FITNESS & HEALTH
Pahami Aritmia Jantung dan Perawatan dengan Metode Terkini
Medcom
Kamis 12 September 2024 / 22:58
Jakarta: Aritmia jantung, atau gangguan ritme jantung, adalah kondisi medis yang signifikan dengan potensi dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien.
Aritmia jantung adalah kondisi saat detak jantung tidak mengikuti ritme normalnya. Pada takikardia, detak jantung melebihi 100 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada.
Takikardia dapat dibagi lebih lanjut menjadi berbagai jenis, seperti takikardia supraventrikular yang melibatkan gangguan di atas ventrikel (bilik jantung merupakan dua ruang yang lebih besar yang terletak di bagian bawah jantung) dan takikardia ventrikular yang berasal dari ventrikel.
Sebaliknya, bradikardia adalah kondisi saat detak jantung lebih rendah dari 60 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan. Aritmia ini dapat mengganggu aliran darah ke organ vital dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat jantung.
Berbagai faktor dapat memicu aritmia jantung. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utamanya, yang terjadi ketika penyempitan atau kerusakan pada pembuluh darah jantung mengganggu aliran darah dan aktivitas listrik jantung.
Kelainan struktural jantung seperti penyakit katup atau kardiomiopati juga dapat memicu aritmia dengan mengubah bentuk atau fungsi jantung.
Gangguan elektrolit, seperti ketidakseimbangan kalium, natrium, atau kalsium, memainkan peran penting dalam memengaruhi aktivitas listrik jantung. Kondisi medis lain, termasuk hipertensi dan diabetes, dapat memperburuk risiko aritmia.
%20(1).jpg)
(Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Siloam TB Simatupang. Foto: Dok. Istimewa)
Penggunaan obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan juga dapat memicu gangguan ritme jantung. Selain faktor lingkungan, genetika juga memiliki peran, individu dengan riwayat keluarga yang mengalami aritmia atau kelainan jantung tertentu berpotensi terkena aritmia lebih tinggi.
Meskipun tidak semua kasus aritmia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko. Mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah utama, antara lain dengan menjalani diet yang seimbang seperti banyak mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya serat makanan atau minuman rendah lemak, dan melakukan olahraga secara teratur.
Menghindari alkohol dan kafein juga merupakan salah cara untuk mengurangi risiko pemicu aritmia. Selain itu, untuk mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi, pengobatan yang tepat dan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat penting untuk dilakukan.
Mengelola stres dan menjaga berat badan ideal juga berperan penting pada faktor kesehatan jantung. Pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala, seperti elektrokardiogram (EKG) dan tes pemantauan ritme, dapat membantu mendeteksi potensi masalah sejak dini dan memungkinkan intervensi lebih awal.
Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Siloam TB Simatupang, deteksi aritmia sering kali memerlukan pemantauan yang cermat.
Elektrokardiogram (EKG) adalah alat utama untuk mendiagnosis aritmia dengan merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi ketidaknormalan ritme. Untuk pemantauan jangka panjang, Holter Monitor dapat digunakan untuk merekam aktivitas jantung selama 24 hingga 48 jam dan memberikan informasi lebih detail tentang ritme jantung di berbagai waktu.
Event monitor yang dipakai untuk periode lebih lama atau dalam beberapa minggu, memungkinkan pasien untuk merekam gejala jantung saat beraktivitas, membantu dokter mengidentifikasi pola yang mungkin tidak terlihat dalam pemantauan singkat.
Selain alat-alat ini, peta risiko yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat keluarga dan kondisi medis juga dapat membantu dalam menilai kemungkinan gangguan ritme.
(1).jpg)
(Salah satu langkah untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian. Kamu bisa melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Perawatan untuk aritmia jantung dapat melibatkan berbagai pendekatan tergantung pada jenis dan keparahan aritmia. Obat-obatan antiaritmia seperti Amiodarone dapat digunakan untuk mengontrol atau mengembalikan ritme jantung kembali normal. Antikoagulan mungkin diperlukan untuk pasien dengan fibrilasi atrium guna mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
Obat-obatan seperti Beta-Blocker dan Calcium Channel Blockers juga sering digunakan untuk mengatur detak jantung dan mengurangi gejala. Terapi elektrofisik seperti kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung yang normal, sedangkan ablasi kateter, yang melibatkan penggunaan energi radiofrekuensi atau cryoablation, dapat menghilangkan area jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.
Dalam kasus yang lebih kompleks, menurut Prof. Yoga, pemasangan pacemaker atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mungkin diperlukan untuk mengatur detak jantung dan mencegah aritmia berbahaya. Prosedur bedah seperti maze procedure mungkin diperlukan untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat jalur listrik yang terkoordinasi di jantung.
Dalam penjabaran Prof. Yoga, perawatan aritmia jantung telah mengalami kemajuan pesat berkat berbagai metode inovatif yang tersedia saat ini. Pilihannya adalah antara ablasi konvensional dan cryoablation.
Cryoablation adalah teknik perawatan terbaru yang menggunakan suhu sangat rendah untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme.
Prosedur ini dimulai dengan pemberian anestesi lokal dan sedasi ringan untuk memastikan kenyamanan pasien. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan dipandu ke jantung menggunakan teknologi pencitraan canggih. Energi dingin diterapkan melalui kateter untuk membekukan area target, sehingga menghentikan sinyal abnormal yang menyebabkan aritmia.
Cryoablation memiliki keunggulan signifikan sebagai teknik minimal invasif dibandingkan dengan ablasi konvensional, karena mengurangi risiko kerusakan pada jaringan sehat dan memiliki profil risiko komplikasi yang lebih rendah. Prosedur ini umumnya efektif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, tetapi tidak semua pasien cocok untuk cryoablation.
Metode ini sering digunakan untuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular dan pemilihan prosedur harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat.
Kendala utama dari cryoablation termasuk risiko komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan jaringan serta efektivitas yang mungkin bervariasi danmemerlukan terapi tambahan.
Aritmia jantung, atau gangguan ritme jantung, dapat memiliki berbagai komplikasi serius jika tidak diatasi dengan tepat. Salah satu risiko utama dari aritmia yang tidak dikelola adalah stroke.
Ini terjadi ketika pembekuan darah terbentuk di jantung dan kemudian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan menyumbat arteri di otak. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh fibrilasi atrium, jenis aritmia yang paling umum, di mana jantung bergetar dengan tidak teratur dan tidak efektif.
.jpg)
(Aritmia jantung bisa detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pembekuan darah dapat terbentuk di atrium, khususnya di area yang disebut atrial appendage (kuping jantung), dan jika terlepas, dapat mengarah pada stroke yang bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.
Selain stroke, aritmia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Pada aritmia yang kronis atau berat, seperti fibrilasi atrium atau takikardia ventrikular, jantung tidak dapat memompa darah dengan efisien.
Kondisi ini mengganggu kemampuan jantung untuk mempertahankan aliran darah yang cukup ke seluruh tubuh, menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki. Gagal jantung yang disebabkan oleh aritmia dapat memperburuk kualitas hidup dan memerlukan pengobatan intensif untuk mengelola gejala dan mencegah progresi penyakit.
Kemungkinan komplikasi lain dari aritmia yang serius adalah kematian mendadak. Aritmia berbahaya seperti takikardia ventrikular atau fibrilasi ventrikular dapat menyebabkan jantung berhenti memompa darah.
Takikardia ventrikular adalah kondisi di mana ventrikel jantung berdetak sangat cepat, sementara fibrilasi ventrikular melibatkan getaran ventrikel yang tidak teratur, mengakibatkan kehilangan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan segera.
Untuk mencegah komplikasi ini, penting untuk mengelola aritmia dengan pendekatan yang komprehensif. Hal ini termasuk penggunaan obat-obatan yang diresepkan untuk mengontrol ritme jantung, prosedur medis seperti ablasi untuk mengatasi area jantung yang menyebabkan gangguan ritme, serta perangkat medis seperti pacemaker atau defibrillator dan juga tidak lupa untuk mengubah gaya hidup lebih sehat.
Untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian. Melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda untuk membantu menjaga kesehatan jantung dan regulasi ritme.
Menghindari alkohol dan kafein dalam jumlah berlebihan serta berhenti merokok adalah langkah penting dalam pencegahan aritmia. Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Selain itu, menjaga berat badan ideal dan menjalani pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien.
Apa itu aritmia jantung?
Aritmia jantung adalah kondisi saat detak jantung tidak mengikuti ritme normalnya. Pada takikardia, detak jantung melebihi 100 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada.
Takikardia dapat dibagi lebih lanjut menjadi berbagai jenis, seperti takikardia supraventrikular yang melibatkan gangguan di atas ventrikel (bilik jantung merupakan dua ruang yang lebih besar yang terletak di bagian bawah jantung) dan takikardia ventrikular yang berasal dari ventrikel.
Sebaliknya, bradikardia adalah kondisi saat detak jantung lebih rendah dari 60 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan. Aritmia ini dapat mengganggu aliran darah ke organ vital dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat jantung.
Faktor-faktor penyebab dan pemicu aritmia
Berbagai faktor dapat memicu aritmia jantung. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utamanya, yang terjadi ketika penyempitan atau kerusakan pada pembuluh darah jantung mengganggu aliran darah dan aktivitas listrik jantung.
Kelainan struktural jantung seperti penyakit katup atau kardiomiopati juga dapat memicu aritmia dengan mengubah bentuk atau fungsi jantung.
Gangguan elektrolit, seperti ketidakseimbangan kalium, natrium, atau kalsium, memainkan peran penting dalam memengaruhi aktivitas listrik jantung. Kondisi medis lain, termasuk hipertensi dan diabetes, dapat memperburuk risiko aritmia.
%20(1).jpg)
(Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Siloam TB Simatupang. Foto: Dok. Istimewa)
Penggunaan obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan juga dapat memicu gangguan ritme jantung. Selain faktor lingkungan, genetika juga memiliki peran, individu dengan riwayat keluarga yang mengalami aritmia atau kelainan jantung tertentu berpotensi terkena aritmia lebih tinggi.
Pencegahan aritmia jantung
Meskipun tidak semua kasus aritmia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko. Mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah utama, antara lain dengan menjalani diet yang seimbang seperti banyak mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya serat makanan atau minuman rendah lemak, dan melakukan olahraga secara teratur.
Menghindari alkohol dan kafein juga merupakan salah cara untuk mengurangi risiko pemicu aritmia. Selain itu, untuk mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi, pengobatan yang tepat dan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat penting untuk dilakukan.
Mengelola stres dan menjaga berat badan ideal juga berperan penting pada faktor kesehatan jantung. Pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala, seperti elektrokardiogram (EKG) dan tes pemantauan ritme, dapat membantu mendeteksi potensi masalah sejak dini dan memungkinkan intervensi lebih awal.
Diagnosis dan skrining aritmia
Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Siloam TB Simatupang, deteksi aritmia sering kali memerlukan pemantauan yang cermat.
Elektrokardiogram (EKG) adalah alat utama untuk mendiagnosis aritmia dengan merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi ketidaknormalan ritme. Untuk pemantauan jangka panjang, Holter Monitor dapat digunakan untuk merekam aktivitas jantung selama 24 hingga 48 jam dan memberikan informasi lebih detail tentang ritme jantung di berbagai waktu.
Event monitor yang dipakai untuk periode lebih lama atau dalam beberapa minggu, memungkinkan pasien untuk merekam gejala jantung saat beraktivitas, membantu dokter mengidentifikasi pola yang mungkin tidak terlihat dalam pemantauan singkat.
Selain alat-alat ini, peta risiko yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat keluarga dan kondisi medis juga dapat membantu dalam menilai kemungkinan gangguan ritme.
Metode perawatan aritmia
(1).jpg)
(Salah satu langkah untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian. Kamu bisa melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Perawatan untuk aritmia jantung dapat melibatkan berbagai pendekatan tergantung pada jenis dan keparahan aritmia. Obat-obatan antiaritmia seperti Amiodarone dapat digunakan untuk mengontrol atau mengembalikan ritme jantung kembali normal. Antikoagulan mungkin diperlukan untuk pasien dengan fibrilasi atrium guna mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke.
Obat-obatan seperti Beta-Blocker dan Calcium Channel Blockers juga sering digunakan untuk mengatur detak jantung dan mengurangi gejala. Terapi elektrofisik seperti kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung yang normal, sedangkan ablasi kateter, yang melibatkan penggunaan energi radiofrekuensi atau cryoablation, dapat menghilangkan area jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.
Dalam kasus yang lebih kompleks, menurut Prof. Yoga, pemasangan pacemaker atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mungkin diperlukan untuk mengatur detak jantung dan mencegah aritmia berbahaya. Prosedur bedah seperti maze procedure mungkin diperlukan untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat jalur listrik yang terkoordinasi di jantung.
Cryoablation, teknik minimal invasif terkini
Dalam penjabaran Prof. Yoga, perawatan aritmia jantung telah mengalami kemajuan pesat berkat berbagai metode inovatif yang tersedia saat ini. Pilihannya adalah antara ablasi konvensional dan cryoablation.
Cryoablation adalah teknik perawatan terbaru yang menggunakan suhu sangat rendah untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme.
Prosedur ini dimulai dengan pemberian anestesi lokal dan sedasi ringan untuk memastikan kenyamanan pasien. Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan dipandu ke jantung menggunakan teknologi pencitraan canggih. Energi dingin diterapkan melalui kateter untuk membekukan area target, sehingga menghentikan sinyal abnormal yang menyebabkan aritmia.
Cryoablation memiliki keunggulan signifikan sebagai teknik minimal invasif dibandingkan dengan ablasi konvensional, karena mengurangi risiko kerusakan pada jaringan sehat dan memiliki profil risiko komplikasi yang lebih rendah. Prosedur ini umumnya efektif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, tetapi tidak semua pasien cocok untuk cryoablation.
Metode ini sering digunakan untuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular dan pemilihan prosedur harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat.
Kendala utama dari cryoablation termasuk risiko komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan jaringan serta efektivitas yang mungkin bervariasi danmemerlukan terapi tambahan.
Komplikasi aritmia jantung dan pencegahannya
Aritmia jantung, atau gangguan ritme jantung, dapat memiliki berbagai komplikasi serius jika tidak diatasi dengan tepat. Salah satu risiko utama dari aritmia yang tidak dikelola adalah stroke.
Ini terjadi ketika pembekuan darah terbentuk di jantung dan kemudian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan menyumbat arteri di otak. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh fibrilasi atrium, jenis aritmia yang paling umum, di mana jantung bergetar dengan tidak teratur dan tidak efektif.
.jpg)
(Aritmia jantung bisa detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia). Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Pembekuan darah dapat terbentuk di atrium, khususnya di area yang disebut atrial appendage (kuping jantung), dan jika terlepas, dapat mengarah pada stroke yang bisa mengakibatkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.
Selain stroke, aritmia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Pada aritmia yang kronis atau berat, seperti fibrilasi atrium atau takikardia ventrikular, jantung tidak dapat memompa darah dengan efisien.
Kondisi ini mengganggu kemampuan jantung untuk mempertahankan aliran darah yang cukup ke seluruh tubuh, menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki. Gagal jantung yang disebabkan oleh aritmia dapat memperburuk kualitas hidup dan memerlukan pengobatan intensif untuk mengelola gejala dan mencegah progresi penyakit.
Kemungkinan komplikasi lain dari aritmia yang serius adalah kematian mendadak. Aritmia berbahaya seperti takikardia ventrikular atau fibrilasi ventrikular dapat menyebabkan jantung berhenti memompa darah.
Takikardia ventrikular adalah kondisi di mana ventrikel jantung berdetak sangat cepat, sementara fibrilasi ventrikular melibatkan getaran ventrikel yang tidak teratur, mengakibatkan kehilangan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan segera.
Untuk mencegah komplikasi ini, penting untuk mengelola aritmia dengan pendekatan yang komprehensif. Hal ini termasuk penggunaan obat-obatan yang diresepkan untuk mengontrol ritme jantung, prosedur medis seperti ablasi untuk mengatasi area jantung yang menyebabkan gangguan ritme, serta perangkat medis seperti pacemaker atau defibrillator dan juga tidak lupa untuk mengubah gaya hidup lebih sehat.
Tips kurangi risiko aritmia
Untuk mengurangi risiko terkena aritmia, penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang meliputi diet seimbang dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian. Melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki, berlari, atau bersepeda untuk membantu menjaga kesehatan jantung dan regulasi ritme.
Menghindari alkohol dan kafein dalam jumlah berlebihan serta berhenti merokok adalah langkah penting dalam pencegahan aritmia. Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Selain itu, menjaga berat badan ideal dan menjalani pemeriksaan kesehatan jantung secara rutin dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)