FITNESS & HEALTH
Kemenkes: 2 dari 3 Wanita Alami Kanker Leher Rahim Terdeteksi Saat Stadium Akhir
Aulia Putriningtias
Senin 17 November 2025 / 15:51
Jakarta: Staf Khusus Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) drg. Monica R. Nirmala, MPH, memaparkan bahwa dua dari tiga wanita di Indonesia mengetahui dirinya mengalami kanker leher rahim dalam keadaan stadium akhir. Hal ini menjadi perhatian yang sangat penting bagi negara.
"Kanker leher rahim merupakan kanker pembunuh nomor dua setelah kanker payudara di antara perempuan Indonesia. Padahal kanker leher rahim ini mungkin satu-satunya kanker yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi," papar drg. Monica dalam acara "Kelas Jurnalis: Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI dari MSD" di Jakarta, Senin, 17 November 2025.
Ia menambahkan bahwa terdeteksinya di stadium akhir akan memiliki risiko pengobatannya tidak akan seefektif pada kanker yang terdeteksi sejak awal. Melihat fakta tersebut, pemerintah sangat berkomitmen terhadap upaya eliminasi kanker leher rahim ini.
Secara data dari Kemenkes, dari 408.661 kasus baru kanker di Indonesia di tahun 2022, 9 persennya adalah kanker leher rahim. Sebanyak 36.964 kasus baru leher rahim terdeteksi dan 20.708 kematian dicatat akibat kanker leher rahim. Dengan data tersebut, Kemenkes memiliki tiga intervensi kunci.
Pertama, 90 persen anak perempuan dan laki-laki ditargetkan untuk diimunisasikan HPV sebelum usia 15 tahun. Menurut dr. Prima Yosephine selaku Direktur Imunisasi Kemenkes RI, pemberian imunisasi HPV telah diintroduksi atau dikenalkan sejak tahun 2016 dan telah diimplementasikan secara nasional di tahun 2023, terkhususnya pada anak perempuan.
"Ini nanti semua mau dicapai tahun 2030," tutur dr. Prima.
Kedua, minimal 75 persen wanita dengan umur 30 hingga 69 tahun ditargetkan untuk melakukan skrining melalui tes DNA HPV.
Ia mengatakan bahwa skrining diperlukan untuk tercukupi kualifikasinya dan juga memadai dalam memanfaatkan program skrining tes DNA HPV ini.

(Dr. Prima Yosephine. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Ketiga, jika sudah didiagnosa perempuan memiliki lespira kanker atau menderita kanker, sebanyak 90 persen pasien yang sudah diperika ditargetkan mendapatkan tata lakana yang ada di rumah.
Dr. Prima mengatakan bahwa dengan memenuhi target capaian ini, maka akan bisa mencapai eliminasi kanker leher rahim.
"Suatu penyakit bisa dikatakan eliminasi kalau penyakit itu tidak lagi menimbulkan beban bagi kesehatan masyarakat. Itu yang namanya eliminasi," jelas dr. Prima.
Untuk mencapai target 2030 sendiri, dr. Prima menjelaskan tahap-tahap apa saja yang dilakukan pemerintah untuk melakukan rencana strategi percepatan.
Pertama, pemberian imunisasi HPV pada anak perempuan usia kelas 5 sekolah dasar (11 tahun) dan imunisasi kejar pada anak perempuan usia kelas 6 SD dan kelas 9 SMP (15 tahun) yang belum mendapatkan imunisasi HPV mulai 2025.
Kedua, pemberian satu dosis imunisasi HPV pada anak laki-laki usia 11 tahun mulai 2026 dan terus diperluas.
Ketiga, pemberian imunisasi HPV pada perempuan dewasa muda usia 20-26 tahun dimulai pada tahun 2027. Kemudian, diperluas sampai dengan 2030.
Selain itu, Kemenkes melakukan pemanfaatan artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan kesadaran imunisasi HPV.
Menurut dr. Prima, AI dapat menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan merespons penyebaran berita negatif di media sosial mengenai HPV dan kanker leher rahim.
Kemenkes menggunakan Chatbot Edukatif berbasis AI untuk meningkatkan edukasi bahwa kanker leher rahim yang dapat dicegah dengan imunisasi HPV.
Lalu, melakukan penguatan koordinasi dengan Biro Komunikasi dan partners, seperti pendengaran sosial media untuk mendeteksi sentimen negatif. Ditambah, adanya notifikasi WhatsApp ASIK yang terintegrasi dengan SATUSEHAT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
"Kanker leher rahim merupakan kanker pembunuh nomor dua setelah kanker payudara di antara perempuan Indonesia. Padahal kanker leher rahim ini mungkin satu-satunya kanker yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi," papar drg. Monica dalam acara "Kelas Jurnalis: Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI dari MSD" di Jakarta, Senin, 17 November 2025.
Ia menambahkan bahwa terdeteksinya di stadium akhir akan memiliki risiko pengobatannya tidak akan seefektif pada kanker yang terdeteksi sejak awal. Melihat fakta tersebut, pemerintah sangat berkomitmen terhadap upaya eliminasi kanker leher rahim ini.
Secara data dari Kemenkes, dari 408.661 kasus baru kanker di Indonesia di tahun 2022, 9 persennya adalah kanker leher rahim. Sebanyak 36.964 kasus baru leher rahim terdeteksi dan 20.708 kematian dicatat akibat kanker leher rahim. Dengan data tersebut, Kemenkes memiliki tiga intervensi kunci.
Pertama, 90 persen anak perempuan dan laki-laki ditargetkan untuk diimunisasikan HPV sebelum usia 15 tahun. Menurut dr. Prima Yosephine selaku Direktur Imunisasi Kemenkes RI, pemberian imunisasi HPV telah diintroduksi atau dikenalkan sejak tahun 2016 dan telah diimplementasikan secara nasional di tahun 2023, terkhususnya pada anak perempuan.
"Ini nanti semua mau dicapai tahun 2030," tutur dr. Prima.
Kedua, minimal 75 persen wanita dengan umur 30 hingga 69 tahun ditargetkan untuk melakukan skrining melalui tes DNA HPV.
Ia mengatakan bahwa skrining diperlukan untuk tercukupi kualifikasinya dan juga memadai dalam memanfaatkan program skrining tes DNA HPV ini.

(Dr. Prima Yosephine. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Ketiga, jika sudah didiagnosa perempuan memiliki lespira kanker atau menderita kanker, sebanyak 90 persen pasien yang sudah diperika ditargetkan mendapatkan tata lakana yang ada di rumah.
Dr. Prima mengatakan bahwa dengan memenuhi target capaian ini, maka akan bisa mencapai eliminasi kanker leher rahim.
"Suatu penyakit bisa dikatakan eliminasi kalau penyakit itu tidak lagi menimbulkan beban bagi kesehatan masyarakat. Itu yang namanya eliminasi," jelas dr. Prima.
Untuk mencapai target 2030 sendiri, dr. Prima menjelaskan tahap-tahap apa saja yang dilakukan pemerintah untuk melakukan rencana strategi percepatan.
Pertama, pemberian imunisasi HPV pada anak perempuan usia kelas 5 sekolah dasar (11 tahun) dan imunisasi kejar pada anak perempuan usia kelas 6 SD dan kelas 9 SMP (15 tahun) yang belum mendapatkan imunisasi HPV mulai 2025.
Kedua, pemberian satu dosis imunisasi HPV pada anak laki-laki usia 11 tahun mulai 2026 dan terus diperluas.
Ketiga, pemberian imunisasi HPV pada perempuan dewasa muda usia 20-26 tahun dimulai pada tahun 2027. Kemudian, diperluas sampai dengan 2030.
Selain itu, Kemenkes melakukan pemanfaatan artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan kesadaran imunisasi HPV.
Menurut dr. Prima, AI dapat menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan merespons penyebaran berita negatif di media sosial mengenai HPV dan kanker leher rahim.
Kemenkes menggunakan Chatbot Edukatif berbasis AI untuk meningkatkan edukasi bahwa kanker leher rahim yang dapat dicegah dengan imunisasi HPV.
Lalu, melakukan penguatan koordinasi dengan Biro Komunikasi dan partners, seperti pendengaran sosial media untuk mendeteksi sentimen negatif. Ditambah, adanya notifikasi WhatsApp ASIK yang terintegrasi dengan SATUSEHAT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)