FITNESS & HEALTH

Deteksi Dini Kanker Kolon dan Rectum, Siloam Hospitals Surya Dhirga Ingatkan Cegah Faktor Risikonya

Yatin Suleha
Senin 04 Maret 2024 / 16:05
Jakarta: Kanker kolon dan rectum, mungkin masih terasa asing di telinga masyarakat umum. Kanker jenis ini merupakan kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) bagian bawah yang terhubung ke rektum (anus). Kanker kolorektal sendiri punya nama lain, yaitu kanker rektum atau kanker kolon, hal itu tergantung pada lokasi munculnya.

Dalam Alodokter, dr. Meva Nareza menjelaskan bahwa kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Kanker kolorektal dapat dinamai kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.

Kanker kolorektal umumnya bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh secara tidak normal di dinding dalam kolon atau rektum. Namun, tidak semua polip berkembang menjadi kanker. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip itu sendiri.

Melalui edukasi secara virtual, "Deteksi Dini Kanker Kolon & Regnum," yang disampaikan dr. Yossi Andila, M,Ked(Surg), SpB, Supsp, BD(K), dijelaskan secara rinci terkait gejala, faktor risiko serta cara penanganan yang efektif. 

Dikatakan dokter Yossi Andila, deteksi dini yang paling mudah, awal dan praktis yang dapat dilakukan adalah: colok dubur. Lalu kemudian pemeriksaan feses atau tinja. 

"Gejala kanker kolorektal tergantung pada ukuran dan lokasinya. Sebagian gejala umum yang dialami yaitu perubahan pada kebiasaan buang air besar, perubahan konsistensi tinja. Adanya darah dalam tinja dan perut yang terasa selalu tidak nyaman dalam kurun waktu minimal enam minggu terus-menerus," ungkap Yossi Andila, Rabu, 28 Februari lalu di Medan. 

Menurut Yossi, faktor risiko yang dapat diubah yaitu melalui konsumsi daging merah dan daging olahan. Adapun diet tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik hingga konsumsi rokok/paparan asap rokok sekaligus konsumsi alkohol penyebab utama timbulnya kanker ini, sebut dokter Yossi Andila mengingatkan.


(Seperti semua jenis kanker, kanker kolorektal terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh tumbuh secara tidak normal dan membentuk tumor. Seiring waktu, tumor ini akan berkembang dan merusak jaringan sehat di sekitarnya. Foto: Dok. Mayo Clinic)
 

Deteksi dan penanganan kanker kolon dan rektum


Pemeriksaan feses merupakan cara umum dilakukan dan meliputi beberapa pemeriksaan, di antaranya pemeriksaan FIT atau FIT-DNA. Metode yang satu ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa pemeriksaan guna mendeteksi adanya perubahan DNA pada feses yang tidak bisa dilihat hanya dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan darah samar atau fecal occult blood test (FOBT). 

"Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan darah yang terdapat pada feses," tutur dr. Yossi Andila. 

Adapun pemeriksaan ini terbagi dalam dua jenis, yaitu: 
 
  1. 1. Fetal immunochemical test (FIT): yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan mencampurkan feses dengan cairan khusus ke dalam mesin yang mengandung antibodi guna memeriksa adanya kandungan darah pada feses.
  2. 2. Guaiac FOBT:yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan menempatkan feses pada kartu khusus yang diberi bahan kimia. Jika feses positif mengandung darah, kartu akan berubah warna. 

Pemeriksaan kolonoscopi merupakan gold standard utk mendiagnosis kanker kolo rektal, ini merupakan pemeriksaan yang hampir mirip dengan sigmoidoskopi, tetapi menggunakan selang yang lebih panjang mencapai keseluruhan bagian usus besar. 

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui stadium kanker dan letak kanker yang sesungguhnya. Selain beberapa metode tersebut, terdapat  lain yang dilakukan, yaitu pemeriksaan kadar CEA dalam darah. Yaitu akan menunjukkan kadar CEA dalam darah pengidap kanker, jika kadar CEA tinggi, maka peserta positif mengidap kanker kolorektal. 

Dan untuk mengantisipasi adanya penyakit lain yang berbahaya, tes darah secara lengkap juga diperlukan. Tes darah lengkap akan meliputi perhitungan jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, serta hemoglobin. 

"Deteksi dini yang benar, pada stadium (1-2) dapat digantikan mempunyai Pronogsis yang baik atau tingkat kesembuhan mencapai 95 persen," pungkas dr. Yossi Andila, M,ked(surg), Sp.B, subSP. BD (k). Dan dengan jadwal praktik setiap hari di Siloam Hospital Dhirga Surya Medan yang dapat juga dilihat di aplikasi MySiloam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH