagram, membagikan tips kesehatan sehari-hari. Ini cara efektif untuk menyebarkan informasi tentang merawat bayi prematur dan mencegah RSV,” katanya.

Prof. Cissy menutup dengan pesan bahwa tidak ada cara lain selain menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang lain, dan peran media sangat krusial.

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH