FITNESS & HEALTH
Mengenal Terapi Ortho-K untuk Cegah Mata Minus pada Anak dan Remaja
Yatin Suleha
Rabu 18 Juni 2025 / 21:19
Jakarta: Saat pandemi covid-19 dan banyak kegiatan di rumah dilakukan, pastinya kita tidak jauh dari kebutuhan gadget. Dan hal ini pun juga dilakukan oleh anak karena mereka juga mendapatkan pembelajaran dengan cara online.
Baca juga: Prevalensi Gangguan Mata Anak Meningkat, Deteksi dan Intervensi Dini jadi Langkah Penting
Dokter Spesialis Mata dan Ketua Contact Lens Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Tri Rahayu menyebut, berdasarkan studi, dr. Tri menjelaskan pascapandemi di Jakarta, ada 40 persen anak SD alami gangguan refraksi. Gangguan ini menyerang anak yang sebagian besar belum pernah memakai kacamata.
Menurutnya, mata minus atau miopia yang tak tertangani bisa berkembang menjadi high myopia. Komplikasinya mencakup glaukoma, katarak, hingga kebutaan dini.
Kalau sudah begini anak pasti membutuhkan alat bantu yaitu kacamata. Namun, nyatanya tak hanya dikoreksi dengan kacamata, mata minus pada anak nyatanya bisa dicegah sejak dini. Orthokeratology (Ortho-K) dapat menjadi alternatif untuk menahan laju pertambahan minus pada anak dan remaja.
.jpeg)
(Ortho-K bertujuan untuk mengoreksi kelainan refraksi (masalah penglihatan seperti mata minus dan silinder) dengan cara membentuk ulang kornea. Foto: Dok. Istimewa)
Orthokeratology, atau yang sering disingkat Ortho-K, adalah prosedur non-bedah untuk memperbaiki penglihatan dengan cara membentuk kembali kornea mata menggunakan lensa kontak khusus yang dipakai saat tidur.
Lensa ini didesain untuk memberikan tekanan pada kornea, sehingga secara bertahap mengubah bentuknya dan memperbaiki masalah refraksi seperti miopia (mata minus) dan astigmatisme.
"Ortho-K membantu memperbaiki bentuk kornea sekaligus memperlambat progresi miopia," kata dr. Tri Rahayu.
Sementara dengan Ortho-K, dapat mengoreksi hingga minus -8.00 dioptri. Dr. Tri mencontohkan kasus adanya pasien usia 9 tahun dengan minus -3.50 menunjukkan kenaikan minus hanya -0.25 setelah setahun terapi.
"Keberhasilan ditentukan oleh kepatuhan dan peran aktif orang tua," ujarnya.
Baca juga: Mata Juling: Keluhan, Penyebab dan Pengobatan yang Tepat Menurut Dokter
Dr. Tri mengatakan kontrol rutin dan kebersihan lensa juga wajib dijaga. JEC pun mendorong skrining sejak dini, terutama pada anak usia sekolah. Semakin cepat ditangani, risiko komplikasi dapat ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Baca juga: Prevalensi Gangguan Mata Anak Meningkat, Deteksi dan Intervensi Dini jadi Langkah Penting
Dokter Spesialis Mata dan Ketua Contact Lens Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Tri Rahayu menyebut, berdasarkan studi, dr. Tri menjelaskan pascapandemi di Jakarta, ada 40 persen anak SD alami gangguan refraksi. Gangguan ini menyerang anak yang sebagian besar belum pernah memakai kacamata.
Menurutnya, mata minus atau miopia yang tak tertangani bisa berkembang menjadi high myopia. Komplikasinya mencakup glaukoma, katarak, hingga kebutaan dini.
Kalau sudah begini anak pasti membutuhkan alat bantu yaitu kacamata. Namun, nyatanya tak hanya dikoreksi dengan kacamata, mata minus pada anak nyatanya bisa dicegah sejak dini. Orthokeratology (Ortho-K) dapat menjadi alternatif untuk menahan laju pertambahan minus pada anak dan remaja.
.jpeg)
(Ortho-K bertujuan untuk mengoreksi kelainan refraksi (masalah penglihatan seperti mata minus dan silinder) dengan cara membentuk ulang kornea. Foto: Dok. Istimewa)
Orthokeratology, atau yang sering disingkat Ortho-K, adalah prosedur non-bedah untuk memperbaiki penglihatan dengan cara membentuk kembali kornea mata menggunakan lensa kontak khusus yang dipakai saat tidur.
Lensa ini didesain untuk memberikan tekanan pada kornea, sehingga secara bertahap mengubah bentuknya dan memperbaiki masalah refraksi seperti miopia (mata minus) dan astigmatisme.
"Ortho-K membantu memperbaiki bentuk kornea sekaligus memperlambat progresi miopia," kata dr. Tri Rahayu.
Sementara dengan Ortho-K, dapat mengoreksi hingga minus -8.00 dioptri. Dr. Tri mencontohkan kasus adanya pasien usia 9 tahun dengan minus -3.50 menunjukkan kenaikan minus hanya -0.25 setelah setahun terapi.
"Keberhasilan ditentukan oleh kepatuhan dan peran aktif orang tua," ujarnya.
Baca juga: Mata Juling: Keluhan, Penyebab dan Pengobatan yang Tepat Menurut Dokter
Dr. Tri mengatakan kontrol rutin dan kebersihan lensa juga wajib dijaga. JEC pun mendorong skrining sejak dini, terutama pada anak usia sekolah. Semakin cepat ditangani, risiko komplikasi dapat ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)